Zayn masih berdiri di balik pintu itu. Ia ingin mendengar jawaban dari Rara, karena jika Rara menolak Reza, maka ia akan mulai untuk meraih gadis itu.
“Ra, jangan diam saja!” Reza meraih dagu Rara yang menunduk untuk melihat ke arahnya.
Rara tersipu malu. Semula ia datang kerumah ini untuk belajar, justru malah belajar hal yang lain.
“Aku harus jawab apa?” tanya Cleopatra, yang dipanggil Rara.
“Jawab, apa kamu memiliki perasaan yang sama denganku?” tanya Reza menatap kedua bola mata Rara tanpa kedip.
Rara tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. Sontak hal itu membuat senyum di bibir Reza merekah.
“Benarkah? Kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku selama ini?”
Rara menaangguk lagi sembari menggigit bibirnya. Sungguh, ia malu. Kemudian, Reza manangkup wajah Rara.
“Ucapkan sesuatu untuk meyakinkanku, Ra,” kata Reza.
“Hmm ... aku ...” ucap Rara terbata-bata.
Namun, Reza tetap menunggu gadis itu menyelesaikan perkataannya. Dan di balik pintu seseorang pun membuka kedua telinganya untuk mendengar jawaban itu.
“Aku juga menyukaimu, Kak.”
Reza langsung meraih tubuh Rara dan memeluknya.
Sementara, di balik pintu, Zayn menyandarkan tubuhnya di sana. Ia tidak memiliki harapan untuk bisa meraih Cleopatra, gadis yang membuatnya tertawa, gadis yang membuat hatinya teduh dan terpesona. Walau ia berpacaran dengan beberapa wanita, tetapi ia selalu mengutamakan Rara, hingga setiap wanita yang menjadi kekasih Zayn cemburu dan memutuskan hubungan itu. Zayn pun tidak peduli akan hubungan-hubungannya dengan para wanita itu, karena memang ia tidak pernah menginginkan hubungan itu.
Kemudian, Zayn memilih kembali ke kamarnya. Ia memasukkan semua hal mengenai Rara ke sebuah kotak besar. Ia berjanji akan memendam rasa ini. rasa yang tak tahu hingga kapan akan hinggap di hatinya.
Semula ia pikir, ini adalah perasaan cinta biasa, atau mungkin cinta ini hadir karena interaksi mereka yang lebih intens dibanding Reza. Tetapi, semakin Zayn berusaha untuk melenyapkan nama Rara dari hatinya dengan cara memacari wanita lain. Namun justru hati dan pikirannya tertuju pada pesona itu, pesona Cleopatra.
****
Krek ...
Reza membuka pintu kamar Zayn. Untungnya Zayn sudah selesai merapihkan barang-barang di sebuah kotak besar itu.
“Hai, Zayn. Kau ditunggu Rara di ruang baca,” ucap Reza dengan wajah berbinar. Wajah bahagia nampak jelas.
Zayn menoleh sekilas, lalu meletakkan kotak besar itu di dalam lemari paling bawah.
“Sepertinya, aku ada urusan dadakan. Kak. Aku tidak bisa membantu Rara hari ini.” Zayn masih sibuk menata lemarinya.
Reza yang semula duduk santai di atas ranjang sang adik, kini beranjak mendekatinya. “Loh, kok gitu. Kamu sudah janji pada Rara hari ini. Kasihan dia, Zayn.”
“Kakak kan ada di rumah, kakak saja yang membantunya. Aku ada urusan dengan pacarku,” jawab Zayn berbohong, padahal Zayn sudah lama putus dengan pacarnya yang sekarang, tetapi baik Reza atau Rara tidak ada yang mengetahui itu.
Zayn langsung memakai jaketnya dan bersiap untuk keluar.
“Zayn,” panggil Reza yang tidak mengerti dengan sikap acuh sang adik.
Zayn tidak menghiraukan panggilan sang kakak. Ia tetap berkemas untuk pergi sejenak dari rumah ini dan menetralkan hati juga pikirannya yang dilanda cemburu.
“Zayn, tapi ...” Reza hendak berbicara lagi, tetapi Zayn langsung melesat pergi dan keluar dari kamarnya.
Reza menatap punggung Zayn yang semakin lama menghilang.
Semaki hari, Zayn tidak lagi terlihat bersama Rara. Kini, Rara lebih banyak dibantu oleh Reza untuk menyelesaikan skripsi di beberapa bab terakhir. Rara hanya mengira bahwa Zayn memang sedang sibuk dengan kekasihnya.
Sikap Zayn yang seolah-olah mundur perlahan, membuat Rara dan Reza semakin dekat. Tak jarang, Zayn pulang ke rumah dan mendapati Rara yang tengah tertawa bersenda gurau dengan sang kakak. Sungguh, hal itu membuat hatinya sakit. Rasanya ia ingin pergi dari tempat ini.
“Zayn, kamu mau kemana?” tanya Mirna.
Ibunda Zayn dan Reza itu menatap putra bungsunya yang tengah berkemas di dalam kamar. Zayn memasukkan beberapa pakaian ke tas ransel yang cukup besar.
“Aku ingin ke Jogja, Ma.”
“Loh, kok? Bukannya tiga hari lagi kamu wisuda?” tanya Mira.
Reza yang melewati kamar sang adik itu pun ikut masuk ke sana. Suara Mira cukup membuat dirinya ingin tahu apa yang terjadi di kamar itu.
“Ada apa, Ma?” tanya Reza.
“Ini loh, Za. Masa’ Zayn tidak ikut wisuda,” jawab Mira.
“Memang kenapa sih, Ma. Yang penting Zayn lulus kan? Wisuda tidak penting.”
“Setidaknya ada kenang-kenangan seperti kakakmu,” jawab Mirna.
“Itu tidak penting, Ma. Justru ke Jogja jauh lebih penting. Zayn sedang ada proyek fotography di sana dengan teman.”
“Zayn, tapi setelah wisuda. Besoknya akan ada acara pertunangan kakakmu dengan Rara. Mama sengaja menggabungkan acara itu bersamaan.”
Zayn tersenyum miris. Justru ia ingin pergi karena ingin menghindari acara yang membuat hatinya sangat sakit itu.
Reza merangkul tubuh sang ibu. “Biarlah, Ma. Ini hobbynya Zayn.”
“Tapi, Za?” Mirna mengerucutkan keningnya, meminta Reza untuk menahan dang adik.
“Berapa lama kamu di Jogja? Hanya tiga hari kan? Berarti kamu tetap bisa hadir,” ucap Reza memandang ke arah sang adik, lalu bergantian ke arah sang ibu. “Tenang, Ma. Masih ada waktu tiga hari sebelum acara itu, jadi Zayn tetap akan bisa hadir.”
Zayn menghentikan aktifitasnya yang masih berkemas. Lalu pria yang kini menjadi lebih pendiam dan tak banyak bicara itu menatap ke arah sang ibu dan sang kakak.
“Aku tetap tidak bisa hadir, karena setelah tiga hari di Jogya aku akan langsung terbang ke Bali.”
“Zayn,” teriak Mirna kesal. “Kamu keterlaluan.”
Rangkulan tangan Reza terlepas dari pundak Mirna karena wanita berusia empat puluh delapan tahun itu berjalan mendekati putra bungsunya.
Mirna mengeluarkan lagi baju-baju yang sudah Zayn masukkan ke dalam ransel besar itu. Namun, dengan cepat Zayn menahan tangan sang ibu.
“Mama, tolong! Jangan halangi Zayn untuk meraih mimpi Zayn, Ma. Tolonglah!” Zayn menatap melas ke kedua bola mata sang ibu.
Mirna dapat melihat kedua bola mata itu yang mulai menggenang di bawah pelopaknya. Sungguh, ia tak pernah melihat Zayn seperti ini. Ia mengira Zayn tengah memelas untuk meminta izin agar ia dapat menyalurkan hobbynya, padahal Zayn menyalurkan hobbynya ini untuk melepaskan kekecewaan hati yang bertepuk sebelah tangan.
Mirna hanya pasrah, begitu pun Reza. Bahkan Kemal, sang ayah pun tak bisa menahan keinginan putra bungsunya yang memang dikenal keras.
Akhirnya, pesta pertunangan Fahreza dan Cleopatra pun tetap berjalan walau tanpa kehadiran Zayn. Orang yang Zayn kira adalah orang-orang terdekat, tidak mengetahui isi hatinya sama sekali. Mereka tetap bersuka cita atas pertunangan ini. Mirna dan Kemal sangat bahagia, begitu pun Sanjaya beserta istrinya yang bernama Mia. Sedangkan, Reza dan Rara jangan ditanya, mereka tampak sumringah dan serasi.
#Flashback Off#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Bunda Aish
Saiki aku wes sadaaar....😊
2023-08-20
1
Mrs.Labil
kasian Zayn, Rara kok gak sadar klo slma ini Zayn punya prsaan bwt km
tapi feeling aku rara tuh jodohnya Zayn ya 👩❤️👨
2023-01-27
1
AsYanti
mbak Elis... ini penggunaan kalimat tidak menghiraukan yang tepat sesuai konteks kalimat... berarti pemahaman mbak Elis sdh benar untuk kosa kata menghiraukan.
2022-07-16
0