NovelToon NovelToon

Permaisuri Kecilku Yang Kejam

Bab 1 - Prolog

Aku mentapa pria itu dengan tatapan tajam. Tak ada lagi tatapan kagum yang memuja, kini semua rasaku padanya telah berubah menjadi dendam dan kebencian. Setelah apa yang semua telah kulakukan untuknya, semua yang ku korbankan, waktu yang ku habiskan, serta pengkhianatan yang kulakukan, semuanya berakhir sia - sia. Yang tersisa dari itu semua hanyalah penyesalan dan rasa bersalah.

Selama ini cinta yang selalu ku agungkan mengkhianatiku dengan sebuah kebohongan dan kepalsuan. Aku hanya di manfaatkan, di manfaatkan untuk menjadi boneka yang menuruti segala pintanya dengan alasan cinta memang harus selalu berkorban.

Aku tersenyum miris. Selama ini aku salah, salah menilai sosoknya. Perasaanku padanya hanyalah sebuah kesalahan, perasaannya padaku hanyalah sebuah kepalsuan. Sebagai putri kerajaan Zhang, ia memanfaatkan perasaanku padanya dan mengambil sebuah kesempatan untuk merebut semua milikku.

Takhta dan kerajaanku, seluruh rakyatku, semua harta benda milik kerajaan dan aset masyarakat kerajaan Zhang dirampas habis olehnya. Cintaku padanya berhasil membutakanku, keinginanku untuk memiliki dirinya sepenuhnya membuatku menjadi pendosa besar yang tak terampuni.

Banyak darah, tangisan dan keringat yang ku korbankan, bahkan aku mengkhianati keluarga yang menyayangiku sepenuh hati. Kini hanya rasa bersalah dan menyesal menyelimuti, air mata yang ku keluarkan untuk memohon pengampunan dan belas kasihnya bahkan telah mengering.

Aku menatap sekelilingku masih dengan posisi berlutut dengan kedua tangan yang terikat di belakang punggungku. Di dalam aula utama kerajaan Zhang yang besar dan luas, ada banyak mayat yang berserakan. Darah menggenang di atas permukaan lantai, bau anyir menyerbak tatkala angin bertiup kencang.

Pandanganku berhenti pada sosok pria paruh baya yang menjemput ajalnya dengan sangat mengerikan, dan semua yang ia alami beserta para prajurit yang berakhir sama dengan pria paruh baya itu semua karena aku.

"Tak perlu bersedih, sebentar lagi kau akan menyusul mereka semua"

Aku menoleh menatap pria yang dulu ku puja dengan tatapan tajam, pria itu berdiri dengan angkuhnya di hadapanku tak lupa dengan senyum mengejek yang ia berikan.

"Bagaimana rasanya menjadi penyebab kematian mereka?" Tanyanya mulai berjongkok dan mengcengkram rahangku kuat.

Rasa sakit dan ngilu yang kurasakan dari cengkramannya membuatku harus menggigit lihat. Aku tak ingin mengeluarkan rintihan, sebab aku tak membuat iblis di depanku merasa lebih senang.

"Zhang Mu Lan, lihatlah karena kebodohanmu, kau membawa petaka untuk semua orang" katanya "Kau adalah bencana, karena itu aku akan membunuhmu secara pribadi. Anggap saja sebagai tanda terima kasihku, karena karnamu aku berhasil mencapai ambisiku" tambahnya.

"A-aku tidak sudi di bunuh dengan pria menjijikan sepertimu" balasku yang langsung mendapat cengkraman lebih kuat dari sebelumnya dirahangku.

"Berani - beraninya kau...!"

Krek!

Rasa sakit dan ngilu yang kurasakan semakin bertambah, suara retakan akibat cengkramannya berhasil membuatku memejamkan mata seraya menghalau air mataku yang ingin jatuh karena rasa sakit yang lebih intens kurasakan.

"****** sepertimu tidak perlu dikasihani" katanya melempar kepalaku kuat hingga tubuhku jatuh dan membentur lantai cukup keras.

Aku merasakan sesuatu yang basah di kepalaku, tak perlu menjadi sangat pintar untuk menebak jika saat ini kepalaku berhasil mendapat luka hingga kepalaku mengeluarkan darah. Aku tidak sedih, aku bahkan tak merasakan sakit. Aku seakan - akan mati rasa dari semua serangan fisik yang ia berikan dengan kejam. Tubuh mungilku seakan telah kebal dengan semua luka - luka yang ia berikan hingga seluruh tubuhku penuh luka sayat, luka menganga ataupun memar.

Jika hidupku akan berakhir seperti ini, aku akan menerimanya. Bagaimanapun semua ini karena kesalahanku. Hanya saja aku sangat sedih, bersalah dan menyesal telah mengorbankan kebahagiaan dan kehidupan orang lain demi pria yang dengan angkuh dan sombongnya berdiri di hadapanku dengan salah satu tangan memegang pedang dan terayun keatas. Saat pedang itu mulai terayun dan hendak menebasku, aku memejam mataku rapat - rapat.

Di akhir hidupku menjemput kematian, aku memohon jika saja waktu bisa berputar, aku berjanji tak akan mengulang kesalahan yang sama. Jika langit mengizinkan, aku ingin menebus dosa yang telah ia perbuat sekalipun jika harus melawan garis takdir sekalipun. Jika aku boleh meminta untuk terakhir kalinya, aku berharap semua yang aku alami hanyalah sebuah mimpi buruk.

Crass!

"Ahhhkkk!"

Aku beranjak bangun dan mendudukan diriku di atas peraduan dengan deru nafas yang tak beraturan, bulir - bulir keringat pun masih nampak membasahi seluruh tubuhku yang di balut dengan jubah tidur berwarna merah muda.

Aku menatap sekelilingku, hingga tiba - tiba saja pintu diruangan tersebut terbuka dan menampakan pria paruh baya berusia 42 tahun yang terakhir kali kuliat merenggang nyawa karenaku, kini melangkah menghampiriku disusul dengan wanita cantik berusia 38 tahun serta pemuda berusia 20 tahun melangkah di belakangnya.

"Apakah ini adalah mimpi?" gumamku saat melihat ketiga keluargaku sudah berada di hadapanku.

Wanita cantik berusia 38 tahun yang merupakan ibundaku lantas mendudukan dirinya di pinggir peraduan, kedua tangannya langsung meraih kedua tanganku dan menggenggamnya kuat dan penuh kehangatan.

Aku merasakan kulit halus dan rasa hangat yang ibundaku hantarkan, perasaan hangat itu lantas berhasil membuatku menitihkan air mata karena rasa bersalah. Entah apa yang kurasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi atau kenyataan, aku hanya berharap bisa bersama mereka dalam waktu yang sangat lama.

"Lan'er ibunda disini, tak usah menangis. Kami disini" kata Ibundanya merangkulnya dalam pelukan penuh cinta dan kehangatan yang semakin membuat tangisku pecah.

"Maafkan aku, maafkan aku" pintaku penuh penyesalan.

Bayangan kematian ibunda, ayahanda dan gegenya terus terbayang. Perasaan bersalah dan penyesalan yang menghimpit dadanya membuatnya sesak. Permohonan maaf yang terus kulontarkan bahkan tak mampu menghilangkan rasa sesak yang kurasakan.

Pelukan yang kurasakan kini terurai, wanita cantik itu lantas memegang kedua bahuku dengan raut wajah penuh kebingungan "Lan'er mengapa kau terus meminta maaf, apa yang terjadi?" tanya ibundaku cemas.

"A-aku bersalah, aku bersalah. Maafkan aku, maafkan aku. Karena kesalahanku aku membuat kalian semua mati" katakuku terisak

"Apa yang kau katakan, mei mei? Berhenti mengatakan omong kosong, kami semua masih hidup" balas gege-ku yang berhasil membuat tangisku terhenti

"Apa yang gege katakan?" tanyaku bingung

"Kami masih hidup mei mei. Jika kami sudah mati, kami tak akan berdiri dihadapanmu saat ini" balasnya

"Lan'er.. mungkin tadi kau sedang bermimpi buruk" kata ibundaku yang berhasil menarik kesadaranku penuh. Mimpi buruk?

"Berapa usiaku tahun ini?" tanyaku

"Saat ini kau masih berusia 14 tahun, mei mei" jawab gegeku

*14 tahun? Bagaimana itu bisa terjadi?

Mungkinkah aku kembali kemasa dua tahun sebelum kejadian itu, ataukah semua hal mengerikan yang ku alami hanyalah sebuah mimpi buruk*?

"Yang mulia, kurasa kita perlu memanggil dokter kerajaan" kata ibundaku yang menyentakku dari lamunan.

"Zhen rasa kau benar permaisuri, nampaknya kita perlu memanggil dokter kerajaan. Sebab setelah putri kecil kita tergelincir dan jatuh di danau dua hari yang lalu, tampaknya ada yang salah dengannya" balas Ayahandanya

Tergelincir? Jatuh di danau? tunggu. Sebenarnya apa yang telah terjadi saat ini?

.

.

.

.

.

**TBC

Selasa, 7 April 2020**

Bab 2

Selepas kepergian Ayahanda, Ibunda dan Gegeku, aku lantas beranjak menuju sebuah cermin besar yang ada di pojok kamarku. Kulihat penampilanku disana, kulit pucat, hidung mungil, bibir tipis serta pipi bulat nampak dari pantulan cermin.

Aku ingat bahwa penampilanku saat ini memang sepertilah diriku saat berusia 14 tahun. Satu tahun kedepan penampilanku akan kembali berubah dengan kedua pipi yang menjadi sedikit tirus dan tinggi badanku semakin bertambah.

Saat usiaku menginjak 16 tahun, saat itulah aku mulai memperjuankan perasaanku pada jendral muda Wu Cheng. Aku terus berusaha hingga jendral muda Cheng melihatku, aku terus bekerja keras bahkan mengubah penampilanku sesuai saran nona muda Ma Mei Rong dengan memakai riasan tebal dan pakaian dengan warna yang mencolok agar dapat mencuri perhatian jendral muda dan banyak orang.

Tentu saja hal itu berhasil, ia berhasil membuat jendral muda meliriknya juga banyak pasang mata banyak orang yang menatapnya. Tapi tatapan yang mereka berikan bukanlah tatapan kagum, melainkan tatapan mencela.

Dulu aku ingat bahwa dengan saran Mei Rong membuatku nampak menjadi gadis yang menor dengan riasan yang tebal dengan pakaian dengan warna yang tidak sesuai sehingga membuat usiaku nampak lebih tua. Semua saran Mei Rong menjadikanku sebagai lolucon masyarakat kerajaan Zhang dan hal ini tak akan pernah kulupakan terlebih gadis berparas cantik dan lemah lembut sepertinya adalah musuh yang berada di balik layar yang mendukung segala ambisi, rencana dan skema jendral muda dalam merebut takhta dan segala milikku.

Aku tak tahu jika hal yang mengerikan yang ku alami hanyalah sebuah mimpi atau saat ini aku kembali ke masa lalu dimana dua tahun sebelum kejadian itu. Walaupun saat ini aku tidak tahu pasti, tapi yang perlu kulakukan adalah menyusun rencana, menebus kesalahan dan dosa yang ku perbuat, memanfaatkan kesempatan dan keberuntunganku sekarang agar kelak tak terjadi hal mengerikan yang serupa.

Sebelum menyusun rencana dan skema untuk menghadapi musuhku yang sesungguhnya, aku harus terlebih dahulu mencari tahu penyebab aku tergelincir dan jatuh di danau. Sebab dalam ingatanku sebelumnya, aku tidak pernah mengalami hal tersebut. Walaupun aku cukup bodoh dan naif, tapi aku tahu jika aku bukanlah orang yang seceroboh itu melukai diriku sendiri. Jika pradugaku benar, seseorang mungkin tengah berusaha mencelakaiku.

Berpikir seperti itu, nampaknya aku harus segera mencari tahu. Bagaimana pun hidupku kini tengah terancam, aku jelas butuh pelindung disaat Ayahanda dan Gege sibuk mengurus pemerintahan dan peradilan. Mungkin aku harus segera meminta seorang pengawal yang bakat dan kemampuan bela diri yang tinggi. Jika tidak salah, seingatku ada seseorang yang memiliki bakat dan kemampuan bela diri diatas rata - rata. Kemampuannya menyamai seorang jendral, namun orang tersebut tidak pernah mendaftarkan dirinya dalam perekrutan prajurit kerajaan hanya karena ia adalah seorang yatim piatu, kemampuan dan bakatnya selalu akan kalah dengan pemuda beruang yang mampu menyuap juri dan penilai dalam perekrutan. Jika aku tidak salah, nama pemuda itu adalah Bo Qing ia selalu bekerja menjadi buruh kasar dan buruh angkut.

'Aku harus segera menemukan pemuda berbakat itu segera sebelum ia di ambil oleh orang lain' pikirku

"Tapi bagaimana aku keluar dari istana sendirian tanpa pengawal ataupun rombongan kasim dan dayang?" gumamku berpikir

"Ah.. Aku akan meminta gege saja untuk menemaniku" kataku saat menemukan solusi dari keresahanku.

.

.

.

Suara kebisingan dari keramaian pusat ibukota kerajaan Zhang menyapa indra pendengaranku. Sore ini aku berhasil keluar istana dan semua itu berkat saudaraku, putra mahkota Zhang Yong Liang.

Setelah memakan waktu yang cukup lama untuk membujuknya, akhirnya gegeku pun mengiyakan permintaanku setelah aku menjelaskan alasan dan tujuanku keluar istana. Seandainya aku tahu jika ia akan sangat setuju dengan keinginanku yang ingin mencari pengawal pribadi dengan alasan keamanan, aku tidak perlu membuang tenagaku cukup lama dalam membujuknya.

Ku pikir hanya aku yang berpikiran jika ada seseorang yang berniat mencelakaiku saat ku katakan kekhawatiranku akan keselamatanku terakhir kali. Aku tergelincir dan jatuh di danau merupakan sebuah kecelakaan yang bisa saja merenggut nyawaku, beruntungnya saat itu gegeku tengah berjalan - jalan di halaman belakang istana tepat saat aku jatuh. Sayangnya saat ia menolongku, ia tak menemukan siapapun. Begitupun dengan aku yang tak mengingat siapapun saat kejadian itu.

"Mei mei" panggil putra mahkota Liang

"Ada apa gege?" tanyaku pada putra mahkota Liang yang kini menginjak usia 20 tahun.

Karena saat ini kami keluar dari istana dengan sembunyi - sembunyi, kami pun melakukan penyamaran extra agar tak ada yang mengenal identitas kami selama berkeliaran tanpa penjagaan dan perlindungan.

Kami tahu apa yang kami lakukan adalah hal yang sangat beresiko, maka dari itu aku dan putra mahkota Liang melakukan penyamaran yang sangat besar agar identitas kami tetap aman begitupun dengan keselamatan kami.

Saat ini gegeku tengah mengenakan pakaian layaknya seorang pemuda bangsawan dengan warna gelap, warna biru gelap adalah pilihannya. Selain mengenakan pakaian gelap, putra mahkota Liang juga mengenakan tudung kepala dengan kain satin berwarna senada dengan pakaiannya menjuntai hingga pundaknya sehingga menyamarkan wajah tampan dan menawannya. Sedangkan aku mengenakan pakaian cerah, hanfu putih yang terbuat dari sutra terbaik adalah pilihanku, dan untuk menyembunyikan wajahku, aku mengenakan tudung kepala yang terbuat dari jerami dengan kain satin berwarna senada dengan pakaianku menjuntai hingga pinggangku. Kain satin berwarna putih yang menjuntai turun dari tudung kepala yang ku kenakan nyaris hampir menutupi keseluruhan tubuhku yang mungil.

"Mengapa kita harus keluar dari istana hanya untuk mencari seorang pengawal pribadi untukmu? Sedangkan kamu seharusnya tidak perlu repot seperti ini karena di istana ada banyak prajurit kerajaan Zhang, kau hanya tinggal memilih satu atau lebih dari mereka" tanya putra mahkota Liang.

"Tidak semuanya dari mereka memiliki bakat dan kemampuan bela diri di atas rata - rata, sebagian dari mereka hanyalah sekumpulan prajurit dengan kemampuan biasa. Keberadaan mereka diantara prajurit yang memiliki bakat dan kemampuan bela diri yang secara alami mereka miliki hanya karena mereka beruntung. Mereka beruntung karena berhasil menyuap orang dalam, bukan karena kemampuan mereka" jawabku yang lantas membuat putra mahkota Liang cukup terkejut dengan jawabanku yang luas dan mendalam.

"Dari mana kau belajar hal - hal yang mendalam seperti ini, juga bagaimana kau tahu jika sebagian prajurit hanya memiliki kemampuan biasa saja bahkan setelah di latih banyak kali sekalipun?" tanya putra mahkota Liang

Aku lantas menggigit bibir bawahku, aku lupa jika saat usiaku 14 tahun, aku di kenal sebagai putri yang bodoh dan naif. Tentu saja putra mahkota Liang begitu terkejut. Sebab pengetahuan luas dan mendalam yang ku miliki saat ini adalah hasil dari tekad dan keinginanku merebut perhatian jendral muda Wu Cheng dua tahu yang lalu.

"Aku hanya menebaknya secara asal" jawabku yang nampak membuat putra mahkota Liang nampak meragu.

.

.

.

.

.

**TBC

Rabu, 8 April 2020**

Bab 3

Sepanjang sore aku terus mengamati orang - orang yang berlalu lalang di jalan raya ibukota. Sedari tadi pandanganku tidak lepas melihat penampilan dan wajah mereka di balik kain satin putih yang menjuntai di tudung kepalaku.

Seingatku, pemuda bernama Bo Qing akan melalui tempat ini ketika ia pulang bekerja sebagai buruh angkat. Namun hari bahkan sebentar lagi menyambut malam, tapi sosok pemuda yang kucari tak kunjung menampakan batang hidung.

"Mei mei, kita harus pulang sekarang" kata putra mahkota Liang memperingatiku

Aku menghela nafas berat, sebelum keluar dari istana, aku sudah berjanji jika tak akan keluar hingga malam. Dalam hatiku aku merasa kecewa, sebab tak menemukan calon kandidat pengawal pribadiku hari ini. Dengan cemberut aku lantas beranjak bangun dari tempat dudukku disusul dengan putra mahkota Liang, dengan langkah berat aku meninggalkan kedai makanan yang berada di pinggir jalan raya ibukota.

Mungkin aku akan menemukannya di lain waktu

Aku terus menyemangati diriku dengan berkata demikian, aku terus menggumamkan kalimat itu dalam hati agar rasa kecewaku segera lenyap. Aku harusnya tahu, jika Bo Qing adalah sosok pemuda yang sulit. Mungkin aku harus berusaha lebih keras lagi, sebab untuk mendapatkan sesuatu yang hebat, butuh usaha, kerja keras dan ketulusan.

"Tidak usah bersedih, kita bisa mencarinya lagi besok" kata putra mahkota Liang menyemangatiku.

"Apa yang gege katakan memang benar" balasku tak lupa memberinya sebuah senyum

"Sebenarnya, aku sangat penasaran dengan sosok pemuda yang akan kau jadikan pengawal pribadimu. Apakah ia sebegitu hebatnya hingga kau memilih turun tangan dan mencarinya sendiri?" tanya putra mahkota Liang

"Keahliannya setara dengan seorang jendral, ia juga seumuran dengan gege" jawabku

"Tunggu" tahan putra mahkota Liang menghentikan langkahku dengan mencekal lenganku dan memaksaku untuk berbalik menghadapnya.

"Bagaimana kau tahu banyak tentangnya?" tanya putra mahkota Liang dengan nada curiga.

"Aku pernah melihatnya ikut seleksi dalam perekrutan prajurit kerajaan tahun lalu" jawabku

Tentu saja aku tidak berbohong, aku pernah melihatnya saat usiaku 13 tahun. Saat itu ia mengikuti perekrutan prajurit kerajaan Zhang, namun harus gugur di karenakan orang dalam yang telah di suap oleh seseorang hingga ia berakhir gagal. Setelah itu, aku kembali bertemu dengannya saat usiaku 15 tahun ia berhasil menjadi seorang prajurit dan mengikuti jendral muda Wu Cheng. Namun diusiaku yang ke 16 tahun, pada akhirnya ia berakhir seperti diriku, Bo Qing pun berakhir tragis sepertiku saat pemuda itu menyelamatkan Ayahanda kaisar. Pemuda itu kehilangan kehormatan dan kepercayaannya, saat orang yang ia percaya berakhir menusuknya dari belakang setelah banyaknya waktu yang ia habiskan dalam pengabdiannya.

"Apakah keahliannya mengalahkanku?" tanya putra mahkota Liang

"Tentu saja kemampuan gege masih berada di tingkatan atas di banding kemampuannya, maka dari itu aku akan meminta gege meluangkan waktu untuk melatihnya sama seperti prajurit Shi Rong" jawabku yang membuat putra mahkota Liang terkejut

"Dimana kau tahu aku memiliki pasukan prajurit khusus?" tanya putra mahkota Liang berbisik

Aku tersenyum dan menjawab "Rahasia"

.

.

.

Kami berdua tiba di istana kerajaan Zhang sebelum matahari terbenam. Saat ini kami melewati jalan rahasia yang selalu di lalui putra mahkota Liang ketika ia keluar istana sembunyi - sembunyi tanpa sepengetahuan Ayahanda kaisar dan Ibunda permaisuri.

Tujuan kami saat ini adalah pavilium Shan yang berada di istana dalam bagian barat, pavilium Shan merupakan kediamanku. Sehubung karena aku baru saja bangun, putra mahkota Liang lebih memilih mengantarku lebih dulu sebelum ia menyusup kediamannya yang berada di istana dalam bagian timur.

Kami berhasil memasuki halaman pavilium Shan setelah berhasil melewati penjaga gerbang dengan muda. Kami berdua lantas melangkah dengan santai saat suasana pavilium nampak sangat sepi dari biasanya, tanpa meningkatkan kewaspadaan dan kecurigaan kami dengan santainya berjalan hingga suara dingin dari Ayahanda kaisar lantas membuat tubuh kami menegang.

"Dari mana saja kalian?"

Pertanyaan kaisar Zhang Wei yang terdengar seperti sebuah pernyataan itu berhasil membuat kami membatu. Nada suara dan raut wajahnya yang menyeras cukup membuat kami paham jika saat ini Ayahanda kaisar dalam suasana hati yang buruk, dan suasana hatinya yang buruk itu jelas karena perbuatan kami sendiri.

"Ayahanda, anda jangan marah, juga jangan menghukum gege. Akulah yang bersalah, aku yang meminta gege menemaniku keluar istana karena aku merasa bosan" kata dengan kepala tertunduk dalam.

Sebelum masuk istana, kami mengganti pakaian di sebuah gua yang berhubungan langsung dengan lubang yang berada di halaman belakang kerajaan Zhang. Karena hal itulah yang membuat kami berhasil masuk kehalaman pavilium Shan dengan mudah karena kami memakai baju kebesaran kami sebagai putri dan putra mahkota kerajaan.

Mungkin para penjaga, dayang, kasim dan pelayan dapat kami kelabuhi. Namun tidak dengan Ayahanda kaisar yang memiliki banyak koneksi dan orang - orang kepercayaannya yang selalu mengikuti mereka dalam kegelapan. Sangat mudah baginya mengetahui segala hal yang kami lakukan, dan salah satunya adalah keluar dari istana tanpa izin ataupun pengawal. Pada akhirnya mereka pun tertangkap.

"Ayahanda tidak peduli, Yue'er berhenti membela dan melindungi gegemu, begitupun denganmu Liang'er, berhentilah untuk melindungi mei meimu" tegas kaisar Wei "Kalian berdua bersalah, dan Ayahanda tidak akan memberi kalian keringanan. Ayahanda akan menghukum kalian menyalin buku peraturan kerajaan, kalian harus menulisnya dengan tulisan tangan, bukan dengan membawanya kepercetakan (meminta seorang pekerja di percetakan atau penjual kertas untuk menuliskan) serta kalian tidak di izinkan keluar dari kediaman kalian selama 3 hari" tambah kaisar Wei

"Tapi ayahanda --

"Tidak ada kata tapi, jika kalian mengeluh, ayahanda akan menambah hukuman kalian" potong kaisar Wei tegas.

Aku lantas cemberut mendengar titah Ayahanda, sedangkan putra mahkota Liang hanya mampu mendesah dan pasrah menerima hukuman. Seharusnya kami patut bersyukur karena hukuman yang kami terima cukup ringan, padahal jika mengingat kesalahan kami yang sangat besar dan fatal karena menyangkut nyawa kami yang merupakan penerus kerajaan Zhang. Selain itu kami melanggar aturan dan memberi contoh yang buruk pada penghuni kerajaan lainnya. Tentu saja kami menyesal akan perbuatan kami, sayangnya penyesalan itu datang begitu terlambat ketika Ayahanda kaisar Wei terus mencerca dan memarahi mereka tanpa ampun.

Jujur saja, aku jelas merasa bersalah telah menyeret putra mahkota Liang dalam masalah ini. Sejak awal gegeku itu melarangku mengingat kondisiku yang belum sepenuhnya pulih, juga karena keinginanku yang sangat beresiko.

Air mataku mengalir, perasaan bersalah yang kurasakan membuat kenangan mengerikan yang pernah ku alami di masa mendatang terus terbanyang dan berputar - putar hingga membuatku mulai merasakan penyesalan, sakit dan juga sesak.

Aku adalah bencana, aku adalah orang yang selalu membawa orang lain dalam jeratan kesusahan. Seperti hari ini, akulah yang menyeret saudaraku sendiri dalam masalah. Walaupun tak sebesar masalah yang ku ciptakan dalam ingatanku mengenai kejadian yang akan kami alami 2 tahun yang lalu, namun masalah ini berhasil membuatku berpikir bahwa apakah aku mampu mengubah garis takdir, apakah aku mampu menebus kesalahan dan dosaku pada semua orang? Sekarang saja, belum terhitung sehari kesempatan yang diberikan oleh langit padaku, tapi aku sudah menjerumuskan putra mahkota Liang dalam keegoisan dan kekeras kepalaanku.

"Gege maafkan aku, hiks.."

.

.

.

.

.

**TBC

Sabtu, 11 April 2020**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!