Semua siswa/i SMA favorit tersebut sangat merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Bagaimana tidak? sepanjang hari ini mereka jamkos. Jadi tidak perlulah bagi mereka untuk memaksakan otak berpikir keras dalam memahami maksud semua materi yang dijelaskan oleh guru.
Namun, kegembiraan ini hanya berlaku sampai jam ketiga. Pada pukul 10.00, seorang guru memberikan pengumuman kepada para siswa.
"Assalamualaikum wr.wb. Diberitahukan kepada semua siswa/i SMP Galaxy harap memasuki kelas masing-masing, karena wali kelas kalian akan memberikan daftar ujian mid semester 1, dimana ujian itu dilaksanakan pada hari Senin. Dan, siapa yang belum lengkap mengumpulkan tugas jangan harap akan bisa mengikuti ujian tersebut.
Wassalamu'alaikum wr.wb."
Semua yang mendengar pengumuman tersebut langsung berubah menjadi emak-emak.
"Lo udah lengkap nggak tugas tugas yang diberikan guru?"
"Apa aja tugas yang belum lo kumpulin?"
"Kapan kita serahin tugas ini ama guru?"
"Ihh, ngeselin banget sih!"
Begitulah ucapan yang dilontarkan. Mereka terpaksa mengikuti perintah guru. Tapi, ternyata guru wali kelas hanya meminta waktu yang terbilang sedikit, yaitu hanya 15 menit.
Walau rasanya tidak ada lagi informasi yang akan disampaikan, semuanya belum dibolehkan untuk pulang. Jadi, mereka melanjutkan kegiatan yang tadinya sempat terpotong karena masuk.
Di lorong menuju kelas X-A terlihatlah beberapa gadis atau lebih tepatnya sebuah geng yang anggotanya adalah kelas Xl.
Mereka merupakan geng pembully yang terkenal dikalangan adik kelas maupun teman satu kelasnya. Semua orang yang lebih cantik, hebat dan lebih populer dari mereka akan ditindasnya. Sampai saat ini belum ada seorangpun yang berani menegur komplotan tersebut.
Ila yang melihat mereka merasa heran karena belum pernah ada kakak kelas yang main ke kelas X-A.
"Ta! mereka siapa? kakak kelas kita?" pertanyaan Shaletta membuat Sinta langsung menepuk jidatnya sendiri.
"Masa lo nggak kenal mereka?"
"Mereka itu geng yang sangat terkenal suka membully orang dan gue juga heran siapa yang mereka cari disini."
"Sepertinya the girls itu mengarah ke kelas kita deh."
Jennifer hanya melihat situasi tersebut tanpa ingin untuk ikut campur. Ya dia kan murid baru.
Ketika Shaletta akan keluar, para the girls itu menghambatnya dengan berdiri di depan pintu.
"Permisi, aku mau lewat kak."
Salah seorang dari mereka maju, yaitu Kanaya.
"Ouh ini gadis itu?" ucapnya membuat Shaletta kebingungan. Ia merasa bahwa selama ini tidak ada urusan dengan kakak kelas.
"Numpang kak, aku ingin keluar."
Tanpa alasan yang jelas Kanaya mendorong Shaletta sehingga ia termundur beberapa langkah.
Shaletta yang diperlukan seperti itu, sikapnya seketika berubah.
"Gue hanya ingin pergi," ujar Shaletta dengan wajah datar.
Melihat hal itu sang ketua geng ingin suasana menjadi lebih panas.
"Eh, songong juga lo ternyata?! Lo ga tau siapa gue hah?" suara Kanaya persis seperti cabe.
"Ntah," jawab gadis itu mengangkat bahunya tak peduli. Toh, dia emang ga tau.
"Heh, dengar ya! lo itu baru disini, jadi nggak usah sok keren jadi orang. Sekarang gue minta lo kasih duit lo ke gue! baru gue bolehin lo lewat."
"Dan satu lagi, gue ingin lo kerjain sana tugas-tugas gue! bukan hanya gue tapi sekaligus tugas mereka," perintahnya sehingga Ila tersenyum licik, ia punya rencana.
"Emang lo siapanya gue?" ucap Ila sinis.
Mendengarnya Kanaya langsung terpancing emosi.
"Berani lo ama gue hah?!" Nada Kanaya naik satu oktaf dan mengambil ancang-ancang menampar Shaletta. Tak disangka orang yang ditindasnya saat ini menangkis tangannya, sungguh hal yang belum pernah ia alami saat membully orang lain.
Shaletta menghempaskan tangan Kanaya. Sementara anggota yang lain tercengang menyaksikan kejadian tersebut.Tidak mungkin.
Kanaya yang diperlakukan seperti itu malah melototkan matanya.
"Apa yang lo lakukan hah?!"
"Kalau lo serang ya gue tangkis. Saya bukan orang sabar yang akan membiarkan orang nampar saya tanpa alasan."
"Oh ya, kalian bully orang itu apasih gunanya? ga ada kerjaan yang lain?"
"Coba kalian pikir! apa rasanya kalau kalian menjadi orang yang dibully," Ila melanjutkan ucapannya.
"Kalau mau melakukan sesuatu itu, pikirkan baik-baik. Jangan mengira hanya anda yang berhak merdeka. Banyak orang lain yang ingin hidup bebas dari tindasan. Secara tidak sengaja kalian telah membuat kesalahan yang sangat fatal, kalian telah membuat jelek nama keluarga kalian di sekolah ini. Dan sebenarnya anda semua itu tidak ditakuti oleh siswa/i disini, mereka benci ama kalian yang berbuat sekehendak hati. Tapi apa boleh buat? mereka nggak bisa apa-apa karena keluarga kalian orang yang berduit."
Ucapan Shaletta membuat mereka seketika terdiam. Apa yang dikatakan oleh gadis dihadapan mereka itu memang benar.
"Tapi, jika mau berubah masih bisa kok. Saya yakin di dalam hati anda semua itu masih tersimpan hati nurani," tambah gadis itu lalu tersenyum. Ia keluar dari kelas itu.
Murid lain yang melihat berdecak kagum akan keberanian sang most wanted sekolah.
Sedangkan The girls, memikirkan kembali apa yang diucapkan Shaletta. Kalau dipikir kembali ada juga benarnya.
Namun dilain sisi, Jennifer dan Sinta memikirkan cara untuk menyingkirkan Ila dari hati semua orang.
"Ta, apa lo yakin rencana itu akan berhasil?"
"Lo ngeraguin gue? tenang aja! gue itu udah lama kenal ama dia."
"Apa lo nggak lihat tadi gimana cara dia menantang orang yang dikatakan sebagai pembully sekolah?"
"Pokoknya lo tenang aja! gue udah punya rencana matang yang gue yakin ini akan berhasil. Kita hanya perlu beberapa orang bayaran untuk melancarkan aksi ini," ucap Sinta memperlihatkan smirknya.
***
"Wes, lo hebat Sha. Berani nantangin kakel," ujar Sinta lebay.
"Nggak, b aja kok. Ouh ya dari mana lo tadi? kok gue jarang liat lo akhir-akhir ini? apa lo sibuk?" pertanyaan Ila disambut dengan tawaan oleh Sinta.
"Apa lo ada marah sama gue? soalnya gue liat kalau lo itu bukan lo."
Ucapan Shaletta membuat hati Sinta merutuk kesal.
Tentu aja ada. Lo itu udah ngebuat hati gue hancur! lo udah ngerebut yang seharusnya milik gue.
Sebenarnya dia marah mendengar pertanyaan itu, tapi ia tutup dengan ekspresi senyum.
"Nggak, lo nggak ada salah. Yok, kita ambil tas! lagian bel udah bunyi," ujar Sinta mengalihkan pembicaraan.
"Hmmm,gimana kalau kita makan dulu? sekalian ajak Jenni, Rani dan kawan-kawan yang lain?" tanya Ila.
"Terserah."
"Tapi, dimana kita akan makan?"
"Di depan."
Sinta memanfaatkan keadaan saat ini. Ia hanya berpura-pura baik pada Shaletta supaya nggak ada yang curiga sama rencana yang telah disusunnya. Dan jika ditelisik lebih lanjut lagi, Jennifer itu hanyalah sebagai alat bagi Sinta dalam menyingkirkan sahabatnya sendiri sehingga identitasnya tidak akan diketahui secara langsung dalam aksi ini.
"Sha, gue hanya ingin ngatain ternyata Jenni itu agak marah sama lo."
Shaletta menjadi terkejut.
"Emang gue ngapain sampai dia marah sama gue? padahal lo lihat sendiri kan bicara sama dia aja gue jarang."
"Dia ngatain ke gue, katanya dia itu iri ama lo yang menjadi most wanted sekolah, disukai banyak orang."
Shaletta hanya ber"oh"ia saja. Ia terlihat begitu santai.
"Lo nggak marah?" mendengar itu Shaletta hanya tersenyum.
"Untuk apa harus marah? Setiap manusia itu punya sifat cemburu."
Sinta seakan mati kata, ia tidak bisa mengadu domba antara Shaletta dan Jennifer jika sahabatnya ini selalu bersikap tak peduli.
Bersambung...
Terus baca ceritanya dan tunggu kelanjutannya ya!
Jangan lupa untuk tekan tombol like, beri vote and coment serta kasih bintang 5!
......Thanks......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
liana
gak dinovel/ nyata org terdekat lah sebenarnya yg penghianat 😪
2023-03-06
1