Hari berlalu begitu cepat, tak terasa pagi telah menyapa. Aku yang masih bergelung dengan selimut tebalku lantas terusik dengan tepukan pelan dilenganku yang berhasil membuatku menggerutu karna kesal dengan seseorang yang mengganggu tidurku.
"Berhenti mengganggu tidurku!" gerutuku kesal
"Tks, jika aku tak membangunkanmu, Ayahanda akan menambah hukuman kita!" kata putra mahkota Liang yang merupakan dalang dari gangguan yang mengusik tidurku.
Aku yang masih setengah sadar di atas peraduan seketika beranjak bangun dan mendudukan diriku saat kata 'Ayahanda' dan 'Hukuman' menarik kesadaranku secara paksa. Dengan kesadaran yang belum pulih sepenuhnya, aku pun menoleh kakan dan kiri memastikan jika saat ini benar - benar sudah pagi. Setelah memastikan keadaan, aku lantas menoleh dan menatap saudaraku yang masih nampak mengantuk.
"Liang Gege (saudara laki laki Liang) apa yang kau lakukan disini?" tanyaku
"Apakah kau lupa? Ayahanda memberi kita hukuman menyalin buku peraturan kerajaan" tanyanya yang ku balas gelengan.
"Aku tidak lupa, Ayahanda memberi kita hukuman menyalin buku peraturan kerajaan dengan tulisan tangan juga... -- mataku terbelalak saat menyadari satu hal -- gawat! Liang Gege ayo segera keruangan kerja Ayahanda sekarang" kataku cemas.
Aku turun dari peraduan, menarik Putra mahkota Liang paksa dan menyeretnya hingga halaman pavilium Shan milikku. Pemuda berusia 20 tahun itu sejak tadi berusaha menahanku, dan usahanya membuahkan hasil saat aku terpental kearahnya dan menubruk tubuhnya.
"Liang Gege apa yang kau lakukan, ayo segera pergi, Ayahanda akan menambah hukuman kita nanti!" kataku memperingati.
"Aku tahu kau takut mendapat hukuman tambahan, namun setidaknya lihat penampilanmu sekarang!" tegas putra mahkota Liang yang membuatku mengernyit namun tetap menuruti perintahnya.
Aku pun menunduk memperhatikan penampilanku, seketika kedua mataku melebar terkejut dan tanpa sadar aku memekik melihat penampilanku yang kini menjadi pusat perhatian para penghuni istana bagian barat di kediamanku.
"KYAAKKKK..!! MENGAPA GEGE TIDAK MEMBERI TAHUKU SEBELUMNYA!!!" teriakku lantas lari menuju kembali ke pavilium Shan meninggalkan putra mahkota Liang di halaman kediamanku sendirian.
"Mengapa aku yang kau salahkan, bukankah kau yang lebih dulu menarikku tanpa mengganti pakainan mu terlebih dahulu?" gumam putra mahkota Liang yang kini menggeleng dan tidak habis pikir dengan jalan pikiran adiknya.
.
.
.
Aku menatap kesal putra mahkota Liang yang sedari tadi berkutat menyalin buku peraturan kerajaan, saat ini kami telah berada di istana Han, tepatnya diruangan kerja Ayahanda kaisar Wei seraya menjalani hukuman.
Kami tau jika kami salah, bagaimanapun tindakan kami sangat gegabah dan ceroboh. Walaupun aku tahu jika putra mahkota Liang tidak akan mungkin keluar istana menemaniku sendirian, sebab aku tahu jika prajurit Shi Rong-nya juga turut mengikuti kami dalam kegelapan, dalam keramaian banyak orang dan yang paling penting dari itu semua, mereka tersebar.
Sayangnya Ayahanda kaisar tidak tahu hal itu. Semua prajurit Shi Rong merupakan prajurit khusus milik putra mahkota Liang, mereka semua direkrut dan di latih langsung olehnya. Terlebih lagi perekrutan prajurit khusus dan pribadi untuknya tanpa sepengetahuan Ayahanda kaisar. Jika aku mengingat kenangan kelam yang akan terjadi di masa mendatang, alasan putra mahkota Liang merekrut dan memiliki prajurit yang sangat setia di pihaknya dari pada memapah dan melatih prajurit kerajaan Zhang, itu dikarenakan sejak awal putra mahkota Liang telah mengetahui jika prajurit kerajaan Zhang memiliki penyusup dan juga pengkhianat.
Oleh karena itu putra mahkota Liang telah melakukan persiapan yang matang, namun karena aku adalah kelemahan kerajaan Zhang, ia lebih memilih mengalah yang berujung pada kematiannya. Mengetahui akhir putra mahkota Liang adalah karena semua adalah kesalahanku, rasa besalah, sakit dan sesak seketika berhasil membuat penglihatanku mengabur karna air mataku mulai mengenang di pelupuk.
Aku mendongak menatap langit - langit ruangan kerja Ayahanda kaisar seraya mengerjap - ngerjap guna menghalau air mataku yang ingin tumpah.
Ternyata kelakuanku saat ini tengah di amati oleh putra mahkota Liang melalui ekor matanya, pemuda tampan di usia 20 tahun itu lantas berhenti menyalin buku peraturan kerajaan dan mendesah kasar.
"Mei mei.. apa yang kau lakukan? Cepat lanjutkan tulisanmu, jangan bermalas - malasan. Semakin lama kamu menunda dan mengerjakan hukumanmu, maka semakin lama pula aku bisa keluar dari jeratan hukuman dan mencari pemuda yang ingin kau jadikan pengawalmu" perintah putra mahkota Liang yang berhasil membuatku lantas segera menunduk dan melanjutkan tulisanku.
"Aku hanya beristirahat sebentar, lagian mataku ke masukan debu" kilahku di tengah - tengah menyalinku
"Terserah apa yang mau kamu katakan, aku hanya mengingatkan. Menyalin buku peraturan kerajaan akan memakan waktu yang lama. Kita menyalin bukan hanya puluhan lembar, tapi ratusan. Kau yakin bisa menyelesaikan ratusan lembar itu dalam sehari? penyalin saja (seseorang yang bekerja di percetakan/ penjual kertas yang menjual jasanya dalam percetakan, menulis atau meniru tulisan seseorang) membutuhkan waktu seminggu dalam mengerjakannya, itupun dalam satu buku butuh 3 orang penyalin," jeda putra mahkota Liang "kita hanya berdua mei mei, sedangkan kita masing - masing di haruskan menyalin dua buku. Satu minggu tidaklah cukup menyalin semua ini, kita perlu waktu 3 minggu atau mungkin 1 bulan" tambah putra mahkota Liang menasehati.
"Jika waktumu tersita dalam mengerjakan hukuman ini selama itu, kapan kau akan mencari pemuda itu? Apakah kau akan mencarinya ketika pemuda yang akan kau jadikan pengawal pribadimu itu di ambil oleh orang lain?" tanyanya yang seketika membuatku sadar.
Bo Qing adalah pemuda berbakat, ada banyak orang yang ingin mengambilnya menjadi bawahan. Walaupun aku tahu jika Bo Qing adalah pemuda yang sulit di jinakan, tapi ada satu masa di mana harga dirinya yang ia junjung tinggi akan merosot ketika ia dalam masa kesulitan menghadapi perekonomian dan kebutuhannya. Bisa saja suatu hari nanti ia akan tergoda dengan tawaran besar dari seseorang yang akan menjamin kehidupannya. Walaupun aku terlahir dengan keberuntungan, kekuasaan, takhta, dan kekayaan, bagi Bo Qing yang menjunjung prinsip setia, jika ia telah memilih bertahan pada orang yang mengambilnya lebih dulu, maka semua yang aku miliki tidak akan ada apa - apanya di matanya.
'Huwaaa.. aku tak boleh kehilangan bakat sepertinya' raungku dalam hati.
Tanpa menunda waktu lebih lama, aku mulai serius berkutat dengan menyalin buku peraturan kerajaan, mungkin karena terlalu fokus dan memaksakan diri agar setidaknya setiap lembar yang ku saling berkurang sedikit demi sedikit, aku tak menyadari jika hari mulai gelap, para pelayan dan dayang mulai menyalakan penerang diruangan kerja Ayahanda.
Segala teguran putra mahkota Liang untuk menyuruhku untuk beristirahat sejenak kuanggap angin lalu, singga seketika aku merasakan kakiku kesemutan dan membuat tulisanku menghasilkan goresan besar di halaman yang baru saja kusalin. Melihat hal itu lantas berhasil membuatku terbelalak, rasa sakit yang kurasakan dari kedua kakiku seakan - akan tak mampu mengembalikan nyawaku yang seketika melayang melihat hasil jerih payahku berakhir sia - sia hanya karena sebuah coreta besar yang menodai tulisanku.
"Sudahku katakan, beristirahat itu perlu. Jangan memaksakan diri. Lihatlah, karena kecerobohanmu, kau harus mengulang dari awal lagi" kata putra mahkota Liang yang berhasil membuatku meraung
"Huwaaa... aku tak ingin mengulang!"
.
.
.
.
.
**TBC
Kamis, 16 April 2020**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dee Na
robek saja selembar, yg rapi biar ga ketahuan Kaisar😁😁
2021-09-16
5
Anonymous
Hadir🖐️Semangat😁
Mari saling dukung❤️ Baca cerita gw yah
Bisa cari dikolom pencarian👉Terperangkap Cinta
2021-08-15
1
Baiq Nurul Qomariyah
ceroboh sdah tau suka ceroboh masih juga paksain diri nulis tanpa istirahat ,akhirnya ngulang dari awal lagi 😏
2021-08-04
1