Sinta sedang berjalan jalan dengan Jennifer. Di tengah perjalanan ia melihat Shaletta yang sedang berada di ruang informasi. Jadi ia memutuskan untuk menghampiri temannya itu.
"Sha! lo lagi ngapain?"
"Baca puisi. Sepertinya baru terbit deh."
"Dari mana lo tau?"
"Soalnya kemarin saat gue lewat sini belum ada puisi itu."
"Ooo."
***
Di perjalanan Shaletta banyak mendapat sambutan hangat dari para siswa/i SMA Galaxy. Jennifer yang melihat hal itupun merasa sedikit iri.
"Emangnya Shaletta itu siapa sih?" batinnya.
Kemudian datanglah 4 orang yang lumayan cogan kearah mereka bertiga. Melihat itu Jennifer dan Sinta langsung memasang gelagat caper. Namun tindakan mereka nihil begitu saja karena hanya Shaletta yang disapa.
"Sha, tumben lo lewat sini. Emang ngapain?"
"Cuma keliling. Bosan di kelas terus," jawab gadis itu menghadap Gema.
"Ooo, ke kelas gue yok!"
"Hmmm."
"Sha, kami pergi ya!" ucap Sinta sambil memegang tangan Jennifer.
"Mo kemana?"
"Ada urusan mendadak."
"Sinta temenin saya," Jennifer menarik tangan Sinta.
***
"Hmmm ta! what i may ask for you?" tanya Jennifer agak ragu.
"What the?"
"Shaletta itu siapa?"
"Oo, dia most wanted sekolah ini."
"When you to meet with her?"
"Hmmm, guw temanan ama dia sih sejak SMP. Saat itu kami sedang dalam masa MPLS, gue nggak punya teman dan dia mendekati gue. Tanya gue dari mana, kelas berapa, dan semacamnya. Sejak saat itu gue berteman dengannya."
"What her that a good?"
"Yes."
Jennifer hanya ber"oh"ia menanggapi ucapan Sinta yang cukup panjang lebar dan mudah dimengerti.
***
Reno datang bersama gengnya. Seperti biasa Jennifer dan Sinta akan memasang gaya sok keren untuk caper sama para lelaki. Namun usahanya selalu sia-sia, karena ia tidak pernah diperhatikan oleh para siswa SMP.
"Sha, lo ngapain menung-menung ga jelas kaya orang linglung? nanti kerasukan siapa coba yang bisa obati coba?"
"Lo ada-ada aja sih Ren."
"Emangnya napa sih para cowok disini semuanya suka ama dia? padahalkan cantikan gue dari pada dia." Jennifer semakin dengki pada Shaletta yang katanya most wanted sekolah. Sinta yang akhir-akhir ini kurang suka sama Shaletta memanfaatkan keadaan. Dia menarik tangan Jennifer keluar.
"Pasti lo iri sama Shaletta kan? udah, ngaku aja! nggak papa kok!" ucap Sinta yang sengaja memancing emosi Jennifer sebab ia tahu kalau teman barunya itu merasa iri dengan sahabatnya.
"Gue heran deh, napa sih semua cowok bisa aja di bawah kendalinya? pakai pelet apa sih dia? ga mungkin semua orang pada suka sama dia. Apa ga aneh coba?"
"Padahal kalau ditanya masalah wajah mah gue rasa gue ama dia itu sebelas dua belas.
I no lose with her."
"Hmmm, so how according you?"
"You meaning?"
"Apa yang akan lo lakuin?"
"Biar aja dulu! gue biarin satu kali lagi. Tapi setelah itu nggak akan gue kasih lagi kesempatan," ujar gadis itu tersenyum sinis. Sinta pun yang mendengarnya juga tersenyum tipis karena ia ingin menyingkirkan Shaletta, sebab orang yang dia sukai selama ini malah menyukai temannya sendiri.
"Dah, ayo kita masuk!"
***
"Sha, nanti gue pulang ama Jenni lagi ya! soalnya masih ada urusan yang belum terselesaikan," Shaletta hanya bisa mengangguk, apalah yang bisa ia lakukan selain pasrah. Temannya yang selama ini selalu bersama dalam keadaan apapun sudah jarang bermain dengannya karena selalu dengan alasan ada urusan yang harus diselesaikan dan itu pasti dengan Jennifer.
Sebenarnya Shaletta merasa heran, akhir-akhir ini Sinta tampak seperti menjauhinya dan lebih sering bersama dengan Jenni, si anak baru.
"Apa gue punya salah ama dia? perasan ga deh. Tapi kok dia kaya agak marah gitu ya?"
Tapi ia tidak mau langsung menghakimi orang lain dengan berprasangka buruk padanya. Jadi Shaletta tak ambil pusing, lebih baik ia hanya menjalani hari ini dengan santai.
"Sha, lu sendiri lagi?"
"Hmmm."
"Mana Sinta?" tanya Adam.
"Pulang sama Jenni."
"Ga usah sedih napa sih? kita kan teman lo juga. Ga usah sungkan deh!"
"Kalian nggak pulang?"
"Kamu lupa? kita inikan ikut olahraga voli," jawab Reno yang duduk melepaskan rasa lelahnya.
Shaletta sekarang sedang memikirkan hal lain dihatinya.
"Kok gue nggak liat dia seharian ini ya? ah, sudahlah! nggak mungkinkan dia selalu muncul. Lagian ngapain juga gue mikirin orang? ga guna banget.
Baru saja berpikir seperti itu, terlihatlah wajah orang yang ia maksud. Mereka selalu melakukan eyes contact secara tidak sengaja.
"Wajah dia lagi! siapa dia sebenarnya?!" batin mereka penasaran.
Reno dan Gema yang dari tadi memperhatikan Shaletta langsung menggodanya.
"Ngeliat siapa lo?" tanya Gema ala detektif.
"Hmmm, jangan-jangan liat dia ya?!" tebak Reno dengan nada agak ketawa sambil menunjuk orang yang dimaksud dan itu langsung mendapat sanggahan dari Shaletta.
"Ish, apa sih? emangnya gue nggak boleh liat orang?"
"Hahaha, ga usah baperan amat kali!"
"Udah-udah, sekarang bukan waktunya untuk bermain. Gue lapar, ayo ke kantin!"
"Lo sebenarnya ngalihin pembicaraan kita kan?"
"Enak aja, memang gue itu lapar," jawab Shaletta tak terima. Ia sebenarnya memang ingin mengelak dari tawaan teman-temannya itu tapi masa harus jujur.
"Ihh, yaudah gue pergi!"
5 boys tersebut langsung terkejut. Mereka khawatir kalau Shaletta akan ngambek sama mereka.
Berteman dekat dengan seorang Shaletta sang most wanted sekolah bukanlah hal yang mudah. Tidak sembarang orang yang bisa dekat dengannya. Memang dia itu sering senyum, tapi orang akan menganggap Shaletta itu cewek dingin namun tidak bagi orang yang dekat dengannya. Mereka terkadang menganggap Shaletta itu menyenangkan terkadang menganggap Shaletta itu cewek jutek.
"Ehh Sha, kita bercanda kok! jangan bawa ke hati napa sih?"
Otak Mereka kalang kabut mencari cara supaya sikap Ila tidak kembali dingin pada mereka. Sungguh berteman dengan Ila itu sangatlah tidak mudah.
Dengan mengumpulkan tenaga mereka menyusul Shaletta yang sudah berjalan duluan menuju kantin.
"Akhhh! ini salah lo Gem! kan jadinya dia malah ngambek ama kita."
Gema melotot dengan perkataan Reno. Enak aja nih anak main nyalahin orang padahal dia juga ikut buat masalah kan?
"Eh, lo juga ikut buat masalah kan? ini semua bukan murni kesalahan gue woy! lo juga salah."
"Heh lu berdua! kalian berdua yang salah malah main salah-salahin orang lagi. Emang kalian pikir ini lomba debat apa? main nyalah-nyalahin orang," ujar Adam menengahi mereka berdua.
Bersambung...
Terus baca ceritanya dan tunggu kelanjutannya ya!
Jangan lupa untuk tekan tombol like, beri vote and coment serta kasih bintang 5!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments