"Apa yang membuat paman Farhan kemari?"
Alan menunjukka raut wajah kurang bersahabat
"Paman datang kemari bersama pengacara ayahmu, kami bermaksud untuk membicarakan tentang perjodohan antara Melisa dan Kevin."
"Huhh, Adikku baru saja sembuh. Makam ayahku juga belum kering. Jangan bicarakan itu sekarang."
"Justru lebih baik diputuskan sekarang karena dengan begitu ayahmu bisa beristirahat dengan tenang." Farhan berusaha mendesak Alan.
"Tidak!" Alan mengepalkan tangannya. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa Farhan membicarakan perjodohan saat Melisa masih sekolah.
"Alan apa kau tidak ingin ayahmu ...." Belum sempat Farhan menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Melisa datang.
"Aku sudah mendengar semuanya." Memandangi semua yang duduk di ruang tamu.
"Demi ayahku, aku putuskan untuk menerima perjodohan ini." Sebenarnya hatinya begitu terluka karena sejujurnya hatinya belum siap dengan pernikahan. Jangankan menikah, untuk berpacaran saja belum terfikirkan di benak Melisa.
***
Di kediaman Farhan sanjaya
"Kevin, tentang perjodohan yang ayah bicarakan tempo hari, ayah sudah memutuskan untuk secepatnya menggelar pernikahan kalian."
"Apa?" Kevin terkejut dengan perkataan ayahnya.
"Please yah, ini jaman moderen, kenapa ayah melakukan hal konyol ini?."
"Dan satu lagi, Kevin belum berfikir untuk menikah. Jadi jangan lagi ayah berbicara tentang pernikahan."
"Terserah, yang jelas ayah tetap pada keputusan ayah. Kalian akan menikah secepatnya." Farhan berlalu meninggalkan Kevin yang mematung di sofa.
***
Teng..... Teng.... teng....
Bel istirahat berbunyi. Melisa yang bermaksud untuk pergi ke perpustakaan tiba-tiba langkahnya terhenti karena seseorang memanggilnya.
"Melisa..." Teihat seseorang berjalan sambil melambaikan tangan. Dia adalah Farhan.
"Paman, ada apa sampai kemari?"
"Ada yang ingin paman bicarakan denganmu."
"Baiklah kita bicara di taman depan perpustakaan saja ya paman."
Keduanya berjalan menuju sebuah bangku taman, tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Begini nak, paman ingin meminta bantuanmu untuk meyakinkan Kevin agar dia setuju dengan perjodohan ini."
"Apa yang bisa saya bantu paman?"
"Temui dia, dan bicarakan semuanya termasuk pesan ayahmu tentang perjodohan ini." Farhan menyodorkan kertas bertuliskan alamat tempat Kevin kuliah.
"Baiklah paman, sepulang sekolah aku akan menemuinya."
Sepulang sekolah, Melisa meminta sang sopir untuk mengantarnya ke kampus tempat Kevin kuliah.
Di dalam mobil Melisa mencoba menghubungi Alan. Kakaknya itu pasti akan panik kalau ia pulang terlambat.
"Halo, kak... hari ini aku akan pulang terlambat.
"Sayang memangnya kamu mau kemana, jangan berbuat yang aneh-aneh, jangan membuat kakakmu ini cemas!"
"Iya iya, aku hanya ingin mampir ke toko buku sebentar." Maafkan aku kak, aku terpaksa bohong. Kalau aku katakan yang sebenarnya pasti kakak tidak akan mengizinkan.
"Baiklah jaga dirimu baik-baik."
Sesampainya di tempat yang di tuju, Melisa turun dari mobil dan mengedarkan pandangannya.
"Dikampus seluas ini bagaimana aku bisa menemukannya. Aku lupa meminta nomor televon Kevin kepada paman Farhan tadi." Gerutu Melisa kepada dirinya sendiri.
"Ah maaf kak, apa kakak kenal dengan kak Kevin?" Tanya Melisa kepada seorang mahasiswa yang kebetulan melintas.
"Kevin? Oh iya tadi dia ada di kantin. Apa perlu saya antar?"
"Kalau tidak merepotkan kakak baiklah". Melisa berjalan mengekor di belakang pria yang mengantarnya.
"Vin... " Melambaikan tangannya.
" Ada yang nyari lo."
"Siapa ya?" Kevin menatap heran karena merasa tidak kenal dengan sosok gadis berseragam SMA di depannya.
"Aku Melisa kak, bisa kita bicara sebentar?"
Melisa? Apa ini Melisa yang ayah ceritakan kemarin?
"Baiklah ikut aku." Kevin membawanya ke tempat yang lebih sepi.
"Ada apa? Apa kau ingin membahas perjodohan?"
"Aku harap kakak mau menerima perjodohan ini, ini permintaan terakhir ayahku sebelum meninggal. Aku hanya ingin ayah beristirahat dengan tenang."Dengan beruraian air mata Melisa menjelaskan semuanya.
Karena tidak tega Kevin berusaha menenangkan Melisa.
"Sudah sudah jangan menangis. Aku akan menerima perjodohan ini."
Kenapa ini? Kenapa hatiku berdebar seperti ini? kenapa aku menuruti keinginan gadis itu? Aaaaahh aku rasa aku sudah gila.
Sesampainya di rumah Melisa berusaha memejamkan matanya, sedari tadi air matanya tak henti hentinya mengalir.
Ayah, aku harap ayah tenang disana. Aku sayang ayah. Apapun aku lakukan demi ayah.
Hingga akhirnya ia terlelap.
"Melisa di mana bik?" Alan berjalan menuju sofa ruang tengah. Pekerjaannya hari ini benar benar menguras tenaga dan fikirannya.
"Nona di kamar tuan, sejak pulang sekolah tadi nona tidak keluar kamar. Saya coba mengantarkan makan siang ke kamar tapi nona sedang tidur, jadi makanannya saya taruh di meja."
Alan berjalan menuju kamar adiknya. Ia tau betul kalau sudah seperti ini pasti ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.
Jegleegg!!! suara pintu kamar terbuka. Alan mendekati adiknya. Mengusap lembut dan mencium kepalanya.
Kau pasti terluka dengan perjodohan ini, kenapa kau selalu mementingkan kebahagiaan orang lain. Bodohnya aku dulu yang membenci gadis semulia ini.
Begitulah Melisa, ia selalu menampilkan senyum walau hatinya terluka. Ia selalu tampil kuat di hadapan semua orang. Di balik semua itu ia selalu menyembunyikan tangisnya dalam gugu.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Leli Leli
smg pernikahan Kevin dan Melisa membawa kebahagiaan bagi keduanya
2021-12-02
11