Perjalanan

🍁🍁🍁

Berbincang dengan memberikan pengarahan yang cukup supaya bisa menjadi pegangan dalam hidup, seperkian menit mereka berbincang tanpa gangguan bahkan terlihat begitu serius sehingga tidak lagi memperhatikan jalan dan sang kakak juga begitu bahagia setelah mendengar arahan positif untuk dirinya karena selama ini dia hanya tau mencari uang sama sekali tidak pernah ikut kajian apapun sebelum dirinya melarikan diri.

Sungguh beruntung dirinya bertemu dengan seorang lelaki separuh baya yang masih menjalani aktifitas sebagai penyebar syiar agama di cap sebagai ustad apalagi tutur dalam berbicara sangatlah santun dan berwibawa.

"Pak Fahri, apa saya boleh bertanya satu hal?" katanya sejenak terhenti di tempat.

"Ada apa kak? kok berhenti?" tanya Zizi ikut berhenti merasa bingung.

"Apa bapak kenal dengan ayah saya? beliau juga sering mendengar ceramah dari pak Fahri," ungkapnya seketika menahan air mata.

"Siapa nama ayahmu nak?" tanya pak Fahri pula.

"Adam pak dan beliau pernah cerita pada saya kalau dirinya sangat suka mendengar kajian seorang ustad yang tidak pernah mau mendapatkan imbalan," mengingat kembali memory di saat bersama orangtuanya.

"Adam? maaf nak bapak tidak kenal jadi sekarang ayahmu ada di mana? kenapa kalian hanya berdua saja?" tanya pak Fahri sambil berusaha mengingat nama itu.

Di saat pak Fahri bertanya gadis itu tidak berkata sedikitpun lalu dia malah tertunduk dan terlihat keringat dingin begitu tampak merasa ada gangguan dari pertanyaan pak Fahri.

"Kakak kenapa diam? kakak berkeringat," sang adik tampak gelisah melihat ekspresi kakaknya.

"Nak, sekarang kita lanjutkan saja perjalanan ini dan kamu tidak perlu menjawab kalau kamu tidak ingin," pinta pak Fahri seolah mengerti sikap dari gadis itu.

Dia pun manggut dan langsung bergerak melanjutkan langkahnya tanpa bersuara lagi sambil terus memegang erat tangan sang adik dengan mata yang terus melotot dan kepalan tangan terasa kuat membuat pak Fahri bertanya di dalam batinnya, sebenarnya ada kisah apa di balik kepolosan anak gadis yang ada di sampingnya itu.

Dari kejauhan tampak sebuah rumah sederhana namun terasa sangat sejuk ketika kita masuk ke halaman tersebut.

Rumah yg di lapisi cat hijau mind dan begitu banyak bunga hias memberi kesan cantik saat melihatnya dari dekat bahkan terdapat juga pagar hitam membentengi rumah tersebut saat hendak masuk ke dalam.

Pak Fahri seorang ustad di kampung halamannya ia seorang ustad yang tidak pernah mau menerima upah dari masyarakat dirinya hanya ingin menyiarkan ceramah tanpa di bayar apalagi kini umur pak Fahri berkisar 50 tahun tetapi wajahnya selalu bercahaya sampai orang tidak mengira dengan usianya sudah renta. Pak Fahri memiliki istri bernama Amy, semua orang memanggilnya bunda Amy karena tuturnya yang lembut selalu membuat semua orang merasa iri.

Bunda Amy berumur 55 tahun dirinya sibuk menjahit pakaian muslimah dan pekerjaan itu dia lakoni setelah pernikahan bersama sang suami hasil upahnya untuk makan sehari-hari membuat mereka terus bersyukur atas nikmat yang selalu di berikan walau sedikit asal bisa mencukupi kebutuhan mereka, kedua pasangan itu tidak pernah mengeluh ataupun bertengkar untuk masalah hidup membuat semua orang merasa iri saja melihat ketentraman serta kedamaian dari keluarga kecil mereka.

Sudah banyak yang tersanjung dengan rumah tangga mereka sekian lama berjalan tidak pernah sekalipun terdengar suara gaduhan apalagi ribut karena mereka menjalani dengan nyaman dan enjoy saja, pak Fahri tidaklah bekerja selain menjadi ustad dia mau membantu istrinya supaya pekerjaan sang istri menjadi lebih ringan.