Bab 2. Kenyataan Pahit

Kaki jenjang melangkah pelan menelusuri lorong sekolah, Amira terus menebar senyumannya. Membuat beberapa siswa yang berada di sana, kelepek-kelepek. Dalam soal paras, Amira memang sangat cantik. Bibir tipis merah ranum, hidung mancung, mata bulat dengan iris indah dan wajah yang begitu imut dan menggemaskan. Tak heran jika dia jadi primadona sekolah.

“Hay guys!” teriaknya ketika sudah sampai di dalam kelas. Tersenyum sembari memandangi satu persatu teman sekelasnya.

“Pagi cantik,” sapa Adnan balik. Pria yang menjabat sebagai ketua kelas.

Amira kembali berjalan, melewati beberapa bangku dan meja yang berjejer. Ia menghampiri gadis berhijab segitiga yang tengah membaca buku. Siapa lagi kalau bukan Cinta Amara—teman sekaligus saudari bagi Amira.

“Assalamu’alaikum Ukhty Cinta,” sapa Amira sambil senyum-senyum ke arah Cinta.

“Wa’alaikum salam. Kemarin ke mana? Kok enggak sekolah?” Cinta memberondong Amira dengan pertanyaannya.

“Oke, oke. Sabar ya, aku duduk dulu, nanti aku ceritain deh,” ucap Amira sambil mengambil bangku untuk dia duduki.

Cinta langsung meletakkan buku dalam genggaman. Ia benar-benar penasaran dengan Amira, dan enggak biasanya juga, gadis itu terlihat begitu bahagia.

“Jadi apa? Kenapa kamu tidak sekolah kemarin?”

“Elah, Cinta Amara, sabar napa. Belum juga napas,”

“Aku penasaran,”

“Iya iya. Jadi gini. Aku—“

“Selamat pagi murid-murid.” Ucapan Amira terhenti saat mendengar sapaan guru perempuan yang sudah masuk dan akan segera memulai pelajarannya.

“Pagi Bu!”

“Nanti ya, pas ngantin.”

**

Sepasang mata tertutup perlahan, masih dengan tangan yang setia memijat pelipis dengan gerakan perlahan. Laska merasa kurang enak badan, berulang kali ia menghirup udara dan mengeluarkannya dengan pelan. Semua perkataan abi dan uminya kemarin, masih terus terngiang-ngiang ditelinganya.

“Abi tidak pernah menyangka, kamu, yang Abi pikir bisa menjadi imam yang baik. Ternyata ... Sangat buruk!” Pria paruh baya membuang napas kasar. Muhammad Akbar, abi Laska memilih memijat pelipisnya setelah mengucapkan kalimat itu.

“Tidak Abi! Laska tidak pernah melakukan itu, ini, hanya salah paham. Umi yakin ‘kan? Laska bukan pria seperti itu?” Laska mengalihkan pandangan ke arah Kia, di sana wanita itu, tengah menangis sesenggukan.

“Umi tidak tahu, semua ini di luar pikiran Umi. Kamu ... Menghamili Amira, yang bahkan belum tamat SMA,” ucap Kia dengan terbata-bata. Berulang kali ia menutup mulut, menahan tangisannya.

“Umi, Abi, percayalah. Laska bukan pria seperti itu, bahkan Laska tidak pernah sekali pun mengonsumsi minuman keras! Tidak pernah!”

“Sudahlah, semuanya sudah menjadi bubur. Kamu, tetap harus bertanggung jawab, nikahi Amira. Secepatnya.”

“Bos!”

Laska tersentak, dia langsung membuka matanya. Terlihat seorang pria berpakaian OB tengah berdiri di depan mejanya dengan segelas kopi panas.

“Ya?”

“Ini kopinya. Apakah Bos sedang sakit?” tanya OB itu.

“Tidak! Kamu bisa kembali sekarang,” perintah Laska.

“Baiklah, permisi.”

Se-peninggalan OB bernama Dedi tadi, Laska meraih gelas berisi kopi, meniupnya pelan lalu menyesap dengan perlahan. Seketika hangat menjalari kerongkongannya, dan membuatnya sedikit rileks.

Kini tatapan matanya mengarah pada benda pipih yang tergeletak di meja. Seketika keinginan menelepon sang umi begitu menggebu, dia ingin mengucapkan maaf entah untuk ke berapa kalinya.

“A-asalamu’alaikum Umi.” Laska langsung mengucap salam ketika panggilan sudah mendapat jawaban dari Kia.

“Wa’alaikumussalam,” jawab Kia dari seberang sana, suaranya terdengar parau dan serak. Laska tahu betul apa yang terjadi dengan sang umi. Pasti terus menangisi dirinya yang sangat bodoh ini, ditipu seorang gadis kecil dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Seketika bayangan-bayangan bahagia bersama sang umi menghampiri Laska. Sebuah keharmonisan yang saat ini begitu dia rindukan.

“Laska janji akan selalu bahagiain Umi. Apa pun itu. Laska nggak akan pernah buat Umi nangis,”

Laska mengusap sudut matanya, dia tak bisa menepati janji itu. Dia gagal.

“Laska, Nak.”

Panggilan dari sang umi membuyarkan lamunan Laska, dengan gesit pria itu kembali menempelkan benda pipih di genggamannya ke telinga.

“Ah, iya Mi. Maaf Laska lupa kalau lagi teleponan sama Umi,” ucap Laska dibarengi dengan tawa renyahnya. Berusaha memecahkan keheningan.

“Kenapa Sayang, telepon Umi? Rindu tidur di peluk ya?” Terdengar kekekan dari seberang sana, seketika membuat hati Laska menghangat.

“Hahaha, iya Mi. Rindu banget,”

“’Kan sudah punya istri, peluk istri dong.”

Iya banget. Tidur aja pisah.

“Enggak deh, dia bocil Mi. Takutnya entar teriak-teriak, ‘kan Laska malah bahaya.”

Keduanya tertawa bersamaan di tempat yang berbeda. Tetapi menit berikutnya, Laska terpaksa mengakhiri sambungan karena akan melakukan meeting.

“Nanti lagi ya Mi, soalnya Laska mau meeting. Assalamu’alaikum Umi Sayang.”

“Wa’alaikumussalam Sayang.”

**

Saat sudah masuk ke dalam dan merasakan udara yang cukup dingin, keramaianlah yang pertama kali menjadi pandangan Amira. Gadis itu semakin bersemangat menyerbu berbagai pakaian yang saat ini tengah ada diskon, karena mereka sekarang tengah berada di mal. Ternyata benar, gadis ini pergi bersama para temannya. Dia dan Cinta, perempuan, yang lainnya pria.

“Kamu mau beli apa sih Ra?” tanya Cinta yang sejak tadi hanya mengekor Amira tanpa mau memilah satu pakaian saja.

“Bajulah, apalagi,” acuh Amira masih tetap sibuk dengan kegiatannya.

“Iya aku tahu, tapi baju apa?”

“Apa aja deh. Kamu bawel tahu nggak.”

Cinta hanya bisa membuang napas kasar, ia memilih duduk di kursi yang sudah tersedia. Mengambil satu buku dari dalam tas dan mulai membaca kelanjutannya tadi. Sebenarnya dia sempat syok tadi, saat Amira cerita tentang pernikahan mendadak gadis itu. Tapi detik berikutnya dia langsung istigfar dan memarahi tingkah konyol Amira yang menjadikan Laska bermasalah terhadap ayahnya.

Tak bisa Cinta pungkiri, Amira bisa senekat itu. Berpura-pura hamil dan menuduh Laska hanya untuk bebas dari perjodohan yang sudah disepakati dua keluarga. Ah, Cinta benar-benar pusing dengan Amira, menurutnya gadis itu terlalu bar-bar.

“Ta, kamu nggak beli?” Amira mendongakkan kepalanya untuk melihat Cinta yang tengah fokus dengan buku.

Cinta mengalihkan pandangan ke arah Amira, lalu berkata, “Tidak. Aku masih punya banyak baju.”

“Ah, baiklah.”

Amira kembali fokus memilih baju, ia ingin membeli baju yang sangat cantik dan tentunya menggoda. Banyak rencana dalam otak yang sudah ia susun. Malam ini, Amira ingin menggoda Laska dengan pakaian yang terbuka, ingin memastikan, pria dingin itu tertarik atau tidak.

Dia tersenyum miring, membayangkan betapa tegangnya wajah Laska nanti. Ah, rasanya dia sudah tak sabar.

Sebenarnya rencana ini tiba-tiba saja datang, yang sebelumnya dia hanya cuek, tapi terpikir untuk mencoba. Sesekali enggak apa lah ya.

“Ya Allah, Amira lama banget sih. Kebiasaan.” Cinta mencebik kesal, memperhatikan Amira yang masih belum juga selesai memilih baju.

Beranjak dari duduk, Cinta berniat berkeliling sebentar sembari menunggu Amira selesai. Dia sangat hafal betul dengan kebiasaan Amira saat memilih barang apa pun itu, pasti akan membutuhkan waktu yang begitu lama.

Pandangan gadis berhijab putih begitu berbinar ketika mendapati banyak sekali barang-barang yang sangat bagus. Dari sepatu hingga tas beranded. Hingga tanpa sadar, di depan sana ada seorang pria yang juga tak fokus dengan jalannya.

“Auh!” adu Cinta saat merasakan sakit di kepalanya akibat terbentur dengan benda yang cukup keras.

Ralat, bukan benda melainkan dada bidang. Cinta membulatkan mata saat mendapati sepasang mata melotot ke arahnya.

“Kalau jalan itu pakai kaki, lihatnya pakai mata. Jangan terbalik! Dasar gadis aneh!”

 Bersambung

Jangan lupa like, komen dan vote temen-temen.

Terpopuler

Comments

dee_an

dee_an

laska manggilnya jd abi umi ya...di novel jaman dia kecil manggilnya papa mama kan

2022-05-17

0

Death angel

Death angel

wah Roman romannya ada bau bunga nih ☺

2021-12-23

0

Aya SiJutek Cuy

Aya SiJutek Cuy

roman2nya itu si kulkas berjlan.

2021-12-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Fitnah Berujung Menikah
2 Bab 2. Kenyataan Pahit
3 Bab 3. Menggoda
4 Bab 4. Kesal
5 Bab 5. Lelah
6 Bab 6. Dasar Menyebalkan!
7 Bab 7. Dua Pria Dingin?
8 Bab 8. Gandeng?
9 Bab 9. Mencuri
10 Bab 10. First Kiss
11 Bab 11. Pertanyaan.
12 Bab 12. Sakit
13 Bab 13. Nasi Goreng?
14 Bab 14. Gadis Mesum?
15 Bab 15. Khilaf Lagi
16 Bab 16. Mulai Khawatir
17 Bab 17. Ketemu Mantan
18 Bab 18. Cemburu?
19 Bab 19. Perasaan Cinta
20 Bab 20. Masih Tetap Sama
21 Bab 21. Ayah Masih Kecewa
22 Bab 22. Pria Brengsek?
23 Bab 23. Menantu Kesayangan
24 Bab 24.
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Promosi
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97 Akhirnya Menuju Awal
99 Extra part
100 MM Season 2 : Bab 1
101 MM Season 2: Bab 2
102 MM Season 2: Bab 3
103 MM Season 2: Bab 4
104 MM Season 2: Bab 5
105 MM Season 2: Bab 6
106 MM Season 2: Bab 7
107 MM Season 2: Bab 8
108 MM Season 2: Bab 9
109 MM Season 2: Bab 10
110 MM Season 2: Bab 11
111 MM Season 2: Bab 12
112 MM Season 2: Bab 13
113 MM Season 2: Bab 14
114 MM Season 2: Bab 15
115 MM Season 2: Bab 16
116 MM Season 2: Bab 17
117 MM Season 2: Bab 18
118 MM Season 2: Bab 19
119 MM Season 2: Bab 20
120 MM Season 2: Bab 21
121 MM Season 2: Bab 22
122 MM Season 2: Bab 23
123 MM Season 2: Bab 24
124 MM Season 2: Bab 25
125 MM Season 2: Bab 26
126 MM Season 2: Bab 27
127 MM Season 2: Bab 28
128 MM Season 2: Bab 29
129 MM Season 2: Bab 30
130 MM Season 2: Bab 31
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Fitnah Berujung Menikah
2
Bab 2. Kenyataan Pahit
3
Bab 3. Menggoda
4
Bab 4. Kesal
5
Bab 5. Lelah
6
Bab 6. Dasar Menyebalkan!
7
Bab 7. Dua Pria Dingin?
8
Bab 8. Gandeng?
9
Bab 9. Mencuri
10
Bab 10. First Kiss
11
Bab 11. Pertanyaan.
12
Bab 12. Sakit
13
Bab 13. Nasi Goreng?
14
Bab 14. Gadis Mesum?
15
Bab 15. Khilaf Lagi
16
Bab 16. Mulai Khawatir
17
Bab 17. Ketemu Mantan
18
Bab 18. Cemburu?
19
Bab 19. Perasaan Cinta
20
Bab 20. Masih Tetap Sama
21
Bab 21. Ayah Masih Kecewa
22
Bab 22. Pria Brengsek?
23
Bab 23. Menantu Kesayangan
24
Bab 24.
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Promosi
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97 Akhirnya Menuju Awal
99
Extra part
100
MM Season 2 : Bab 1
101
MM Season 2: Bab 2
102
MM Season 2: Bab 3
103
MM Season 2: Bab 4
104
MM Season 2: Bab 5
105
MM Season 2: Bab 6
106
MM Season 2: Bab 7
107
MM Season 2: Bab 8
108
MM Season 2: Bab 9
109
MM Season 2: Bab 10
110
MM Season 2: Bab 11
111
MM Season 2: Bab 12
112
MM Season 2: Bab 13
113
MM Season 2: Bab 14
114
MM Season 2: Bab 15
115
MM Season 2: Bab 16
116
MM Season 2: Bab 17
117
MM Season 2: Bab 18
118
MM Season 2: Bab 19
119
MM Season 2: Bab 20
120
MM Season 2: Bab 21
121
MM Season 2: Bab 22
122
MM Season 2: Bab 23
123
MM Season 2: Bab 24
124
MM Season 2: Bab 25
125
MM Season 2: Bab 26
126
MM Season 2: Bab 27
127
MM Season 2: Bab 28
128
MM Season 2: Bab 29
129
MM Season 2: Bab 30
130
MM Season 2: Bab 31

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!