BAB 4

Daun yang berembun, kabut yang tebal, dan udara yang dingin selalu menemani Maya di pagi hari tatkala ia akan berangkat ke sekolah.

Dengan sengaja dia selalu berangkat lebih awal dari semua orang, itu dikarenakan ia yang sedikit malu dengan teman temannya.

Dikala mereka menggendong tas dan beralaskan sepatu, Maya membawa kantong plastik dan bertelanjang kaki, jangankan sepatu, sandal pun dia tidak punya.

Maya akan bangun subuh, mandi, berkemas, lalu mengepang rambutnya, sungguh mandiri anak satu ini. Dia dilatih seperti itu, tentu saja karena ibunya yang cukup membanting tulang untuk makan keluarga dikala ekonomi sangat mencekik.

Semuanya Maya syukuri, karena dengan itu tidak akan ada air mata sebab hati yang terluka. Mungkin ini yang disebut uang tidak bisa membeli segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.

Kerena hidup di pegunungan yang tanahnya relatif subur untuk menanam sayur mayur, keluarga Maya hanya perlu membeli lauk sepeti tempe atau tahu. Masakannya pun sederhana, hanya di beri garam dan penyedap rasa, apa yang di harapkan di zaman krisis moneter seperti ini? sungguh miris, tapi kenyataannya lebih pahit dari cerita.

Makanan sangat berharga layaknya emas, jika merek melihat cara orang makan di zaman sekarang pasti akan sangat sedih, bagaimana tidak? menyisakan makanan itu menjadi kebiasaan sekarang.

Dengan senandung ruang gembira, Maya bejalan berjingkrak menuju sekolah, berharap mengantongi ilmu dengan baik. Dia sangat mengharap beasiswa untuk melanjutkan sekolah, dengan sekolah yang tinggi mungkin dapat menolong ekonomi keluarga kelak. Itu pemikiran yang jauh, tapi Maya memiliki harapan kecil itu.

Tentu saja sebetulnya Maya bukan anak yang cerdas, hanya otak pas pasan saja, tapi dia berusaha dengan baik.

Sebenarnya mungkin dia hanya ingin pergi dari lingkungan yang sesak ini, Maya sayang dengan keluarganya itu jelas, namun ada rasa sakit yang ingin Maya hilangkan.

Beberapa waktu berlalu, Maya sampai di sekolah dan langsung masuk kedalam, tidak ada gerbang hanya hanya ruang kelas di kunci oleh guru. Maya duduk di teras sekolah sambil membaca buku pelajaran hari ini.

Suasana ini sangat menenangkan bagi Maya, mungkin jika disana aku akan merinding karena sangat sepi dan berkabut.

Tidak lama kemudian matahari mulai memancarkan cahayanya, kabut perlahan menghilang, dan anak anak sekolah mulai bermunculan.

"Maya..." Panggil Nina salah satu teman sekelasnya.

"Na.." Jawab Maya singkat sambil menghadap nya.

"Pasti kamu yang paling awal lagi kan?" Tanya Nina sambil duduk di sebelah Maya.

"Iya dong Na, kan aku mau juara satu nanti haha.."

"Kita mah ga bisa ngalahin si juara beruntun May, itu namanya mimpi di siang bolong haha ..."

"Tapi ga ada salahnya berusaha wlekk.."

"Tentu aja May, gini gini aku udah belajar loh semalam, mari kita tusuk dia dari belakang hahaha.."

"Siapa yang mau kamu tusuk?" Tanya seorang gadis yang membuat mereka berdua terkejut.

"Eh ya ampun Gendis, bikin kaget aja.." jawab Maya kaget.

"kita lagi ngomongin kamu nih, tiba-tiba kamu nongol." Jawab Nina.

"Kami juga pengen pintar kaya kamu tau"

Ucap Maya.

"Hahaha ya udah yang semangat belajarnya."

Kemudian mereka bertiga mengobrol dengan asyiknya hingga tidak berasa jam masuk sekolah telah tiba, mereka masuk kedalam kelas setelah pintu di buka oleh guru mereka.

🌱🌱🌱🌱🌱

Terimakasih telah membaca, jangan lupa supportnya ya❤️

Terpopuler

Comments

sari

sari

hehehheheh

2020-06-06

0

sari

sari

heheh

2020-06-06

0

sari

sari

a

2020-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!