Pagi yang begitu cerah, udara menghempas helaian dedaunan sehingga membuat embun yang menempel berjatuhan.
Sama halnya dengan Melisa, hari ini ia tampak begtu ceria dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tengah menangisi nasibnya.
"Pagi kak, hari ini cerah sekali ya." Melisa merangkul dari belakang kakaknya yang sedang duduk di meja makan.
"Pagi sayang, hari ini kakak yang akan mengantarmu ke sekolah."
"Benarkah? Sungguh aku rindu saat-saat seperti ini. Tapi apa tidak apa-apa kakak mengantarku?"
"Tentu saja, memangnya kenapa? Kakak tidak akan terlambat karena tidak ada kata terlambat untuk seorang CEO." Keduanya pun tertawa. Quality time seperti ini jarang sekali mereka miliki. Kesibukan Alan yang begitu padat membuat mereka jarang sekali berbincang hangat seperti ini. Jangankan bercengkerama, bertemu saja kadang hanya di pagi hari di meja makan. Karena saat Alan pulang larut malam biasanya Melisa sudah tidur.
Di sela-sela perjalanan menuju sekolah, ucapan Melisa membuyarkan keheningan.
"Aku sudah memutuskan untuk menerima perjodohan ini kak, jadi aku harap kakak segera menentukan tanggal pernikahan kami."
"Apa kau yakin? Coba pikirkan lagi, kau mempertaruhkan masa depanmu sendiri." Alan tersenyum miris.
"Aku sudah memikirkannya, dan aku yakin dengan keputusanku kak."
"Kau ini memang keras kepala. Huhh... baiklah, undang mereka kerumah. Kita akan bicarakan itu nanti."
Tidak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di gerbang sekolah.
"Sampai jumpa nanti." Alan mencium kening Melisa cukup lama. Hatinya masih belum rela jika adik kesayangannya sebentar lagi akan menikah.
"Sudah kak nanti aku bisa terlambat."
"Iya iya, sudah sana masuk kelas."
***
"Baiklah, karena semua sudah ada disini. Aku akan menerima perjodohan ini dan mengizinkan Melisa menikah dengan putramu. Tapi aku ingin ada perjanjian pra nikah." Bughh!! Alan meletakkan map dengan sedikit kasar di atas meja, tepat di depan Farhan.
Farhan mengambil map itu dan membacanya. Sementara Kevin yang duduk di sampingnya hanya memilih untuk diam. Yang dia lakukan sedari tadi hanyalah memandangi Melisa dengan penuh kagum.
"Kevin". Suara Farhan mengagetkannya dan beralih memandang ayahnya.
"Iya yah, kenapa?"
"Baca ini." Farhan menyodorkan map kepada Kevin.
Perjanjian pra nikah :
Peraturan pertama : Setelah menikah Melisa akan tetap tinggal di kediaman Yong ju.
Peraturan kedua : Tidak ada hubungan suami istri sebelum Melisa berusia 21 tahun.
Peraturan ketiga : Melisa dan Kevin akan tidur di kamar yang terpisah.
Peraturan keempat : Pernikahan bersifat rahasia dan tertutup.
Glegg, Kevin menelan kasar salivanya
Pernikahan macam apa ini? Batin Kevin.
"Baiklah aku setuju."Ucap Kevin pada akhirnya.
Setelah itu, Kevin dan Melisa menandatangani perjanjian yang di buat Alan.
Pernikahan berlangsung begitu singkat. Hanya ada akad nikah. Tidak ada tamu undangan dari kedua belah pihak keluarga.
Tangis Melisa pecah. Haruskah ia bahagia karena sudah bisa melaksanakan keinginan mendiang ayahnya, atau haruskah ia bersedih meratapi masa depan yang entah bagaimana setelah pernikahan ini.
"Sayang, malam ini kamu tidur di kamar kakak. Kalau kamu tidur sendirian bisa-bisa ada tikus yang menyelinap masuk ke kamar kamu." Alan melirik tajam Kevin yang berdiri di sampingnya.
"Apa kakak sedang mengataiku?" Protes Kevin.
"Hei siapa yang sedang mengataimu? Tapi kalau kau merasa dirimu itu mirip tikus, ya itu salahmu sendiri."
"Huh.. dasar kakak posesif." Gumam-gumam kecil.
"Apa kau bilang?" Alan membelalakkan matanya.
"Ah tidak kak, aku akan pergi tidur ke kamarku."
"Ya sudah sana."
Sungguh konyol sikap Alan kali ini. Hilang sudah wibawa seorang CEO kalau sudah begini.
Inilah malam pertama paling menyedihkan di dunia. Batin Kevin sambil menertawakan dirinya sendiri.
"Pagi kak Alan, pagi kak Kevin." Sapa Melisa yang terlihat begitu ceria dengan senyum khas nya.
"Pagi." Jawab keduanya yang nyaris bersamaan.
"Sayang hari ini kak Alan ada meeting pagi, jadi kakak tidak bisa mengantarmu ke sekolah."
"Biar aku saja yang mengantar Melisa ke sekolah, sekarang itu sudah menjadi kewajibanku." Ucap kevin.
"Baiklah kalau begitu, tapi awas kalau kau sampai macam-macam." Alan menatap Kevin dengan tajam.
"Memangnya aku akan berbuat apa? Tidak mungkin juga kan aku mencium Melisa di tempat umum. Kalau aku ingin menciumnya sudah pasti aku akan mencari tempat yang sepi." Kevin tersenyum penuh kemenangan.
"Kau," Alan menatap Kevin dengan sorot mata tajam.
"Dia hanya bercanda kak." Melisa berusaha mencairkan suasana. Pipinya sudah bersemu merah sedari tadi karena malu dengan ucapan Kevin itu.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Hanya keheningan yang diciptakan keduanya. Sampai akhirnya Kevin yang memulai pembicaraan.
"Ternyata seru juga ya menggoda kakakmu." Seru Kevin.
"Jangan lakukan itu lagi, kau belum tau kakakku. Dia bisa melakukan apa saja kalau menyangkut diriku." Melisa memperingatkan Kevin.
"Sudah sampai, aku akan menjemputmu nanti."
"Memangnya kakak tidak kuliah?"
"Hari ini aku tidak ada kelas."
"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti kak."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
tya
🤣🤣🤣
2022-08-17
3
lovely
Alan vs Kevin
ngakak q Thor🤣🤣
2022-01-31
6