Pagi hari di meja makan, Erlan dan Shelly sarapan bersama. Eleonara belum menampakkan dirinya sama sekali.
Shelly memanfaatkan situasi ini dengan baik. Dia ingin menanyakan perihal kejelasan rencana Wedding Party kepada suaminya.
"Sayang, kita jadi 'kan mengadakan Wedding Party?" ucap Shelly merayu suaminya.
'Bagaimana dengan Grandma? Apa yang harus aku lakukan? Pernikahan kedua-ku, Grandma tidak tau,' batin Erlan.
"Sayang, kenapa kau melamun?" tanya Shelly melihat suaminya belum merespon permintaannya.
"Aku setuju mengadakan Wedding Party. Apa rencanamu selanjutnya, sayang?" tanya Erlan pada istri tercintanya.
"Pagi ini kita pergi ke Wedding Organizer, lalu ke butik untuk fitting gaun pengantin. Oh ya sayang, aku mengajak istri tuamu, ya?" ucap Shelly meminta persetujuan. Rencananya untuk mengajak Eleonara, agar wanita itu sadar diri dan lekas menceraikan suaminya.
"Terserah kau saja, sayang!" Erlan melanjutkan sarapan paginya.
Shelly menengok kanan kiri, dia berharap bisa menemukan istri tua suaminya. Namun, sampai sarapan pagi selesai dia tidak melihatnya sama sekali.
"Lilla…," panggil Shelly kepada pelayan Mansion.
Lilla tergopoh datang menghampiri nyonya muda Tuannya.
"Ya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kemana istri tua suamiku? Kenapa dari tadi tidak kelihatan?" tanya Shelly seolah dia peduli.
"Oh, Nyonya Ele ada di kamar," ucap Lilla. Karena dia tau bahwa Nyonya Eleonara sengaja mengambil sarapan pagi terlebih dahulu. "Apa perlu saya panggilkan?"
"Tak perlu! Sampaikan saja, aku dan suamiku menunggunya. Kita akan pergi bersama ke WO kemudian fitting gaun pengantin," ucapnya memerintah.
"Baik, Nyonya," Lilla beranjak ke kamar Nyonya Eleonara. Sepanjang dia melangkah, batinnya seakan tidak tega melihat istri tua Tuannya.
'Kasian sekali Nyonya Ele. Bahkan, sekarang dia seperti orang ke 3 dalam rumah tangganya sendiri. Semoga Tuan Erlan segera sadar!' batin Lilla.
Tok tok tok.
"Masuk!" jawab dari dalam.
Ceklek!
"Ada apa, Lilla?" tanya Eleonara yang sedang merapikan tempat tidurnya. Dia baru saja mengganti sprei bed-nya dengan yang baru.
"Anu, Nyonya…," Lilla menjeda sesaat, karena dia sedang memikirkan kata apa yang tepat untuk disampaikan. "Ehmm... Nyonya Shelly meminta saya untuk menyampaikan jika Anda sedang ditunggu oleh Nyonya Shelly dan Tuan Erlan. Katanya mau diajak ke WO atau apalah. Panjang perintahnya,"
Lilla sebenarnya malas sekali kalau harus menyampaikan perintah dari istri kedua tuan Erlan. Apalah daya, dia hanya seorang pelayan yang harus mengikuti perintah majikannya.
"Terima kasih, Lilla. Saya akan menemui mereka."
Shelly yang sejak tadi menunggu, ketika melihat kemunculan Eleonara, dia langsung tersenyum penuh kemenangan.
'Kena kau, Ele!' batin Shelly.
"Ele, kau ikut kami ke WO. Bantu aku memilih undangan pernikahan. Setelah itu kita akan ke butik, fitting gaun pengantinku dan suami. Kau sedang tidak ada pekerjaan, 'kan?" tanya Shelly memancing Ele.
"Tidak, hari ini aku akan ikut kalian," ucapnya.
"Baguslah! Ayo sayang, kau minta sopir yang mengantarkan," ucap Shelly.
Erlan dan kedua istrinya pergi ke kantor WO. Erlan dan Shelly duduk di kursi belakang, sementara Eleonara berada di samping sopir.
"Antar kami ke kantor WO dekat Taman Kota!" perintah Erlan kepada sopir pribadinya.
"Baik, Tuan."
Shelly sengaja bermanja kepada suaminya. Dia menggandeng erat tangan suaminya dan menyandarkan kepala tepat di bahu suaminya.
'Rasakan kau, Ele! Kau tidak ada apa-apanya dibanding aku,' batin Shelly.
Eleonara sengaja tidak memperhatikan istri muda suaminya. Dia hanya berusaha fokus bagaimana menghadapi situasi yang akan terjadi selama beberapa jam ke depan. Nampaknya, mengandalkan suaminya adalah hal mustahil. Dia harus berbuat sesuatu.
Mobil telah sampai di tempat parkir gedung WO. Ketiganya langsung turun kemudian pergi menuju resepsionis.
Shelly selalu menggandeng erat tangan suaminya. Kemanapun dia pergi, Erlan sendiri tak menolak karena kecintaannya yang terlalu dalam pada Shelly.
"Ada yang bisa dibantu, Tuan, Nyonya?" tanya resepsionis ketika mereka bertiga sampai disana.
"Ehmm… Saya mau mengadakan pesta pernikahan tetapi belum membuat janji temu dengan pengurus WO. Apa bisa dibantu?" ucap Shelly menjelaskan.
"Baik, Nyonya. Mari saya antarkan!"
Setelah berada di sebuah ruangan, mereka dipersilakan untuk duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, seorang perempuan cantik datang membawa beberapa katalog di tangannya.
Semua katalog itu diletakkan tepat di meja depan Shelly dan Erlan. Eleonara sengaja mengambil duduk yang agak jauh.
"Selamat pagi! Tuan dan Nyonya hendak menyelenggarakan acara apa?" tanya perempuan dengan name tag 'Sesilia'. Dia langsung duduk di hadapan tamunya.
"Acara pernikahan kami!" jawab Shelly.
"Baiklah, ini ada beberapa katalog contoh konsep yang ingin dipakai. Lalu ini, ada beberapa model undangan," Sesilia memberikan beberapa contoh.
"Ele, kau bantu memilih ya?" pancing Shelly.
"Nyonya pilih saja sendiri. Yang mau menikah Anda, kenapa saya yang repot!" jawab Ele ketus. Perlahan-lahan Ele berusaha menunjukkan taringnya.
"Hais, sayang. Istri tu__" Shelly hampir keceplosan. Dia langsung membekap mulutnya sendiri. "Maksudku, sayang. Kau bantu aku memilih ya?" Shelly akhirnya membuat suaminya ikut andil dalam pemilihan undangan.
Setelah konsep pernikahan dan undangan beres. Ketiga-nya undur diri untuk melanjutkan ke butik.
Seperti perjalanan sebelumnya, Shelly masih berusaha membuat Ele kepanasan. Tapi, Ele sudah memasang tampang yang benar-benar cuek. Agar dirinya tidak semakin sakit hati telah diabaikan suaminya.
Butik Raja dan Ratu. Mobil telah sampai di sebuah butik ternama. Shelly lekas menggandeng tangan suaminya. Dia langsung menuju beberapa gaun pengantin yang terpasang pada beberapa maneken.
"Lihat sayang! Itu sangat cantik, aku mau yang itu!" Shelly dibuat takjub dengan beberapa model gaun yang di lihatnya.
"Cobalah, sayang!" perintah suaminya.
Shelly meminta pelayan butik untuk menemaninya mencoba beberapa gaun pengantin. Gaun pertama dia kenakan, kemudian menunjukkan pada suaminya.
"Bagaimana sayang? Apa ini cocok untukku?" tanya Shelly dengan manik mata berbinar. Ini pertama kalinya dia menikah dan akan mengadakan pesta pernikahan. Kebahagiaan sangat menyelimuti dirinya.
"Apapun, kau selalu tampil cantik, sayang!" jawab Erlan semringah.
Ele yang melihat kemesraan suaminya dengan istri mudanya, seakan mulai dilanda cemburu. Walaupun dia belum mencintai Erlan, setidaknya sebagai istri dia ingin diperhatikan.
Ele melihat gaun pesta yang sangat indah berwarna gold. Nampaknya melihat desainnya, dia sangat tertarik untuk mencobanya.
Dia meminta tolong pelayan butik untuk mengambilkan dan akan dicobanya.
Eleonara berputar di dalam ruang ganti. Melihat dirinya sangat cantik dengan longdress itu.
'Semoga ini berhasil!' batin Ele.
Ele berjalan keluar dari ruang ganti untuk menghadap suaminya.
"Tuan, apa aku pantas memakai gaun ini?" tanya Eleonara mengalihkan pandangan suaminya.
Sesaat, suaminya tertegun memandang dirinya.
'Oh ****! Dia cantik sekali. Apalagi dengan gaun yang dipakainya itu,' batin Erlan.
Hampir saja Erlan terpesona dengan Eleonara, jika Shelly tidak cepat datang. Bagaimana Erlan tidak terlena, Eleonara memakai gaun dengan belahan kaki sangat tinggi.
"Apa-apaan ini? Kau mau menggoda suamiku?" tegur Shelly.
Ele malas berdebat kali ini. Dia merasakan kehadiran Shelly membuat suaminya yang hampir terperangkap kembali mengabaikannya.
Butuh berapa ratus kesabaran untuk membuat Erlan terperangkap dan jatuh cinta kepadanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments