Permaisuri Kecilku Yang Kejam
Aku mentapa pria itu dengan tatapan tajam. Tak ada lagi tatapan kagum yang memuja, kini semua rasaku padanya telah berubah menjadi dendam dan kebencian. Setelah apa yang semua telah kulakukan untuknya, semua yang ku korbankan, waktu yang ku habiskan, serta pengkhianatan yang kulakukan, semuanya berakhir sia - sia. Yang tersisa dari itu semua hanyalah penyesalan dan rasa bersalah.
Selama ini cinta yang selalu ku agungkan mengkhianatiku dengan sebuah kebohongan dan kepalsuan. Aku hanya di manfaatkan, di manfaatkan untuk menjadi boneka yang menuruti segala pintanya dengan alasan cinta memang harus selalu berkorban.
Aku tersenyum miris. Selama ini aku salah, salah menilai sosoknya. Perasaanku padanya hanyalah sebuah kesalahan, perasaannya padaku hanyalah sebuah kepalsuan. Sebagai putri kerajaan Zhang, ia memanfaatkan perasaanku padanya dan mengambil sebuah kesempatan untuk merebut semua milikku.
Takhta dan kerajaanku, seluruh rakyatku, semua harta benda milik kerajaan dan aset masyarakat kerajaan Zhang dirampas habis olehnya. Cintaku padanya berhasil membutakanku, keinginanku untuk memiliki dirinya sepenuhnya membuatku menjadi pendosa besar yang tak terampuni.
Banyak darah, tangisan dan keringat yang ku korbankan, bahkan aku mengkhianati keluarga yang menyayangiku sepenuh hati. Kini hanya rasa bersalah dan menyesal menyelimuti, air mata yang ku keluarkan untuk memohon pengampunan dan belas kasihnya bahkan telah mengering.
Aku menatap sekelilingku masih dengan posisi berlutut dengan kedua tangan yang terikat di belakang punggungku. Di dalam aula utama kerajaan Zhang yang besar dan luas, ada banyak mayat yang berserakan. Darah menggenang di atas permukaan lantai, bau anyir menyerbak tatkala angin bertiup kencang.
Pandanganku berhenti pada sosok pria paruh baya yang menjemput ajalnya dengan sangat mengerikan, dan semua yang ia alami beserta para prajurit yang berakhir sama dengan pria paruh baya itu semua karena aku.
"Tak perlu bersedih, sebentar lagi kau akan menyusul mereka semua"
Aku menoleh menatap pria yang dulu ku puja dengan tatapan tajam, pria itu berdiri dengan angkuhnya di hadapanku tak lupa dengan senyum mengejek yang ia berikan.
"Bagaimana rasanya menjadi penyebab kematian mereka?" Tanyanya mulai berjongkok dan mengcengkram rahangku kuat.
Rasa sakit dan ngilu yang kurasakan dari cengkramannya membuatku harus menggigit lihat. Aku tak ingin mengeluarkan rintihan, sebab aku tak membuat iblis di depanku merasa lebih senang.
"Zhang Mu Lan, lihatlah karena kebodohanmu, kau membawa petaka untuk semua orang" katanya "Kau adalah bencana, karena itu aku akan membunuhmu secara pribadi. Anggap saja sebagai tanda terima kasihku, karena karnamu aku berhasil mencapai ambisiku" tambahnya.
"A-aku tidak sudi di bunuh dengan pria menjijikan sepertimu" balasku yang langsung mendapat cengkraman lebih kuat dari sebelumnya dirahangku.
"Berani - beraninya kau...!"
Krek!
Rasa sakit dan ngilu yang kurasakan semakin bertambah, suara retakan akibat cengkramannya berhasil membuatku memejamkan mata seraya menghalau air mataku yang ingin jatuh karena rasa sakit yang lebih intens kurasakan.
"****** sepertimu tidak perlu dikasihani" katanya melempar kepalaku kuat hingga tubuhku jatuh dan membentur lantai cukup keras.
Aku merasakan sesuatu yang basah di kepalaku, tak perlu menjadi sangat pintar untuk menebak jika saat ini kepalaku berhasil mendapat luka hingga kepalaku mengeluarkan darah. Aku tidak sedih, aku bahkan tak merasakan sakit. Aku seakan - akan mati rasa dari semua serangan fisik yang ia berikan dengan kejam. Tubuh mungilku seakan telah kebal dengan semua luka - luka yang ia berikan hingga seluruh tubuhku penuh luka sayat, luka menganga ataupun memar.
Jika hidupku akan berakhir seperti ini, aku akan menerimanya. Bagaimanapun semua ini karena kesalahanku. Hanya saja aku sangat sedih, bersalah dan menyesal telah mengorbankan kebahagiaan dan kehidupan orang lain demi pria yang dengan angkuh dan sombongnya berdiri di hadapanku dengan salah satu tangan memegang pedang dan terayun keatas. Saat pedang itu mulai terayun dan hendak menebasku, aku memejam mataku rapat - rapat.
Di akhir hidupku menjemput kematian, aku memohon jika saja waktu bisa berputar, aku berjanji tak akan mengulang kesalahan yang sama. Jika langit mengizinkan, aku ingin menebus dosa yang telah ia perbuat sekalipun jika harus melawan garis takdir sekalipun. Jika aku boleh meminta untuk terakhir kalinya, aku berharap semua yang aku alami hanyalah sebuah mimpi buruk.
Crass!
"Ahhhkkk!"
Aku beranjak bangun dan mendudukan diriku di atas peraduan dengan deru nafas yang tak beraturan, bulir - bulir keringat pun masih nampak membasahi seluruh tubuhku yang di balut dengan jubah tidur berwarna merah muda.
Aku menatap sekelilingku, hingga tiba - tiba saja pintu diruangan tersebut terbuka dan menampakan pria paruh baya berusia 42 tahun yang terakhir kali kuliat merenggang nyawa karenaku, kini melangkah menghampiriku disusul dengan wanita cantik berusia 38 tahun serta pemuda berusia 20 tahun melangkah di belakangnya.
"Apakah ini adalah mimpi?" gumamku saat melihat ketiga keluargaku sudah berada di hadapanku.
Wanita cantik berusia 38 tahun yang merupakan ibundaku lantas mendudukan dirinya di pinggir peraduan, kedua tangannya langsung meraih kedua tanganku dan menggenggamnya kuat dan penuh kehangatan.
Aku merasakan kulit halus dan rasa hangat yang ibundaku hantarkan, perasaan hangat itu lantas berhasil membuatku menitihkan air mata karena rasa bersalah. Entah apa yang kurasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi atau kenyataan, aku hanya berharap bisa bersama mereka dalam waktu yang sangat lama.
"Lan'er ibunda disini, tak usah menangis. Kami disini" kata Ibundanya merangkulnya dalam pelukan penuh cinta dan kehangatan yang semakin membuat tangisku pecah.
"Maafkan aku, maafkan aku" pintaku penuh penyesalan.
Bayangan kematian ibunda, ayahanda dan gegenya terus terbayang. Perasaan bersalah dan penyesalan yang menghimpit dadanya membuatnya sesak. Permohonan maaf yang terus kulontarkan bahkan tak mampu menghilangkan rasa sesak yang kurasakan.
Pelukan yang kurasakan kini terurai, wanita cantik itu lantas memegang kedua bahuku dengan raut wajah penuh kebingungan "Lan'er mengapa kau terus meminta maaf, apa yang terjadi?" tanya ibundaku cemas.
"A-aku bersalah, aku bersalah. Maafkan aku, maafkan aku. Karena kesalahanku aku membuat kalian semua mati" katakuku terisak
"Apa yang kau katakan, mei mei? Berhenti mengatakan omong kosong, kami semua masih hidup" balas gege-ku yang berhasil membuat tangisku terhenti
"Apa yang gege katakan?" tanyaku bingung
"Kami masih hidup mei mei. Jika kami sudah mati, kami tak akan berdiri dihadapanmu saat ini" balasnya
"Lan'er.. mungkin tadi kau sedang bermimpi buruk" kata ibundaku yang berhasil menarik kesadaranku penuh. Mimpi buruk?
"Berapa usiaku tahun ini?" tanyaku
"Saat ini kau masih berusia 14 tahun, mei mei" jawab gegeku
*14 tahun? Bagaimana itu bisa terjadi?
Mungkinkah aku kembali kemasa dua tahun sebelum kejadian itu, ataukah semua hal mengerikan yang ku alami hanyalah sebuah mimpi buruk*?
"Yang mulia, kurasa kita perlu memanggil dokter kerajaan" kata ibundaku yang menyentakku dari lamunan.
"Zhen rasa kau benar permaisuri, nampaknya kita perlu memanggil dokter kerajaan. Sebab setelah putri kecil kita tergelincir dan jatuh di danau dua hari yang lalu, tampaknya ada yang salah dengannya" balas Ayahandanya
Tergelincir? Jatuh di danau? tunggu. Sebenarnya apa yang telah terjadi saat ini?
.
.
.
.
.
**TBC
Selasa, 7 April 2020**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
nyimak dulu
2024-05-15
1
Ayu Dani
Mampir
2024-03-06
0
@Intan.PS_Army🐨💜
astaga ternyata aku baru nemu novel ini padahal udah dri 2020 ea
2024-02-14
2