Tugas Baru

"Mbok, lihat Rara enggak? " Tanyaku pada mbok Darmi.

"Rara sudah pergi kuliah... ada apa ndhuk?" Tanya mbok Darmi balik sambil menatapku.

Sebutan ndhuk yang mbok Darmi gunakan untuk memanggilku sebenarnya hanyalah sebutan umum yang biasa digunakan orang untuk memanggil / menyebut seorang anak perempuan, tapi mendengar sebutan ndhuk dari mulut mbok Darmi membuatku seperti dipanggil oleh nenekku sendiri, terasa tulus dan penuh kasih sayang.

"Enggak ada apa-apa, mbok. Aku pikir dia belum berangkat kuliah... " Sahut ku. Semula aku ingin cerita tentang tuan Bagas pada Rara. Sekalian ingin tanya, apa yang telah terjadi padanya, hingga harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.

"Em... mbok..." Panggil ku ragu. Aku langsung duduk di samping mbok Darmi dan Ikut-ikutan memilah dan memilih jemuran pakaian punya para juragan.

"Apa?" Tanya mbok Darmi sambil sedikit beringsut memberi tempat untukku di dekatnya.

"Itu... aku tadi disuruh nyonya Yulia untuk memanggil tuan Bagas buat makan..." Kataku. Aku merasa, mata mbok Darmi langsung menatapku, tapi aku pura-pura tidak tahu dan terus melipat pakaian-pakaian itu.

"Hemm lalu?" Tanya mbok Darmi sambil melanjutkan pekerjaannya. Masih dengan pura-pura acuh, aku melanjutkan pekerjaanku.

"... Itu... Apa yang terjadi pada tuan Bagas? Kenapa dia sampai harus memakai kursi roda?" Tanyaku sambil lalu.

Sesaat aku dengar helaan nafas berat dari mbok Darmi. Diam-diam aku curi lihat, wajah mbok Darmi terlihat sedih, mungkin beliau sedang berempati dengan hal yang telah menimpa tuan mudanya itu.

"Tuan muda habis terkena musibah kecelakaan... " Jawab mbok Darmi akhirnya.

"Iya, mbok? Sama dengan aku kalau begitu ya?" Ucapku spontan sambil menatap mbok Darmi.

"Emmm ya seperti itulah... " Katanya.

"Tapi masih untung tuan Bagas tidak kehilangan ingatannya... Dia masih punya keluarga yang bisa merawatnya.... " Ucapku lagi.

"Emmm... ya, mungkin begitu... " Sahut mbok Darmi. Ucapan mbok Darmi itu sebenarnya terkesan ambigu untukku. Kok mungkin? Ya, pastilah dia beruntung. Dia masih punya ingatan yang baik, dia juga punya keluarga yang teramat sangat baik, yang mau merawatnya dan tempat untuk membagi kesulitannya. Kalau sudah seperti aku ini...? Benar-benar seperti anak ayam kehilangan induk. Tidak tahu bagaimana dan kemana mencari tempat bernaung...

"Ndhuk, ini pakaian yang sudah dilipat tolong bawa ke mbak Yuni, biar segera disetrika. Kalau enggak salah rok hitam itu mau dipakai non Sabrina hari Kamis besok... " Perintah mbok Darmi, mencegahku mengingat akan rasa kesepianku, atau mungkin juga supaya aku tidak bertanya lebih jauh? 🤔

"Baik, mbok... " Sahut ku.

Aku lalu menata pakaian itu dalam sebuah bak plastik tempat cucian, agar bisa kubawa ke ruang setrika. Mbak Yuni yang nanti bertugas menyetrika pakaian-pakaian itu.

"Permisi, mbok... " Pamit ku. Mbok Darmi hanya mengangguk dan menatapku melangkah pergi meninggalkannya sendiri di teras belakang, dekat tempat jemuran. Sekilas aku lihat mbok Darmi merapihkan hanger baju yang berserakan bekas dipakai menjemur tadi.

...* * *...

Selesai mengantarkan pakaian ke ruang laundry, aku langsung kembali ke kamarku. Niatku, aku ingin membaca buku yang dipinjamkan Rara padaku beberapa hari lalu. Sebenarnya bukan buku Rara sendiri sih, itu buku perpustakaan keluarga. Dia meminjamnya disana untukku, saat tahu kalau aku suka membaca.

Ha ha ha... aku jadi ingin tertawa saat ingat niat awal dia meminjami ku buku ini. Sebenarnya dia awalnya ingin mengerjai aku dengan memberi buku cerita lawas ini. Super lawas malah.

Awalnya aku dikasih pinjam buku novel biasa. Tapi karena aku membaca cepat. Dua sampai tiga novel aku selesaikan hanya dalam waktu dua hari (malah cuma sehari kalau aku sedang tidak punya banyak pekerjaan), Makanya Rara meminjamkan aku buku yang tebal, yang terdiri dari beberapa seri.

Buku yang aku pinjam itu buku yang sudah lama sekali umurnya. Aku yakin sekali kalau umur Rara dengan buku ini pasti lebih tua bukunya. Kertasnya sih masih bagus, cuma sudah berwarna agak kekuningan. Kamu tahu judul bukunya...? Bende Mataram!

Wuihh... Aku suka ceritanya. Sedikit demi sedikit aku membacanya disaat luang waktuku. Kesenangan ku berbanding terbalik dengan Rara. Dia yang semula ingin membuatku kapok membaca malah jadi senewen sendiri, karena perhatianku sekarang lebih banyak tercurah ke buku itu. Walaupun aku merasa, cerita di buku itu sedikit familiar.

Rasanya aku pernah menonton sebuah film dengan latar belakang cerita yang serupa. Tapi, walaupun begitu, aku masih terus membaca. Ya, setiap penulis kan, pasti mempunyai karakter penulisannya sendiri, walaupun tema yang disuguhkan memang serupa.

Aku baru dapat satu halaman membaca, Ketika pintu kamarku diketuk, dan langsung dibuka orang dari luar. Aku mendongak melihat siapa yang baru masuk. Sulis.

"Nur...!" Panggil Sulis.

"Ya... "

"Kamu dipanggil nyonya Supami "

Aku serentak bangkit dari rebahan manisku di ranjang, saat mendengar nama nyonya super besar disebut.

"Ya? Ada apa?" Tanyaku sedikit khawatir. Aku takut sudah berbuat salah dan nanti diusir dari rumah ini. Mau kemana coba kalau aku harus pergi dari sini?

"Enggak tahu. Tapi kamu disuruh menemuinya segera di kamarnya." Jawab Sulis tidak membuat jantungku berhenti berdebar.

"Iya, aku segera kesana." Jawab ku sambil melipat ujung kertas dari buku yang aku baca. Meletakkannya begitu saja di atas bantal lalu bergegas pergi menyusul Sulis yang sudah keluar duluan.

tok tok tok

Ku ketuk pintu kamar yang terbuat dari kayu jati berukir khas dari Jepara itu dengan hati dag dig dug. Di kepalaku terus berputar pertanyaan "ada apa?" Rasanya tanganku dingin saat meraih handle pintu untuk membukanya, setelah terdengar seruan "masuk" dari dalam.

Sebenarnya aku pernah beberapa kali masuk ke kamar ini sebelumnya. Tapi bukan karena dipanggil, tapi karena disuruh mengantarkan sesuatu seperti teh atau irisan buah kesukaan nenek ini. Dan sekarang aku masuk ke mari karena di panggil, bikin aku grogi.

He he he... ke Ge-Er an banget aku ya... siapa tahu aku disuruh kesini hanya karena sang nenek mau minta di pijitin... ah, kacau banget daya pikir ku. 😅 Mikir sampai ke situ membuat aku jadi sedikit rileks. Ku hela nafas sebentar lalu mendorong pintu itu terbuka.

"Permisi nyonya.. " Salamku sambil melangkah masuk. Begitu masuk, mataku langsung mengarah ke kursi goyang yang terletak di samping jendela dekat tempat tidur. Biasanya nyonya duduk di sana. Tuh, kan bener. beliau sedang duduk di sana. Begitu melihat aku masuk, beliau langsung melambaikan tangannya menyuruhku mendekat.

Aku mendekat dan duduk di lantai di hadapannya. Aku tidak bicara apa-apa tapi aku siap mendengarkan sabda sang nyonya.

"Nur... bagaimana? Apakah kamu betah tinggal di sini? " Tanya nyonya besar memulai pembicaraan.

"Iya nyonya, saya betah. Terima kasih sudah mau menampung saya di sini... " Sahut ku.

"Syukurlah kalau kamu memang betah. Apakah kamu mau kalau aku beri tugas khusus mulai sekarang...?"

"Terima kasih atas kepercayaannya nyonya. tugas apakah yang bisa saya kerjakan nyonya?"

"Ya ... seperti yang kamu lihat tadi, cucuku Bagas sedang sakit. Mulai hari ini dia akan tinggal di sini, dan selama menjalani perawatan. Aku minta kamu membantu dia menjadi pelayan khusus untuknya... " Ucap nyonya sambil menatapku. Aku sempat mendongak sebentar untuk melihat ekspresi wajah nenek ini saat membicarakan cucunya yang sakit itu. Sedih. Itu yang terbaca dengan pasti di wajah yang sudah mulai keriput itu.

"Baik nyonya.' Jawab ku pasti. Cuma jadi pelayan khusus untuk tuan Bagas kan? Aku pikir apa bedanya melayani satu orang dengan melayani semua anggota keluarga ini? Ya minimal mulai sekarang aku sudah mempunyai tugas khusus yang menjadi tanggung jawab ku.

" Bagus. Aku minta kamu membantunya, melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan sendiri, mulai dia bangun tidur sampai mau tidur lagi. Sediakan apa yang menjadi kebutuhannya... " Perintah nyonya memberi penjelasan.

"Baik nyonya... "

"Kalau ada pekerjaan yang tidak kamu mengerti atau tidak bisa kamu lakukan katakan, agar nanti bisa segera diajarkan atau dicarikan jalan keluarnya...." Nyonya menjeda ucapannya dan menatapku. Aku mengangguk memahami perintahnya.

"Ingatlah Nur, yang kamu layani sekarang ini adalah orang yang sedang sakit. Jadi kamu harus sabar dan cepat tanggap dengan apa yang dikatakannya... " Ucap nyonya lagi. Sekali lagi aku mengangguk.

"Baik nyonya... "

Sekali lagi, hanya kalimat pendek itu yang aku ucapkan. Nyonya tersenyum puas dengan kepatuhan ku.

"Ya sudah, sekarang coba kamu menghadap Bagas. Katakan kalau kamu sudah aku suruh menjadi pelayannya. Nanti dia yang akan mengatakan apa yang harus kamu lakukan untuknya."

"Baik nyonya... "

Sekali lagi aku mengucapkan kalimat sakti untuk para pelayan pada majikannya. Setelah itu aku berpamitan dan berjalan mundur beberapa langkah sebelum berbalik pergi menuju pintu keluar.

...* * *...

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-04-05

0

Wida

Wida

next

2022-08-10

0

Mamahe 3E

Mamahe 3E

cetita jaman kerajaan niih

2022-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Masalah Serbet
2 Tuan Bagas
3 Kisah ku
4 Tugas Baru
5 Cerita tentang Tuan Bagas
6 Gubrak!
7 Pengen sarapan
8 Masih belum bisa sarapan...
9 Makan... makan...
10 Sebel...
11 Halalin dong...
12 Kedatangan Nyonya Santi.
13 Diajak Nyonya
14 Akad nikah
15 Suatu Alasan
16 Ikut Tuan Bagas
17 Aku tidak mau sendiri.
18 Ini serius?
19 Jangan-jangan...
20 Ke kantor tuan.
21 Status
22 Pulang
23 Cerita versi Bagas
24 Masih cerita versi Bagas.
25 Ke kandang
26 Sasa
27 Selamet... Selamet...
28 Doa Rara
29 Tidak ada yang berubah.
30 Hukuman
31 Mandi
32 Sepiring Berdua
33 Seperti nemu...
34 Apa yang salah...?
35 HP baru.
36 Mbak babu
37 Nyonya Silvia bikin capek.
38 Telepon dari tuan Bagas
39 Me Time.
40 Ibu Nyonya
41 Rencana Penyembuhan
42 card lock
43 Negosiasi (panggilan)
44 Mas, bukan tuan.
45 ke bengkel
46 Di rumah sakit
47 Masih di rumah sakit
48 Suara Apa?
49 Ini Siapa lagi sih...?
50 catatan author...
51 Ibuku yang mana?
52 Bertemu ayah.
53 Nyaman
54 Nasi pecel
55 Ayah kenapa, sih?
56 Mau pulang...
57 Ada apa lagi?
58 Haruskah memilih?
59 Mau enggak mau
60 Diary Anna
61 Enggak Sah Katanya.
62 Keputusan Ayah
63 Belajar jadi Nyonya.
64 Pulang
65 Kembali ke rumah Bagas
66 Jadi, diulang...
67 Bertukar cerita.
68 Masih bertukar cerita
69 Cerita Rara
70 Nasehat nyonya Supami.
71 Kacau...
72 Kenangan
73 Kenangan 2
74 Kok mereka?
75 feeling something
76 Heleh...
77 Telolet... Telolet
78 Cerita, Harapan dan Do'a
79 PENUTUP
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Masalah Serbet
2
Tuan Bagas
3
Kisah ku
4
Tugas Baru
5
Cerita tentang Tuan Bagas
6
Gubrak!
7
Pengen sarapan
8
Masih belum bisa sarapan...
9
Makan... makan...
10
Sebel...
11
Halalin dong...
12
Kedatangan Nyonya Santi.
13
Diajak Nyonya
14
Akad nikah
15
Suatu Alasan
16
Ikut Tuan Bagas
17
Aku tidak mau sendiri.
18
Ini serius?
19
Jangan-jangan...
20
Ke kantor tuan.
21
Status
22
Pulang
23
Cerita versi Bagas
24
Masih cerita versi Bagas.
25
Ke kandang
26
Sasa
27
Selamet... Selamet...
28
Doa Rara
29
Tidak ada yang berubah.
30
Hukuman
31
Mandi
32
Sepiring Berdua
33
Seperti nemu...
34
Apa yang salah...?
35
HP baru.
36
Mbak babu
37
Nyonya Silvia bikin capek.
38
Telepon dari tuan Bagas
39
Me Time.
40
Ibu Nyonya
41
Rencana Penyembuhan
42
card lock
43
Negosiasi (panggilan)
44
Mas, bukan tuan.
45
ke bengkel
46
Di rumah sakit
47
Masih di rumah sakit
48
Suara Apa?
49
Ini Siapa lagi sih...?
50
catatan author...
51
Ibuku yang mana?
52
Bertemu ayah.
53
Nyaman
54
Nasi pecel
55
Ayah kenapa, sih?
56
Mau pulang...
57
Ada apa lagi?
58
Haruskah memilih?
59
Mau enggak mau
60
Diary Anna
61
Enggak Sah Katanya.
62
Keputusan Ayah
63
Belajar jadi Nyonya.
64
Pulang
65
Kembali ke rumah Bagas
66
Jadi, diulang...
67
Bertukar cerita.
68
Masih bertukar cerita
69
Cerita Rara
70
Nasehat nyonya Supami.
71
Kacau...
72
Kenangan
73
Kenangan 2
74
Kok mereka?
75
feeling something
76
Heleh...
77
Telolet... Telolet
78
Cerita, Harapan dan Do'a
79
PENUTUP

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!