Kalau hidup bisa memilih, mungkin aku akan memilih yang indah-indah saja.
Evelyn pov
Evelyn Carla adalah aku, wanita muda berumur 22 tahun, Yang tahun kemarin baru saja lulus dari universitas milik negara.
Aku memiliki seorang ibu yang sangat Aku sayangi. Satu-satunya anggota keluarga yang aku punya, penerang serta penopang hidupku di dunia yang kejam ini.
Kenapa bisa satu-satunya, itu semua karena Ayahku. Si lelaki durjana, yang meninggalkan Ibuku sendiri tanpa belas kasihan.
Kehidupanku dulu sederhana, namun penuh kehangatan dan kasih sayang dari Ayah serta Ibuku.
Semuanya terjadi karena wanita itu, datang di tengah kehidupan kami. Wanita kaya yang tergila-gila kepada ayahku, yang hanya bekerja sebagai seorang supir pribadinya.
Ayahku mulai berubah, tidak sehangat biasanya. Pulang selalu malam, dengan wajah tidak terbaca.
Sedangkan ibuku, wanita baik berhati lembut itu hanya bisa memaklumi. Tanpa bisa bertanya, karena ibuku selalu percaya dengan Ayahku.
Flasback on
Saat itu, Aku baru saja pulang dari kuliah. Dari arah kamar tidur Orang tuaku, Aku mendengar suara tangisan Ibuku, serta suara Ayahku yang meminta maaf.
Aku mengernyit bingung, saat mendengar suara lirih Ibuku yang menahan sakit.
"Kenapa bisa Mas, apa Aku kurang untukmu?"
Itu suara Ibuku, bertanya kapada Ayahku. Yang hanya bisa meminta maaf , bahkan Ayahku bersujud di pangkuan paha Ibuku, yang saat ini sedang duduk di ranjang Mereka.
Pintu kamar yang tidak tertutup, membuatku bisa melihat jelas. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keduanya. Sehingga bisa membuat Ibuku, wanita penyabar ini nangis dengan segukan menyayat hati.
"Maafkan Aku, Aku pun tidak tahu akan begini. Tapi Aku harus bagaimana, ibu Kana hamil dan Aku adalah Ayah dari bayi di rahimnya,"
Bagaikan tersambar petir, saat Aku mendengar sendiri pengakuan Ayahku.
Bagaimana bisa Ayahku melakukan ini, menghianati Ibuku. Wanita yang sudah 20 tahun menemaninya, yang mendampinginya di saat masa sulit.
Aku akui, jika paras Ayahku sangatlah menawan. Bahkan, kecantikan ku pun turunan dari Ayahku. Meskipun umurnya sudah lebih dari kepala empat, tapi tubuh Ayahku masih tetap tegap dan gagah.
Aku tidak heran, jika majikan Ayahku tergila-gila kepada Ayahku. Apalagi nyonya Kana adalah janda dengan harta melimpah.
Tapi kenapa bisa seperti ini, dulu Ayahku bukan orang yang haus akan dunia dan itu membuatku tidak habis fikir.
"Bayi itu tidak bersalah Mas, lebih baik kita berpisah. Kamu bisa menikahinya, hidup bahagia dengan Dia,"
Ibuku menjawab dengan di iringi isakan, membuat ku tidak tahan lagi. Dengan semua percakapan menyakitkan, yang sesungguhnya sudah dari awal Aku curigai.
Brak
Aku membanting pintu, hingga membuat kedua orang tua ku kaget. Memandang terkejut, saat melihat wajah berhiaskan air mata milikku.
"Cukup, Ayah sebaiknya pergi. Jangan lagi ganggu kehidupan Aku dan Ibu, Aku kecewa dengan Ayah," Ujarku.
Ayahku, Farid saputra. Seketika menampilkan raut wajah kaget, saat Aku dengan kurang ajar tanpa permisi menerobos masuk kedalam kamar.
"Lyn, Kamu dengar semuanya nak?" tanya Ayahku. Dengan raut wajah menyesal, Dia bangkit dan hendak menghampiri ku.
"Stop, jangan dekati Aku Ayah. Aku kecewa, Aku nggak sudi punya Ayah macam kamu," Ujarku marah.
Ibuku membentakku, menggeleng kepala dan memandang ku kecewa.
"Lyn, Ibu tidak pernah mengajari Kamu seperti itu!"
"Lyn, maafkan Ayah sayang. Ayah salah, tapi Ayah-
Aku tidak menanggapi, Aku segera berlari meninggalkan mereka. Membawa rasa kecewa, bukan hanya karena penghianatan Ayah, tapi juga karena Ibuku membentakku.
Selama 20 tahun hidupku, baru ini Aku di bentak oleh Ibuku. Aku merasa kecewa, niatku hanya ingin membantu Ibuku.
Aku mengurung diri di kamar semalaman, mengabaikan ketukan pintu dari Ibu memanggilku untuk makan malam.
Keesokan harinya, Aku tidak lagi melihat Ayahku. Aku pun enggan bertanya kepada Ibuku,Aku masih kesal saat mengingat suara bentakan dari Ibuku.
Tapi melihat raut wajah Ibuku yang sedih, membuatku luluh. Akupun menghampiri Ibu, memeluknya dari belakang dengan erat. Mencari kehangatan, di tengah-tengah keadaan mengenaskan Ibuku.
"Maafin Aku Bu, Aku salah," Ujarku menyesal.
Ibuku berbalik, menghadap ke arahku dengan senyum hangatnya seperti biasa. Tapi aku melihat kesedihan, di dalam binar mata sayu ibu.
"Tidak sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf," ujar Ibuku lembut. Dia mengusap tanganku, yang saat ini melingkar di perutnya.
Setelahnya tidak ada lagi percakapan, Kami sama-sama terdiam dengan masih saling memeluk. Mencari penghibur untuk masing-masing.
Selanjutnya, kehidupan kami kembali normal. Ibuku bekerja sebagai Koki di salah satu Restoran ternama.
Aku pun masih kuliah, sambil mencoba mencari pekerjaan paruh waktu. Aku ingin membantu ibuku mencari uang, meringankan beban yang di tanggung Ibuku.
Syukurlah untuk biaya kuliah, Aku tidak perlu memikirkannya. Karena saat aku hendak membayar administrasi, petugas memberi tahukan jika Aku bebas biaya kuliah, hingga kelulusan nanti.
Aku bertanya kepada petugas administrasi , apakah aku mendapatkan beasiswa. Tapi Sang petugas hanya tersenyum, lalu berkata tidak tahu apa-apa.
Aku menyerah, lebih baik Aku bersyukur dan menerima dengan hati bahagia.
7 bulan pun berlalu
Hari-hari kami jalani dengan kebahagiaan, saling melengkapi. Berdua tanpa Ayahku, yang aku yakin saat ini sedang menanti kelahiran Bayi pertama, dari istri yang adalah majikannya. Aku dengar jika Istri baru Ayahku itu, memiliki seorang anak perempuan seumuran denganku.
Entahlah ... Aku juga malas memikirkan, apalagi mengingatnya.
Saat ini aku sedang ada di kampusku, seperti biasa. Belajar dengan Sahabatku, Riki Apriandi Gandhi. Laki-laki baik, tampan dan pengertian. Dia tidak seperti yang lain, yang mendekatiku karena ada maksud tertentu.
Sebenarnya Aku tahu, jika mereka semua menyukaiku. Tapi lebih baik aku berpura-pura tidak tahu, mengabaikan mereka. Karena saat ini fokusku hanya ada satu, yaitu lulus dan bekerja membantu Ibuku.
"Lyn, kamu beneran nggak ikut nih?" tanya Riki sekali lagi.
Membuatku mendengus, lelah dengan pertanyaan berulang dari Dia.
"Iya, Aku abis ini mau lang-
Ucapanku terhenti saat mendengar dering telepon dari dalam tasku.
Aku mengernyit dahi heran, saat melihat nomor asing di layar Handphone.
"Siapa?" tanya Riki penasaran.
Aku hanya geleng kepala, tanda tidak tahu. Lalu Aku pun memutuskan menerima panggilannya.
Dan seketika tubuhku menegang, dengan mata melotot. Tubuhku hampir limbung, jika saja Riki tidak segera menangkapku. Masuk kedalam rangkulannya, Riki pun mengambil alih Handphone milikku, saat mendengar seseorang di seberang telpon sana meminta jawaban.
Riki segera menyeretku, membawa diriku yang tidak sadar masih syok pasca mendengar kabar buruk, bergegas ke rumah sakit sesuai dengan yang di sebutkan Si penelpon asing.
Ibuku, satu-satunya kesayanganya Ku. Mengalami kecelakaan, saat akan pulang dari tempatnya bekerja.
Flasback off
Maka itu di sinilah Aku, duduk di samping Ibuku yang masih betah menutup mata, karena dokter mengatakan jika Ibuku menjadi pasien vegetatif.
Persistent Vegetative State, PVS. adalah kelainan kesadaran di mana pasien dengan kerusakan otak serius, berada dalam kondisi sadar secara parsial namun tidak menunjukan persepsi dan reaksi kognitif terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya.
Membuat Ibuku hidup, dengan bantuan alat-alat medis di tubuhnya.
"Ibu, Aku dapat pekerjaan. Riki bilang gajinya besar, itu artinya biaya rumah sakit bisa teratasi," Gumamku.
Aku menghela nafas, mengusap lengan kurus Ibu ku dengan lembut.
"Huft ... Cepat sadar yah Bu, Aku menyayangimu Ibu," Lanjutku setelah menghela nafas lelah.
Bersambung
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Salam manis dari Aku ....
Jangan lupa dukunganya ya ...
Terima kasih
Sampai babai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
kiki
masih menikmati
2020-09-26
1
Sept September
ninggal jempollll kak
2020-08-03
0
Riyuu Way
Aku mampir kak,
Salam dari "7Days murder : Festival killer"
Udah aku like dan rate*5 loh.
Permisi.
Terima kasih.
2020-07-07
0