Sementara itu, tanpa diketahui istri dan 2 anaknya, penyakit Celin semakin parah.
Pagi sekali, seperti biasa Yu Chen dan Yu Ching berangkat ke sekolah.
Sebelumnya mereka memeluk ayah mereka lalu ibunya dan merekapun berangkat.
Sementara itu beberapa saat kemudian Celin pun juga harus menyusul untuk bekerja.
Dia mencium kening istrinya dengan lembut.
Setelah itu Que San berkata, "Hati-hati. Nanti jangan pulang terlarut malam. Kami semua menunggumu untuk makan malam. "
Celin mengangguk sambil tersenyum. Lalu ia berkata," Baiklah, aku pergi dulu. Sampai jumpa. "
Que San mengangguk dan tersenyum.
Tanpa diduga, di tempat kerja perkebunan.
Tiba-tiba penyakit Celin pun kambuh. Teman-temannya segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
Tapi, saat di rumah sakit Celin tidak dapat diselamatkan. Dan dokter pun tidak bisa apa-apa.
Saat mendengar kabar tentang apa yang terjadi pada suaminya.
Que San begitu terkejut.
Dia benar-benar tidak percaya hal itu terjadi.
Apalagi saat ia diberitahu bahwa selama ini suaminya terkena penyakit jantung, ia sama sekali tidak tahu hal itu.
Que San menangis bersama 2 putrinya.
Upacara pemakaman pun berlangsung, begitu sederhana dan sangat cepat. didepan makam suaminya, Que San lalu menatap 2 putrinya.
Ia pun mendekati 2 putrinya dan ia menunduk.
Sambil ia mengusap air mata di pipi 2 putrinya.
Ia pun berkata , "Jangan menangis lagi. Ayah pasti tidak suka melihat kalian terus menangis. "
Yu Chen menunduk.
Que San memegang pundak mereka dan memeluk mereka sambil berkata, "Jangan khawatir. Masih ada ibu disamping kalian yang akan selalu menjaga kalian. Ayahpun pasti juga selalu ada disamping kalian. Ingatlah mulai sekarang kalian harus menjadi orang yang kuat, dan jangan sering menangis. "
Yu Chen dan Yu Ching mengangguk.
Que San tersenyum.
Lalu ia berdiri dan menggandeng 2 putrinya.
Dan mereka berjalan pulang.
Hari-hari berlalu.
Tiba hari dimana Ayah Que San ulang tahun.
Akhirnya Que San memberanikan diri untuk pergi ke Teipei untuk menemui ayahnya.
Sebelum ia pergi, ia berkata pada 2 putrinya," Ibu akan pergi ke Teipei."
Yu Chen menyaut, "Menemui kakek galak yang pernah ibu ceritakan itu?"
Yu Ching, "Yu Chen, jangan berkata seperti itu!"
Sang ibu tersenyum, "Kalian dengar, kakek kalian tidak galak. Dia sangat baik. Dia sangat menyayangi ibu. Ibu yakin, jika kakek kalian melihat kalian, dia pasti sangat menyukai kalian. baiklah, ibu harus segera berangkat. "
Ia menoleh pada Yu Ching dan berkata, "Yu Ching, mungkin ibu akan pulang malam. Ibu sudah menyiapkan makan malam untuk kalian. kalian makanlah dulu. jaga baik-baik adikmu, dan jangan lupa untuk mengunci pintunya."
Yu Ching mengangguk," Baiklah bu, aku mengerti."
Que San menoleh pada Yu Chen dan berkata, "Yu Chen, kau tidak boleh nakal. Kau harus menuruti kakakmu. Jangan membuat kakak mu marah. Kau mengerti?"
Yu Chen mengangguk dan tersenyum, iapun memeluk ibunya dan berkata, "Baik bu. Ibu jangan lupa bawakan Cakwe dan jeruk untukku."
Que San tersenyum, "Baiklah, ibu akan bawakan untuk kalian."
Lalu Que San mencium putrinya.
Dan ia hendak pergi.
Yu Ching tiba-tiba memangil ibunya, "Ibu!"
Que San menoleh.
Yu Ching menatap ibunya, lalu sebentar kemudian ia berkata, "Hati-hati. Kami menunggumu pulang."
Que San tersenyum dan mengangguk," Baiklah. "
Lalu Yu Chen melambaikan tangannya. Dan Que San pergi.
Yu Ching lalu mengunci pintu rumah. sambil berjalan ke dalam ia berkata pada adiknya," Kau ini, yang dipikirkan selalu saja makanan. "
Yu Chen, "Tentu saja kak. Lagipula aku sangat suka makan."
Yu Ching tersenyum melihat adiknya.
Sampainya Que San di Tei Pei.
Ia pun langsung menuju ke rumah ayahnya.
Ia berdiri agak jauh di depan rumahnya.
Sambil ia menatap rumahnya, ia teringat saat dia masih tinggal di rumah itu bersama ayah, ibu dan kakaknya.
Dia ragu-ragu untuk masuk ke dalam rumah.
cukup lama ia berdiri didepan rumah ayahnya.
Tiba-tiba, Que Nan keluar bersama putrinya yang hendak berangkat ke sekolah.
Que Nan hendak mengantar putrinya sampai ke mobil.
Begitu terkejut Que Nan melihat adiknya berdiri di depan rumah.
Que Nan, "Que San kau?! "
Que San menatap kakaknya, "Kakak."
Setelah putri Que Nan berangkat bersama sopir keluarga.
Lalu mereka masuk ke dalam rumah.
Saat hendak menemui ayah mereka di ruang baca.
Que San berhenti dan menoleh pada kakaknya," Kakak, aku takut ayah pasti marah melihatku. Lebih baik aku kembali saja."
Que Nan berkata, "Tidak akan apa-apa. Ada kakak di sini. jangan takut. "
sambil ia menggandeng tangan adiknya.
merekapun masuk ke ruang baca.
Sang ayah sedang duduk kursi meja kerjanya.
Lalu Que Nan berkata, "Ayah, ada yang ingin bertemu dengan ayah. Lihat siapa yang datang."
Saat Hanwen menoleh, ia melihat orang yang berdiri di depannya.
Putri yang selama ini sudah pergi dari kehidupannya sekaligus putri yang sangat ia rindukan.
Tapi masih saja hatinya keras.
Que San menatap ayahnya dengan penuh keraguan. Lalu ia berkata, "Ayah... ."
Hanwen pun menatap 2 putrinya.
Lalu ia berdiri membelakangi mereka dengan penuh kewibawaannya.
Dan ia berkata, "Untuk apa kau kemari lagi?! kau masih ingat untuk pulang kemari?! Apa kau sudah lupa, kau bukan anggota keluarga di tempat ini lagi. kedatanganmu tidak diharapkan di sini."
Que San begitu terkejut mendengarnya.
Que Nan," Ayah, jangan seperti itu. semua sudah berlalu. Que San adalah putri ayah. Lagipula kedatangan Que San kemari ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk ayah. "
Hanwen tersenyum sinis dan berkata, "Ternyata kau masih bisa ingat untuk menjengukku apalagi mengucapkan selamat ulang tahun. Kau sudah lupa? aku bukan ayahmu lagi."
Que San meneteskan airmata dan berkata," Maafkan aku. Kedatanganku sudah mengganggu. Ayah... aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk ayah. Aku berharap ayah selalu bahagia. Maafkan aku ayah. Aku tidak akan pernah lupa pada ayah.
Maafkan aku, aku bukan putrimu yang baik. Aku tidak akan mengganggumu lagi ayah. Selamat tinggal. "
Que San pun pergi keluar.
Que Nan," Que San! "
Que Nan pun mengejar adiknya.
Han Wen yang mendengar kata-kata putrinya, ia pun ikut sedih.
Ia duduk di kursinya sambil ia menatap foto di meja kerjanya, di foto itu adalah foto 2 putrinya.
Ia menghela napas.
Sebenarnya iapun juga merindukan putrinya.
Hanya saja ia masih memegang wibawanya.
Que Nan yang mengejar adiknya sampai keluar halaman.
Que Nan, "Que San, tunggu! "
Ia memegang tangan adiknya untuk menghentikan adiknya.
Lalu ia berkata, "Que San, maafkan kata-kata ayah. "
Que San menoleh," Ayah tidak bersalah kak, dia berhak bicara seperti itu. Akulah yang seharusnya minta maaf pada ayah. "
Que Nan memeluk adiknya.
Han Wen pun melihatnya dari jendela ruang kerjanya.
Que Nan berkata," Kau sudah sampai kemari, bagaimana jika kita minum teh dulu?"
Que San," Tapi kak... ."
Que Nan, "Tenang saja, kita minum teh di tempat kedai teh yang sering kita kunjungi dulu. Kita sudah lama sekali tidak ke sana bukan? Bagaimana?"
Que San menatap kakaknya, lalu berkata, "Baiklah kak. "
Akhirnya mereka berbincang-bincang di kedai teh.
Que Nan berkata, "Que San, kau kelihatan pucat dan kurusan. Apa kau kurang sehat?"
Que San menatap kakaknya lalu berkata," Aku tidak apa-apa kak."
Que Nan," Benarkah tidak apa apa?
Que San, "Aku ini adalah kakakmu, kau lupa? "
Que San menatap kakaknya, lalu dengan ragu berkata, "Sebenarnya... ."
Que Nan menatap adiknya," Ada apa? "
Que San, "Sebenarnya Celin... dia sudah meninggal. "
Que Nan begitu terkejut mendengarnya dan berkata," Apa?! bagaimana itu bisa terjadi? "
Lalu Que San pun menceritakan kepada kakaknya.
Que Nan menatap adiknya dan memegang tangan adiknya di atas meja.
Lalu Que San berkata," Tapi, aku bersyukur Celin meninggalkan 2 putri yang begitu baik. Aku akan tetap tegar dan aku akan membesarkan mereka dengan kasih sayangku. Karena Celin pun akan selalu ada di sampingku dan menemani kami. "
Que Nan lega melihat adiknya yang begitu tegar dan kuat.
Merekapun minum teh sore itu. tiba-tiba
Que San pun teringat ia harus segera pulang.
Ia melihat jam di tangannya.
Dan berkata," Sudah sore. Aku harus segera pulang kak. anak-anak sudah menungguku di rumah. Terima kasih kakak sudah mentraktirku minum teh."
Que Nan," Untuk apa terlalu sungkan, aku ini kakakmu. "
Que San tersenyum, ia hendak berdiri.
Tiba-tiba Que Nan memegang tangan adiknya dan berkata, "Que San, jika kau butuh bantuan, katakan saja pada kakak, kakak akan membantumu. Kau jangan lupa, masih ada kakak yang selalu ada di sampingmu. Kakak beri nomer handphone kakak. Teleponlah kakak. "
Que Nan menyerahkan selembar kertas berisi nomer handphonenya.
Lalu Que San tersenyum dan memegang tangan kakaknya dengan lembut sambil berkata, "Terima kasih kak. "
Que San memeluk kakaknya dan berkata saat berada di pelukan kakaknya, "Kakak, aku sangat menyayangimu, juga ayah. Sampai jumpa kak."
Que Nan terkejut, ia merasa seakan adiknya akan pergi jauh dan tidak kembali lagi.
Saat Que San keluar dari restoran.
Ia hendak menyeberang. Tapi tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang dan menabrak Que San.
Que Nan melihat hal itu.
Ia segera berlari keluar dan mendekati adiknya.
Darah pun keluar dari dahi dan kepalanya.
Que Nan," Que San...!"
Que San memegang tangan kakaknya.
Ia memandang kakaknya.
Sambil menahan sakitnya ia berkata pelan," Kakak... tolong bantu aku... bantu aku menjaga ke 2 putriku. "
Que Nan menangis.
Ia berkata" Kenapa kau bicara seperti itu ...? Kau akan selamat. "
Que San menggelengkan kepalanya.
Ia menatap kakaknya.
Air matanya mengalir.
Wajahnya memohon pada kakaknya.
Ia berkata lagi," Aku mohon kak. Berjanjilah. Katakan pada mereka... aku sangat menyayangi mereka."
Que Nan meneteskan air matanya.
Akhirnya ia mengangguk dan berkata," Baiklah. Baiklah."
Que San memberikan 2 buah kalung dengan liontin bintang pada Que Nan.
Dan ia minta tolong pada kakaknya untuk memberikan 2 kalung itu pada 2 putrinya.
Ambulance pun datang.
Tapi Que San tidak bisa diselamatkan saat dalam perjalanan ke rumahsakit.
Hanwen pun begitu menyesal atas kematian putri ke 2nya.
Akhirnya Hanwen segera meminta Que Nan untuk menjemput ke 2 putri Que San.
Yu Chen dan Yu Ching benar-benar terkejut dan tidak menyangka mendengar tentang apa yang terjadi pada ibu mereka.
Yu Ching berusaha kuat untuk adiknya.
Meski ia begitu sedih dan terpukul juga.
Mereka pun mau tidak mau akhirnya ikut dan tinggal bersama bibi dan kakeknya.
Bulan berlalu.
Sementara itu Han Wen memutuskan untuk menyekolahkan Yu Ching di New York.
Ia meminta menantunya Zuang Liu Jiang untuk mengurus semua keberangkatan Yu Ching, sekolah nya di New York dan di mana ia tinggal.
Sebelum pergi, Que Nan memberikan 2 buah kalung dengan liontin bintang peninggalan adiknya dan Celin.
Yu Chen berkata pada kakaknya," Kak, kalau kakak pergi bagaimana denganku?"
Yu Ching menatap adiknya dan berkata, "Tenang saja, kakak akan segera pulang dan menemanimu lagi. "
Yu Chen mengangguk, dan Que Nan berkata, "Yu Chen, bukankah ada bibi, paman, kakek juga Yue Yue yang menemanimu. Kak Yu Ching pun juga akan segera kembali. "
Yu Chen tersenyum, "Baiklah, aku akan menunggu kakak pulang. "
Que Nan tersenyum dan memegang pundak ke dua ponakannya.
Lalu ia memakaikan kalung itu ke leher 2 ponakannya.
Setelah itu ia berkata, "Baiklah, ayo kita makan. Bibi Li sudah menyiapkan makan malam untuk kita, dan semuanya pasti sudah menunggu ."
Lalu merekapun menuju ke ruang makan dan makan malam bersama.
Keesokan harinya Yu Ching pun berangkat ke New York. Mo Bei pun mengantarnya sampai di bandara bersama keluarga Yu Ching.
Mo Bei berkata," Aku akan menunggumu pulang Yu Ching."
Yu Ching mengangguk dan tersenyum.
Yu Ching pun berpelukan dengan keluarganya.
Lalu ia pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments