“Hey, kenapa masih duduk di situ? Ayo pulang!” ajak Zayn pada Rara yang masih duduk di kursi kelasnya.
Rara menggeleng dengan mlipat kedua tangannya di atas meja. Saat itu, mereka baru beranjak remaja, tepatnya di sekolah menengah pertama. Zayn kelas sembilan, sementara Rara di kelas delapan dan Reza sudah tidak lagi satu sekolah dengan mereka karena ia sudah berada di sekolah menengah atas.
“Kenapa, huh?” tanya Zayn yang duduk persis di depan Rara setelah memutar kursi di depan wanita untuk dan duduk berhadapan.
“Semua sudah pulang, Ra. Kamu ngapain di kelas sendirian,” ucap Zayn sembari mengerlingkan ke sudut ruang kelas yang sudah kosong.
“Aku ngga bisa pulang.”
“Kenapa?” tanya Zayn lagi.
“Tidak apa-apa.” Rara kembali menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin memberitahu masalahnya pada Zayn.
Setiap kali Rara mendapatkan masalah atau kesulitan, Zayn lah yang selalu terdepan menyelesaikan masalah itu, karena Reza selalu meminta bantuan pada Zayn, jika Rara bermasalah. Pergaulan sang adik yang luas dan cerdas, memudahkan Zayn mengatasi setiap masalah baik pada teman-temannya yang lain, apalagi kepada Rara. Walau Reza terlihat tampak dewasa, sebenarnya Zayn pun demikian. Hanya saja, sikapnya yang selengeyan membuat kedewasaannya tertutupi.
“Ayolah, Ra. Sampai kapan aku nunggu kamu di sini.” Hanya dengan Cleopatra, Zayn berkata aku-kamu, tapi tidak dengan temannya yang lain, bahkan dengan pacarnya sendiri.
“Kamu bukannya anter Audrey,” celetuk Rara.
“Dia punya kaki, Ra. Dia bisa pulang sendiri.”
“Tapi, dia pacarmu, Zayn. Kalian baru jadian kan?”
Zayn tertawa. “Dia sendiri yang mau, aku tidak.”
“Jahat.” Rara memukul pelan dada Zayn.
“Ayo pulang! Nanti tante Mia marah padaku karena telat mengantarmu, belum lagi Kak Reza,” gerutu Zayn, karena semua orang-orang itu sangat protektif terhadap Rara.
Cleopatra bagai porselen yang selalu dijaga dengan baik oleh kedua orang tuanya, belum lagi terhadap Reza.
Reza juga meminta sang adik untuk menjaga jodohnya. Rara seperti seorang permaisuri yang selalu berjalan dengan kedua penjaga.
Zayn berdiri dan menarik lengan Rara. Walau di kelas ini sudah kosong, tapi tidak di luar kelas. Di luar sana masih banyak siswa yang berkerumun baik dipelataran maupun di lapangan.
“Zayn, aku malu kalau keluar.” Rara tetap mempertahankan posisinya, walau tangan itu sudah tertarik sedikit oleh Zayn.
“Aku tembus, Zayn.” Rara menunduk malu. Sementara Zayn terus menatap wajah malu itu.
“Aku sedang datang bulan dan itu sangat banyak hingga tembus ke rok belakangku,” kata Rara lagi sembari berdiri dan kembali menengok kebelakang untuk memasikan seberapa banyak bercak darah yang tercetak di rok belakangnya.
“Mana, coba aku lihat!” Zayn memutar tubuh Rara.
“Jangan! Malu.” Rara tetap berdiri dan tak ingin berbalik seperti keinginan Zayn.
“Aku ingin lihat seberapa banyak noda itu.”
“Ngga, itu jorok, Zayn. Aku malu,” sahut Rara.
“Ck.” Zayn berdecak kesal. “Kalau aku tidak melihat apa masalahnya, bagaimana aku bisa menolongmu?”
“Tidak ada yang bisa menolongku.”
“Lalu, kamu akan semalaman berada di sini? menemani para hantu yanga da di sekolah ini? kau tahu sekolah kita terkenal angker.”
“Zayn,” teriak Rara yang terkenal penakut.
Zayn tertawa. Sungguh Rara terlihat semakin cantik, apalagi ketika dia merajuk dan tersipu malu.
“Ayolah berjalan di depan! Aku akan melindungimu di belakang.” Zayn menyelempangkan tas milik Rara di tubbuh gadis itu, lalu menyuruhnya untuk berjalan terlebih dahulu.
“Noda itu akan terlihat olehmu.”
“Tidak masalah. Ayo jalan!” Zayn mendorong Rara untuk berjalan.
Rara menoleh ke belakang. “Zayn, aku malu padamu.”
“Sudah jalan. Aku akan melindungimu di sini.” Zayn menyuruh Rara untuk tetap di depannya dan tidak lagi menoleh ke arahnya.
Akhirnya, Rara sampai di parkiran sekolah, tepatnya di depan motor besar milik Zayn. Zayn dan Reza dibelikan motor besar oleh sang ayah. Sebenarnya Kemal hanya membelikan motor untuk Reza yang berhasil masuk ke sekolah menengah atas ternama.
Namun, Zayn merajuk sehingga Kemal membelikan dua sepeda motor dengan catatan Zayn tidak boleh menggunakan motor itu ke jalan raya karena belum memiliki sim. Alhasil ketika berangkat atau pulang sekolah, Zayn memasuki jalan kampung agar tidak melalui jalan raya menuju sekolahnya hingga ia mendapatkan SIM seperti Reza.
“Zayn,” panggil Rara, ketika mereka berada di atas motor.
“Hmm ...” jawab Zayn.
“Terima kasih ya.”
“Untuk apa?” tanya Zayn.
“Untuk tadi.”
“It’s oke. Ra,” jawab Zayn santai.
Rara tersenyum tatkala mengingat Zayn melindunginya di belakang dan berusaha menutupi noda itu dari teman-temannya yang lain saat melintas. Zayn memegang kedua bahu Rara dari belakang sambil berjalan dan sedikit mendorong tubuh Rara untuk berjalan sedikit cepat, karena jika tidak mereka akan dihentikan oleh beberapa teman dekat mereka di sana.
****
Hari terus berlalu. Reza, Rara, dan Zayn semakin dewasa. Namun, hal itu tak membuat mereka terpisah. Mereka tetap dekat dan saling membutuhkan satu sama lain. Orang-orang mengira mereka adalah kakak beradik. Mereka pun sering menghabiskan liburan bersama dengan para orang tua ataupun hanya mereka bertiga saja. Hampir setiap malam minggu, mereka menonton bioskop. Reza tak pernah absen menemani hobby Rara yang suka menonton bioskop, tetapi tidak dengan Zayn. Pria selengeyan yang sering bergonta ganti pacar itu, beberapa kali absen karena harus menonton dengan kekasihnya.
Berbeda dengan Zayn yang playboy, justru Reza terlihat kalem dan tak pernah membawa wanita satu pun ke rumah, karena yang ada di hati pria pendiam itu hanya Rara, pesona Cleopatra tidak bisa digantikan oleh wanita manapun. Sejujurnya, Zayn pun merasakan itu, tetapi Zayn tak kuasa menolak para wanita yang meminta untuk menjadi kekasihnya, padahal Zayn tidak pernah menyukai wanita-wanita itu. Sehingga pacaran mereka tidak pernah berlangsung lama.
“Hai, Ra. Sudah lama di sini?” tanya Reza yang melihat kehadiran Rara di ruang baca.
“Belum juga,” jawa Rara tersenyum dan kembali beralih pada laptopnya.
Rara sering datang kerumah ini untuk meminta bantuan pada Zayn dalam menyelesaikan skripsinya, karena sejak awal memang Zayn yang membantunya dalam hal ini. Rara tidak mungkin meminta bantuan pada Reza karena Reza sudah bekerja dan sibuk. Sedangkan Zayn belum bekerja, ia masih menunggu wisuda dan ingatan tentang membuat skripsi pun masih melekat di kepala Zayn.
“Ra,” panggil Reza.
Kebetulan di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Zayn meninggalkan Rara sebentar, karena dirinya belum membersihkan diri. Rara datang memang terlalu pagi, padahal hari itu adalah hari libur.
“Ya, Kak.” Rara menoleh ke arah Reza yang sedang menatapnya dekat.
“Jika aku mengatakan sesuatu apa kamu tidak marah?” tanya Reza.
Jantung Rara berdegup kencang. Entah mengapa ketika berdekatan dengan Reza, jantungnya tak karuan, apalagi jika ditatap sedekat ini. Berbeda ketika bersama Zayn. Ia justru tidak canggung dan benar-benar seperti sahabat.
Rara selalu menjaga image ketika berada di depan Reza. Ia tidak ingin terlihat buruk di hadapan pria pendiam itu, karena menurut Rara, Reza adalah pria impian. Reza memang tampan, pintar, bertanggung jawab, dan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Semua karakter Reza, berbanding terbalik dengan Zayn. Walau sebenarnya Zayn pun bisa bertanggung jawab, setia, dan pintar. Namun kemampuan Zayn tertutupi oleh Reza.
“Ra, aku mencintaimu,” ucap Reza lantang dan itu berhasil membuat Rara menganga tak berkedip.
Ini seolah mimpi untuk Rara. Ia tak menyangka bahwa Reza memiliki perasaan seperti dirinya. Padahal sebelumnya, Rara hanya bisa memendang rasa ini, karena tak mungkin ia mengungkapkan perasaan ini terlebih dahulu. Rara adalah tipe wanita pemalu, tidak bisa meluapkan atau mengekspresikan keinginannya. Ia hanya bisa memendam dalam hati.
“Ra, aku minta maaf kalau aku lancang. Tapi jujur, aku menyukaimu sejak kecil dan aku sudah bilang pada Mama, ketika aku besar nanti, aku akan menikahimu,” ucap Reza lagi.
Rara tak mampu berkata-kata. Ia hanya tersenyum lebar mendengar perkataan manis yang keluar dari mulut Reza.
Di belakang pintu ruangan itu, Zayn ingin masuk. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar sang kakak mengutarakan cinta pada gadis yang juga ia sukai sejak kecil, walau Zayn tidak pernah terang-terangan menyatakan hal itu seperti Reza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Kugy Narisa
YAh TeRLAmbAt KAmu ZAyn.....
ReZA GerCep MA CeWe YAng D CintAi
2022-07-09
2
Iiq Rahmawaty
jd cinta segitiga deh
2022-04-01
1
Darsih suranto
msh nyimak Thor,blm bisa komentar
2022-03-02
3