Bagian 1
Sudah pagi hari, ayahku ada urusan pagi ini, dan ini adalah kesempatanku!.
Yosh! Aku akan meminta izin ayah untuk mengajakku pergi keluar, dan memperkenalkan diriku kepada penduduk desa.
Aku pergi mencari ayah.
Dimana dia, di ruang makan dia tak ada, apakah di teras? ...... Nah ketemu, aku pun pergi keluar untuk menemuinya dan meminta izinnya untuk mengajakku, "hai, ayah!" aku memanggil ayah dengan semangat.
"Ah Gera, ada apa?"
"yah izinkan aku ikut denganmu keluar, aku ingin sekali melihat pemandangan desa secara langsung dan mengenal penduduk desa!"
"Eh, mendadak sekali, tapi, hm, gimana ya, ok!, kamu boleh ikut dengan ku Gera."
"Wah, beneran yah?"
"Ya."
Sebelum kami berangkat, aku dan ayahku memakan sarapan buatan ibu.
*30 menit kemudian*
Ayah mulai siap-siap untuk berangkat, sedangkan aku hanya menyiapkan mental ku agar aman, dan tak gugup ataupun cemas.
"Ok nak waktunya kita berangkat, sini biar aku gendong kamu."
"Baiklah yah."
Ayah mulai mendekati pagar rumah, hatiku mulai berdebar dengan keras dan kencang, sial! Kenapa aku mulai cemas dan tak percaya diri lagi, "Um, Gera kamu tidak apa-apa? Badan menggigil lo."
"Tidak apa-apa yah, hanya saja cuacanya sangat dingin."
Swoosh.
"Iya kamu benar, yaudah kamu di rumah saja, anak umur 3 tahun rentan terkena penyakit lo."
"Gak! Aku tetap mau ikut yah."
(Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini).
"Eh, kalo kamu sakit nanti ayahmu ini yang dimarahi oleh ibumu tau."
"Aku tetap mau ikut!"
"Baiklah jika kamu masih keras kepala, sayang kami pergi dulu ya."
"Iya sayang hati-hati di jalan, dan awas aja kalau Gera sampai sakit, ya!"
"Eek, iya sayang kami pergi dulu ya, hehe."
"Dadah bu aku pergi."
"Iya Gera."
Ayah pun melewati pagar rumah, tapi hatiku masih saja berdebar dengan keras. Di perjalanan ayah memperkenalkan padaku tentang apa saja yang ada di desa ini.
"Gera, liat itu hewan yang terbang itu, itu adalah burung, dan itu yang sedang membawa orang itu adalah kuda."
(Aku penasaran bagaimana reaksi dia saat dia tau, kalau dia sedang menjelaskan hal ini kepada orang yang sebenarnya lebih tua darinya? Tapi ya sudah aku mengikuti alur nya saja).
"Begitu ya yah, kalo itu nama burung nya apa yah?"
"Itu ya, kalo itu namanya 'alagoas foliage-gleaner' bagaimana aku pintar tidak? Hm hm."
(Heh, kepedean sekali dia).
Cicit cit.
"Hah, Yah itu nama burung nya apa?"
"Kalo itu, cryptic treehunter."
"Kalo itu?"
"Itu poo-uli."
"Itu?!"
"Makau spix."
"Itu?!!"
"Eskimo curlew."
"Itu?!!!!"
"Oloma'o."
"Aaaa!"
"Kamu kenapa, Gera?"
"Semalam, ayah bercerita bahwa ayah tidak terlalu pintar! Tapi nyatanya ayah tau semua nama-nama burung yang aku tunjuk!"
"Bagaimana kamu mengetahui bahwa nama-nama yang aku sebutkan tadi adalah benar?"
"Eh?"
"Hahaha!!"
?.
"Lagi pula orang tidak dianggap pintar karena mengetahui semua nama-nama burung, melainkan pintar itu adalah orang-orang yang disiplin, teratur, dan mereka memiliki nilai akademi yang tinggi di segala bidang, itu baru pintar, contohnya ibumu."
"Haha kamu benar yah."
"Iya kan? Hahaha …... Jadi gimana apakah rasa cemas mu sudah mulai hilang?"
(Lah, sudah nyadar dari tadi toh).
"Tau darimana, aku lagi cemas yah?"
"Sederhananya sih karena, aku adalah kepala keluarga di keluarga ini, jadi aku harus mengetahui atau peka dalam hal ini."
"Kamu sangat luar biasa yah."
"Tentu dong! …... Jadi gimana rasa cemas mu sudah mulai hilang Gera?"
"Ya, rasa cemasku sudah mulai hilang yah, terimakasih."
"Sama-sama, mau lanjut tentang pembicaraan tadi?"
"Ya, aku mau lanjut!"
Ayah memulai kembali perkenalannya tentang apa saja yang ada di desa ini, dia memberitahuku tentang sawah, orang-orang, hewan, dan lain lain.
……. Aku jadi teringat di dunia sebelumnya, aku hidup tanpa ayah, kata ibu ayahku meninggal karena kecelakaan saat aku berumur 1 tahun, dari karena itu aku belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah, dan sekarang aku sangat beruntung di reinkarnasi di dunia ini, dengan keluarga yang lengkap.
Bagian 2
45 menit kami berjalan, kami pun sampai ke tujuan.
Whoa! Ini pantai, jadi tujuan kita ke pantai! Indahnya bahkan di pantai ini tidak ada sampah sama sekali.
(Wajar sih).
"Hei Edward."
Hem? Siapa itu?.
"Ah pak selamat pagi."
"Selamat pagi juga, wah, tumben sekali kamu pergi dengan putramu."
"Haha, dia yang minta pak, Gera perkenalkan dia adalah pemimpin desa ini pak Ruhiger Keet, dan pak perkenalkan anak saya Gera Ursa."
"H-h-halo."
"Halo, haha anakmu unik ya edward."
(Eeeh, unik maksudmu?).
"Baiklah edward, kita akan berbicara di rumahku saja."
"Siap pak."
Apa yang akan mereka bicarakan? Misterius sekali, apakah rahasia negara?! Ah, haluku malah kambuh, atau mungkin! Cara menangkap makhluk raksasa di bawah laut? Sial! Halu ku menjadi jadi.
Pada akhirnya ayahku mengikuti kepala desa ke rumahnya, sesampainya di rumahnya ayah menyuruhku untuk bermain-main di pantai ini, tapi hanya di area sekitar rumah kepala desa saja.
Hah, padahal aku sengaja ikut dengan ayah supaya bisa berbicara dengan orang lain, tapi nyatanya, hah.
(Sebenarnya ada berbicara dengan orang lain, pada saat perjalanan menuju pantai, tapi aku saja yang malu-malu kucing).
Aku harus ngapain? Di pantai ini sendirian, hmm …... Oya!. Aku pun mengambil ranting kayu dan menggambar sesuatu yang menakjubkan yang terletak di benakku.
Ok, ini begini, dan ini hmm ya begini, ini salah …, Ok ini sudah benar, hem apa yang kurang ya, nah ini begini.
Tada! Gambar ku sudah jadi! Di atas terdapat bintang-bintang bertaburan, dan terdapat bulan, di bawahnya aku juga membuat pantai dengan ombak-ombaknya.
Hm, hm, aku adalah seniman se… "Wah bagusnya."
Eh, siapa itu?
"*-*-*-tunggu k-k-kamu s-s-siapa?"
"Aku?"
"I-i-iya."
"Aku adalah Luna, kalau kamu, nama kamu siapa?"
"A-a-aku g-g-g…."
"Hmm?"
"G-g-g-Gera!"
"Wah, Gera ya, salam kenal."
"S-s-s-s-salam k-k-kenal j-j-juga."
(Sial, siapa perempuan ini? Tiba-tiba saja datang di hadapanku).
"Tapi gambar mu sangat bagus lo Gera, aku jadi tertarik."
"Em, *-*-*-terima k-k-kasih."
"Belajar dimana kamu?"
"S-s-s-sendiri"
"Em? Maksudmu, kamu belajar sendiri?"
"I-i-iya."
"Whoa! Kamu sangat menakjubkan Gera! Tolong ajari aku cara membuatnya!"
(Hah, apa-apaan perempuan ini, baru kenal juga, tapi udah sok akrab).
"B-b-b-baiklah."
Aku pun menggambar ulang gambar yang tadi, tapi perempuan tersebut hanya memperhatikan diriku dengan sangat fokus, aku merasa sangat tegang.
20 menit berlalu.
Akhirnya gambar ku telah jadi, fuuuh, ketegangan ini berakhir juga.
Gimana bagus nggak gambarku?.
"Whoa! Jika aku memperhatikan gambar mu, antara 1 dan 2, tidak ada bedanya sama sekali, ini sama saja seperti disalin ulang! Kamu benar-benar menakjubkan Gera."
Hehe, iya dong siapa dulu yang menggambar.
"Luna, Segera kesini!"
"Aduh abang ku memanggil ku, oya Gera sebelum aku pergi, aku mau menanyakan pertanyaan padamu."
"Em?"
"Berapa umurmu?"
"E, *-*-*-tiga *-*-*-t-tahun."
"Hahaha, kita setara ya, yaudah aku pergi dulu ya Gera, nanti abang ku marah-marah pada ku. Dadah."
"D-d-dadah."
Hah, apa-apaan sih wanita itu, dan dari mana asal dia? saat aku melihat pakaian dia itu sangat mewah, apakah di desa ini juga ada orang kaya?.
Eeeek, tadi namanya siapa ya? sial, aku lupa dengan namanya. "baiklah kalau begitu pak, terima kasih," apakah ayah sudah selesai dengan urusannya?.
"Oh Gera maaf membuatmu menunggu dengan lama, hm? Wah! apakah itu kamu yang membuatnya, gambar yang bagus Gera."
"Iya, Terima kasih yah."
"Yap, sama-sama, sudah waktunya kita pulang, ibu pasti sudah menunggu kita untuk makan siang."
"Iya yah."
Kami pun pulang ke rumah, dan sesampainya di rumah ibu sudah menyiapkan makan siang untuk kami.
Entah kenapa 1 hari ini rasanya sangat lama bagiku, banyak kejadian yang terjadi, dan paling utama adalah perempuan itu, aduh, kenapa sih aku melupakan namanya, jika tidak kulupakan mungkin aku bisa menanyakannya kepada ayah.
Intinya sih, hari ini aku sudah bisa keluar rumah, hatiku sudah mulai tidak berdebar dengan keras, tapi dengan seringnya aku keluar pasti, gejala ini bisa aku atasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Surya Putra
Gera ama Gerald ga naik kuda toh pas pergi ke pantai, berarti rumahnya deket lautan dong
2022-02-15
0