Waktu mampu merubah segala hal, tak terkecuali sebuah perasaan. Sebuah hubungan yang awalnya hanya terikat dengan atas dasar perjodohan, kini mulai berubah menjadi hubungan atas dasar cinta. Seperti pepatah mengatakan "Tak kenal maka tak sayang." Itulah yang terjadi kepada Melisa dan Kevin, keduanya mulai merasakan getaran cinta yang berkecamuk di dalam dada.
"Aku ingin membuat kejutan kepada kak Kevin." Melisa yang baru saja bersiap pulang sekolah memutuskan untuk menemui Kevin ke kampus dan mengajaknya makan siang berdua. Di sepanjang perjalanan senyumnya tak henti merekah.
Mobil berhenti di parkiran kampus.
"Pak, tunggu sebentar ya." Ucap melisa kepada sopir pribadinya.
"Baik nona, tapi saya sarankan untuk mengabari tuan Alan jika nona akan pulang terlambat."
"Astaga aku lupa." Menepuk jidatnya sendiri.
Untung saja pak sopir mengingatkannya, kalau tidak Alan pasti akan cemas jika Melisa belum sampai rumah karena di jam pulang sekolah Alan selalu menghubungi pelayan rumah untuk memastikan keadaan Melisa. Tak hanya itu, di jam makan pun Alan akan memastikan apakah Adiknya sudah makan dan meminum obat obatan wajibnya.
Melisa mengedarkan pandangannya mencari sosok yang di cari-cari. Tanpa ia sadari ia menjadi pusat perhatian karena ia masih mengenakan seragam sekolah.
"Dek, cari siapa?" Seorang perempuan menghampirinya dan bertanya dengan ramah.
"Aku sedang mencari kakakku, namanya kak Kevin, apa kakak mengenalnya?"
"Oh, kamu adiknya Kevin? Tapi yang aku tau dia anak tunggal."
"Aku adik sepupunya kak." Menggigit bibir bawahnya karena merasa berdosa telah berbohong.
"Dia sedang di kantin dengan Maya."
"Maya?"
"Iya, mereka memang sering makan di kantin bersama-sama. Mereka memang serasi."
Jlebbbb...
Perkataan itu begitu menyakitkan bagi Melisa
"Apa kakak tau mereka ada hubungan apa?"
"Aku juga tidak tau sih, tapi yang aku lihat mereka begitu akrab."
"Baiklah kak aku permisi mau menemui kak Kevin, terimakasih atas informasinya."
Tanpa menunggu jawaban dari orang yang di ajak berbicara ia langsung pergi setengah berlari menuju kantin. Dan benar saja, dia melihat Kevin duduk di sebelah perempuan cantik. Mereka terlihat begitu akrab, meski di sana mereka tidak hanya berdua.
Melisa mengurungkan niatnya, ia memilih untuk pulang saja.
"Apa nona baik-baik saja?" Tanya sopir Melisa karena sedari tadi dia hanya diam dan terlihat berkaca-kaca.
"Aku baik-baik saja."
"Nona yakin?"
"Iya aku tidak apa-apa, jangan bertanya lagi."
Sesampainya di rumah melisa langsung berlari menuju kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya sampai akhirnya ia tertidur.
Kringggg... kringgg... suara telepon rumah.
"Halo bik apa Melisa sudah makan dan minum obat?"
"Belum tuan, saya ketuk pintu kamarnya tapi tidak ada jawaban, saya khawatir tuan."
"Baiklah aku akan pulang sekarang."
Sesampainya dirumah Alan bergegas menuju kamar adiknya, ia membuka pintu kamar dengan kunci cadangan.
"Sayang bangun, Makan dulu."
"Kakak? Kenapa sudah pulang?"
"Aku mencemaskanmu. Ada apa? Apa ada masalah?"
"Tidak, aku hanya lelah saja."
"Hei kau menangis?"
"Tidak tadi mataku perih karna kemasukan debu." Berusaha menutupi semuanya.
"Baiklah kalau begitu makanlah dan minum obatmu, kakak temani."
Melisa menjawab dengan anggukan.
Sore hari setelah sepulang kuliah, Kevin tidak sengaja berpapasan dengan Melisa di ruang tengah. Kevin berniat menghampirinya tapi Melisa pergi menghindar.
Kenapa dia menghindariku
Penasaran dengan sikap Melisa ia berniat mengejarnya, tapi dia keburu masuk kamar. Kevin mengurungkan niatnya dan berjalan menuju kamarnya.
Apa dia sedang marah padaku? tapi marah kenapa? Ah nanti saja aku mencari tau jawabannya..
Saat makan malam bersama mereka memilih untuk diam. Alan yang merasa janggal dengan sikap mereka memutuskan bertanya.
"Apa ada masalah? kenapa kalian diam sedari tadi?"
"Tidak." Mereka menjawab secara bersamaan.
"Apa Kevin melakukan sesuatu padamu?" Melirik tajam kepada Kevin.
"Aku? Hei kak memangnya apa yang ku lakukan? Aku tidak melakukan apapun."
"Aku tidak bertanya padamu."
"Dia tidak melakukan apa-apa kak, jangan berfikiran seperti itu."
"Lalu kenapa sikapmu menjadi aneh seperti ini?"
"Aku hanya tidak enak badan."
"Apa yang sakit?" Alan mendadak panik dan menghampiri adiknya. Dia sangat takut mengingat riwayat jantung adiknya yang bermasalah karna pernah tertembak.
"Tidak kak aku hanya kecapekan saja kak."
"Apa kita ke rumah sakit saja untuk memastikan, dan supaya kakakmu tidak khawatir seperti itu." Kevin memberi saran sekaligus heran kenapa Alan sepanik itu. Karena yang dia lihat Melisa tampak sehat walaupun dari tadi hanya diam.
"Tidak usah, aku hanya perlu istirahat."
Usai makan malam Alan menghampiri Kevin.
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."
"Apa?"
"Ini tentang Melisa."
"Melisa kenapa kak?"
"Jangan sekali-kali kau membuatnya terluka. Dia sudah banyak menderita selama ini. Dia memang terlihat kuat dan baik-baik saja, tapi sebenarnya dia rapuh."
"Apa maksud kakak, apa terjadi sesuatu dengannya?"
"Dia sakit, Jantungnya bermasalah karena diriku. Dia melindungiku saat seseorang berusaha membunuhku."
Degggg.... Kevin tersentak dengan apa yang di ucapkan Alan. Dia tidak menyangka Melisa sakit separah itu. Sejauh yang ia lihat Melisa tampak sehat-sehat saja. Dia juga tidak menyangka Melisa bisa mengorbankan nyawanya sendiri untuk orang yang dia sayangi.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
lovely
jangan ada pelakor di antara mereka Thor..
2022-01-31
3
yyyy
Like dan fav untuk karya kk....semangat terus berkarya nya ka💪
Salam dari BUKU HARIAN NABILA & MY HANDSOME KIMORI🤗
2021-12-06
5