H 4 P P Y R 3 4 D I N G 🤗
Pagi hari seperti biasa, Cinta bangun awal untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Cinta akan bergegas bersiap diri ke sekolah jika semuanya telah selesei.
Diruang makan sudah ada Papa, Mama dan Laura.
"Pagi, Pa... Ma... Dek...." Sapa Cinta tiba dimeja makan.
"Pagi juga Kak," jawab Laura.
Papa dan Mama hanya diam saat disapa Cinta, tapi itu tidak membuat cinta bosan untuk selalu menyapa orang tuanya.
"Yuk Kak sarapan...." Ajak Laura pada Cinta.
🌺🌿🌺
Didalam mobil. Cinta hanya berdiam diri, sambil mengingat perkataan Mama saat sarapan tadi.
"Kamu!" Tunjuk Mama pada Cinta
"Aku Ma?" Tunjuk Cinta pada dirinya sendiri yang binggung.
"Iyah. Siapa lagi kalau bukan kamu?" Kesal Lestari pada Cinta.
"Kenapa dengan aku Ma?" tanya Cinta yang binggung.
"Dengar ucapan Mama! mulai hari ini dan seterusnya kamu dilarang makan bersama Papa, Mama, dan Laura dimeja makan ini." Jelasnya menatap Cinta tanpa mau ditolak.
"Tapi Ma kenapa...? Apa alasannya...?" Tanya Cinta binggung dengan setiap kata yang diucapkan Ibunya.
*Sakit mendengar perkataan Mama. Cinta tak menyangka kata-kata tajam bisa keluar dari bibir Mamanya.
Jika selama ini Mamanya diam tak peduli dan malas tahu, kali ini berbeda Mamanya mengeluarkan estimasi pusaka sekali berkata tak bisa berkutik.
"Mama gak perlu kasih alasan apa-apa. Kamu bisa menebaknya sendiri! " Balasnya tanpa ingin menjawab pertanyaan Cinta. "Oh iya... satu lagi... Mama hampir lupa. Mulai hari ini kamu makan di dapur." Sambungnya di akhir kata sebelum pergi meninggalkan Cinta.
Mendengar semua ucapan mama membuat hatiku terasa sakit, ingin rasanya aku bertanya. Apa salahku sampai Papa dan Mama tidak menyukaiku...? Apakah aku ini bukan anak kandungnya...? jika benar, kenapa kalian merawatku dengan memberi sejuta luka. Cinta hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri. Dia tak sanggup bertanya pada orang tuanya. Dia tak siap mendengar jawaban dari pertanyaan nya yang pasti lebih menyiksa kan.
Tanpa disadari tetesan kristal jatuh sempura dari mata Cinta. Dia tak menyangka sebenci itu Mama padanya.
"Apa aku anak yang tak diharapkan?" Tanya Cinta pelan pada dirinya sendiri, dengan air mata yang terus menetes.
"Tidak... Aku Gak boleh sedih seperti ini. Bukannya ini sudah menjadi makanan sehari-hariku dengan semua sikap Papa dan Mama!" Semangat Cinta menyemangati dirinya sendiri.
Pak supir terus mengamati Cinta. Sejak masuk mobil tadi. Dia kasihan melihat majikan-nya sedih. Dia mengetahui semua perlakuan buruk orang tuanya pada Cinta.
Pak supir kasihan melihat majikannya diperlakukan seperti anak tiri, tidak ada kelembutan dan kasih sayang orang tua membuat ia selalu tersiksa.
"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan Non
Itu tidak baik. Bapak yakin Non Cinta pasti kuat mengahadapinya." Kata Pak supir menyamangati Cinta.
Belasan tahun bekerja di keluarga Kusuma menjadi sopir pribadi Cinta, ia mengetahui luar dalam yang di alami Cinta.
"Iya Pak terima kasih, aku gak sedih kok, aku sudah terbiasa seperti ini, bukan nya bapak tahu malahan ini makanan sehari aku." Senyum Cinta paksa, hatinya sakit mengucapkan kata-kata yang tak sesuai dengan isi hatinya.
🌺🌿🌺
Di kelas XII MIPA 1. Duduklah Cinta seorang diri sambil menunggu teman-temannya.
"Hay Cin." Sapa Bunga dan Melati bersamaan.
"Hay juga Bunga..., Melati...." Sahut Cinta memandang kedua sahabatnya.
"Kalian berdua saja? Mana Inces? tumben gak bareng?" Tanya Cinta penasaran, biasanya mereka selalu bareng ke sekolah.
"Inces gak bareng kita. Semalam dia kasih kabar kalau dia diantarin abangnya." Jelas Melati.
"Makanya Cin punya Hp dong." Ucap Bunga.
"Ooooo...." Singkat Cinta.
Cinta paham ujung pembicaraan akan kesini, hingga akhirnya ia memilih tak banyak bicara dari pada sahabatnya curiga alasan sesungguhnya.
"What...? Oooo doang," kesal Bunga dengan jawaban Cinta yang santai.
Bunga dibuat kesal sama jawaban Cinta. Dia binggung kenapa setiap di tanya hp, Cinta tidak pernah menjawab.
"Yah... Terus harus harus bilang
apa?" Cinta pura-pura tidak tahu.
Dia paham temannya ingin mendengar alasannya, tapi Cinta tak bisa memberitahu biarkan masalahnya cukup ia sendiri yang tahu, tanpa ada orang luar yang tahu kehidupannya.
"Yah. Gak tahu juga, tapi... setidaknya responnya gak begitu juga kaeles." Kesal Bunga yang tahu Cinta sengaja tidak paham maksud mereka.
Diparkiran Sekolah SMA Garuda. Turunlah gadis manja dari mobil yang di sopirin abangnya bernama Radit.
"Terima Kasih Abang. Jangan lupa jemput aku tepat waktu, jangan telat." Memperingati Radit abangnya dengan tatapan tajam.
"Iyah bawel. Nanti Abang jemput." Jawab Radit pada adiknya yang super bawel.
"Yah...Yah...Yah... terserah Abang aja. Aku hanya ingetin jangan seperti yang dulu-dulu." Tegas Inces meninggalkan abangnya dan masuk kedalam.
"Gini amat punya adik, bawelnya sebelas-duabelas sama Mama." Monolog Radit pada dirnya sendiri geleng-geleng.
Di SMA Merdeka. Semua kaum hawa selalu histeri jika Most Wanted lewat. Siapa lagi kalau bukan Iqbal dan teman-temannya.
"Mana Radit? tumben jam segini belum datang?" Tanya Dimas pada teman-temannya.
"Dalam perjalanan kali." Jawab Rafa asal.
Tiba di parkiran sekolah, Rafa bergegas ke kelas dengan gaya cool nya tanpa melihat jam ditangannya.
"Hay bro... Pagi amat datangnya?" Tanya Radit melihat teman-temannya sudah berkumpul.
"Tuh mata kagak bisa lihat jam!" Lirik Dimas pada jam dinding.
"Bisalah. Makanya aku tanya pagi amat datangnya." Balas Radit lagi.
"Tau aaa... malas jawabnya" Kesal Dimas dengan Radit.
Disisi lain kelas Cinta.
"Hay semua... Inces cantik datang." Teriak Inces mengelenggar seperti toa masjid.
"Berisik." Serentak Bunga dan melati.
"Kaliannya saja yang lebay, lihat tuh Cinta." Tunjuknya pada Cinta yang santai.
"Tau aaaa," Balas Bunga dan Melati serentak lagi.
Cinta yang paham dengan situasi ini pun bergerak. Dia tahu jika tidak dilerai omongan mereka akan panjang kemana-mana.
Saat ini Cinta lagi malas mendengar ocehan tak berfaedah dari sahabatnya. Semua hanya membuat ia tambah pusing dengan situasi sekarang. Sebelum ke sekolah mood nya sudah hilang, ia juga tidak ingin disini sama.
"Tumben Ces di antar Abang lho?" Basa-basi Cinta.
"Mobil di bengkel, Mau tidak mau harus diantar Abang." Jawab Inces melangkah kan kaki ke bangku duduknya.
"Kenapa bisa dibengkel?" Tanya Bunga penasaran.
"Ban mobil pecah." Singkat Inces menduduki bokongnya pada bangku.
Berbeda di ruang kelas XI.MIPA-2. Laura duduk berdiam diri sambil memikirkan kakaknya yang selalu mendapatkan perilaku buruk dari Papa dan Mama sejak kecil.
"Kenapa Papa dan Mama bersikap buruk pada kakak. Salah kakak apa harus menerima semua ini? Kakak orang yang baik, malahan sangat baik pada semua orang. Aku takut, suatu saat nanti Papa dan Mama akan menyesal dengan apa yang diperbuatkannya" Monolog Laura pada dirinya sendiri memandang luar lingkungan.
Bel sekolah telah berbunyi.
"Yes... akhirnya pulang juga." Senang Inces.
"Kenapa senang amat pengen pulang?" Tanya Bunga melihat ekspresi Inces.
"Emangnya kamu gak senang? Apa sudah mulai suka dengan pelajaran sejarah?" Tanya balik Inces pada Bunga.
"Enggaklah. Ngapain suka yang ada makin muak." Balas Bunga.
"Kalian gak mau pulang?" Tanya Cinta menyadari Bunga dan Inces yang masih berbincang.
"Gak usah ditanya Cin, biarin aja mereka disini, bila perlu nginap sekalian biar puas ngobrolnya." Sambung Melati yang kesal Sama Bunga dan Inces.
Diparkiran Laura sudah menunggu kakak dan sahabatnya. Berdiri membuat kakinya menjadi pegal hingga akhirnya ada tanda kemunculan mereka.
"Lama banget sih kak, ngapain aja di dalam?" Cemberut Laura memajukan bibirnya.
"Maaf dek. Tadi kakak ada kendala, jadi lama." Jawab Cinta lembut.
"Kendala apa, sampai lama?" Penasaran Laura dengan perkataan Cinta.
"Biasa Ra, Pelajaran sejarah yang menjadi topik kendala saat pulang sekolah." Jawab Melati yang menjawab bukan Cinta.
"Ooo Iyah pantas lama." Senyum Laura mengeleng kepala menatap kedua sahabatnya.
Dia paham, malah sangat paham kelakuan Bunga dan Melati, karena mereka sefrekuensi orang yang tidak suka pelajaran yang berbaur panjang penjelasannya.
"Yah sudah sekarang kita langsung balik yuk." Ajak Laura.
"Sabar dek." Tahan Cinta.
Ia memandang Inces yang masih setia berdiri menunggu abangnya yang belum tiba sampai sekarang.
"Ces. Abang kamu jemput jam berapa?" Tanya Cinta menatap Inces.
"Gak tau Cinta. Coba aku telpon dulu." Balas Inces.
Inces segera mengambil Hp yang diletakan di tas dan langsung mengubungi Abangnya. Panggilan pertama tak dijawab, panggilan kedua dan seterusnya juga sama. Dia menyerah mengubungi abangnya. Sepuluh kali panggilan hasilnya tetap sama.
"Dasar Abang gak ada akhlak." Maki Inces yakin Abangnya pasti lupa seperti dulu.
"Yah sudah Ces. Bareng aku aja pulangnya." Tawar Cinta yang sudah paham dengan kebiasaan Abang Inces yang selalu lupa.
"Gak repotin kamu Cin?" Tanyanya memastikan.
Inces gak enak jika harus merepotkan Cinta, tapi hati kecilnya sangat senang. Akhirnya dia bisa mengajak Cinta kerumah. Inces yakin orang tuanya pasti senang bisa bertemu Cinta lagi.
"Enggaklah. Kalau repot, ngapain aku tawarin diri." Balas Cinta.
"Iya juga yah," kata Inces membenarkan perkataan Cinta.
"Dek. Kakak antarin Inces dulu yah. Kamu hati-hati bawa mobilnya." Pesan Cinta pada Laura sebelum meninggalkan adik dan sahabatnya.
"Kalian juga." Tatap Cinta pada Bunga dan Melati.
𝐁𝐞𝐫𝐬𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...
_____________💞💞💞______________
Sahabat bukan berarti tahu semua kehidupan pribadi, Sahabat hanya teman berbagi cerita tidak lebih.
(✓By: Cinta Permata Kusuma.)
...Jangan lupa like, comment and vote....
...Masukin favorite yah, biar gak ketinggalan up terbaru nya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Tobeli Hiatus 💞
nangis aja gapapa. tapi besok jangan nangis yaa. sudah cukup kamu nangis hari ini kamu kuat sayang❤
2022-02-26
2
wwevideos collector
apa salah aku hingga di perlakukan begini? ada karna memilki ortu yg bodoh.😁
2022-02-26
1
Merry
Mampir tor mewek aku bacanya😭😭
2022-02-14
1