🍁🍁🍁
Rumah kalian di mana?" tanya sang ustad membuka suara ketika keheningan meliputi mereka.
"Ka- kami tidak punya rumah ustad," sahut sang kakak merasa gugup.
"Saudara kalian di mana?" tanya ustad itu lagi sejenak mengelus kepala Zizi perlahan.
Zizi menegakkan kepalanya saat lontaran yang diucapkan oleh ustad itu.
"Saya hanya punya kakak, tidak ada yang lain." Zizi tersenyum membalas perhatian dari ustad tersebut.
"Apa kamu sedang lapar?" tanya sang ustad langsung jongkok menumpukan kedua kakinya di depan Zizi.
"Maaf ustad kami harus segera pergi," ucap sang kakak usai meletakkan mukenah di dalam lemari dan bungkuk perlahan sambil meraih lengan Zizi.
"Kak, kita mau kemana? sudah sejak tadi kita tidak menemukan tempat makan yg menerima kita, mereka bilang kita gembel! tidak layak untuk di beri makan," terdengar mengeluh dan Zizi tampak cemberut.
"Ya Allah, apa kalian sesulit itu mencari makan? kenapa kalian di katakan gembel? ya sudah, sekarang kalian ikut bapak ya, bapak hanya ingin memberi kalian makan," ajaknya dengan melontarkan senyum sekaligus merasa sedih.
"Tidak ustad kami bisa cari tempat yang lain," gelisah sang kakak saat mengingat kejadian sebelumnya.
"Kak ustad ini mau beri kita makan, kenapa kakak menolak rezeki?" bertanya sedikit nada protes.
"Zi itu tidak baik, kita bisa cari tempat lain lagi Zizi harus dengar kakak," tegasnya membuat Zizi tertunduk lesu.
"Nak, bapak tidak akan berbuat jahat pada kalian dan rumah bapak di dekat sini lagipula bapak juga punya seorang anak perempuan bapak tidak tega kalau melihat seseorang sedang kelaparan, bapak tidak bisa membiarkan begitu saja," perjelasnya pula dengan berdiri seketika dari tumpuan kakinya.
Seperkian detik sang kakak terdiam mengamati wajah sang ustad dengan begitu serius sebelum menyetujui ajakannya karena trauma yang dalam membuatnya tidak ingin mengambil langkah salah untuk kedua kalinya.
"Baiklah, saya akan ikut sama ustad dan terimakasih sebelumnya karena sudah mengizinkan kami untuk ke rumah ustad," kata sang kakak membuat Zizi seketika berloncat begitu girangnya.
Setelah persetujuan dari sang kakak, tampak Zizi menarik lengan kakaknya untuk mengikuti langkah sang ustad dari belakang.
Di setiap perjalanan menuju rumah ustad tersebut semua yang berlalu lalang menyapa ustad dengan sangat sopan mau yang semuslim ataupun non muslim.
"Ustad berteman dengan semua orang?" tanya sang kakak terheran begitu pula Zizi celingukan melihat setiap anak di sekelilingnya.
"Panggil saja saya pak Fahri tadi nona bertanya apa?" lanjutnya pula sambil terus berjalan melirik Zizi yang sibuk memperhatikan dengan begitu serius.
"Saya bertanya pak Fahri berteman dengan semua orang sekitar sini? bukankah ada yg tidak mengucapkan salam?" lontarnya sejenak membuat pak Fahri tersenyum kecil.
"Setiap manusia yang hidup punya keyakinannya masing-masing dan Islam tidak pernah membedakan mau seagama atau bukan yang penting kita tetap berpegang teguh dengan keyakinan asal tidak melanggar aturan dalam akidah agama kita," perjelasnya pula supaya bisa di mengerti.
"Ohiya ayah saya pernah mengatakan itu sewaktu kecil saya fikir Islam itu fanatik dalam beragama," katanya pula sambil menggarukkan kepala terdengar polos.
"Agama islam tidaklah fanatik tetapi dalam agama Islam harus selalu berpegang teguh dalam rukun iman dan islam serta menjaga silaturahmi antar sesama itu di haruskan dan tidak ada larangan bagi kaum beragama asal jangan melanggar hukum syariat yang telah di tentukan oleh kitab Al-Qur'an kita," perjelasnya lagi secara perlahan supaya mudah menyaring ilmu yang diberikan oleh pak Fahri.
^^^To be continued..^^^
^^^🍂 aiiwa 🍂^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ
baca novel sekalian dengar ceramah itu the best 👍👍
2022-11-08
1
🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋
lakum dinukum waliyadin...
bagimu agamamu, bagiku agamaku..
2022-11-01
1
🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋
setuju... 👍👍👍
2022-11-01
1