H 4 P P Y R 3 4 D I N G🤗
•
•
•
•
•
Satu tahun di kota B, tinggal di rumah kontrakan kecil serba kekurangan dengan berbagai kejadian yang dialami keluarga kecil Aditya. Mereka akhirnya di karuniai seorang bayi berjenis kelamin perempuan. Kelahiran anak keduanya membawa banyak perubahan drastis menurut Lestari, tapi tidak dengan Aditya yang masih berpikir jernih semua adalah takdir sang kuasa.
Kedatangan orang tua Aditya ke Kota B mengubah kehidupan serba kekurangan menjadi serba terpenuhi. Lestari terbiasa sejak kecil di penuhi kekayaan tanpa kekurangan. Sekali down akan menyalahkan orang atas sesuatu yang terjadi.
"Aditya." Panggil Papanya melihat sekeliling ruangan yang ditempati anaknya selama satu tahun ini.
"Iya Pa." Sahut Aditya
"Kenapa kamu dan Lestari tidak balik ke Kota A dengan semua yang menimpah kalian? apa kalian betah berada disini? lihat sekeliling ruangan ini, kecil dan kotor." Aditya memandang setiap sudut tanpa terkecuali. "Papa gak yakin kalian betah, dengan kehidupan mewah yang sudah melekat di diri kalian seperti lem, mana bisa kalian terbiasa dengan kehidupan terpuruk begini." Jelas Aditya menatap anak dan Mantunya berdiri mematung.
"Maaf Pa. Adit selama ini tidak bisa hubungi kalian karena handphone Adit hilang. Menghubungi dengan handphone orang lain itu lebih tidak mungkin, Adit tidak hafal kontaknya. Mau tidak mau, terima tidak terima kami harus hidup seperti ini. Papa benar kekayaan yang melekat pada diri susah beradaptasi dengan keadaan yang sekarang ini." Aditya membenarkan perkataan Papanya.
"Tidak apa-apa, semua sudah kehendak yang kuasa yang terpenting kalian baik baik saja. Lihat ini kedua cucu Mama sangat cantik." Senyum riang Sari mengambil bayi pertama berada di lantai yang aktif merangkak.
"Tapi Ma, Papa bel- " Ingin membantah ucapan sang istri perkataannya sudah di potong sebelum selesei.
Wahyu kesal lagi dan lagi Istrinya membela Aditya. Membantah rasanya tidak mungkin ia sangat menyayangi istrinya, apapun yang membuat Sari bahagia akan ia lakukan.
"Papa mau omong apalagi, tidak lihat Mama sedang apa? jangan coba merusak momen bahagia Mama yah." Ancam Sari cepat yang mengendong bayi pertama Aditya.
"Oiyah Papa gak lihat saking kesalnya sama anak ini." Pandang Wahyu melihat anaknya dengan tatapan kesal, tapi langsung berubah saat melihat cucu cantiknya.
Kecantikan bayi pertama Aditya seakan menghipnotis Wahyu yang sejak tadi mengoceh seketika diam.
"Yah sudah sekarang kalian kemasin barang kalian dan kita langsung berangkat ke Kota A tidak ada penolakan." Tegas Sari tanpa mau dibantah oleh anak dan Mantunya.
•
•
***
Tiba di Kota A, mereka langsung menuju kediaman tempat tinggal baru Aditya. Sebelum menyetujui Adit meminta satu permintaan
pada orang tuanya untuk tinggal terpisah, ia ingin hidup mandiri dan membangun keluarga kecilnya.
Awalnya Sari menolak harus berjauhan dengan kedua cucunya, dengan bujukan dan rayuan maut Adit akhirnya Sari mengiyakan permintaannya.
"Ini rumah yang akan kalian tepati, semoga kalian suka." Kata Sari pada Anak dan Mantunya.
"Iya Ma, kami suka kok, terima kasih ya Ma." Bahagia Lestari akhirnya bisa bebas dari keterpurukan serba kekurangan.
Senyum terpancar jelas di wajah Lestari, penderitaan selama satu tahun kini telah berakhir dan tak akan kembali. Lestari semakin yakin pada ramalan temannya.
"Iyah sayang. Tidak perlu terima kasih. Ini juga hak kalian karena Adit dan kamu, anak dan mantu Mama" Jawab Sari melihat keceriaan di wajah Lestari
"Iya Ma. Terima Kasih." Lestari menghambur ke dalam pelukan Sang mertua.
"Iya sayang. Dari tadi bicara Mama belum tahu nama cucu cantik Mama ini?" Sari Melirik Bayi pertama Aditya.
"Oiyah Ma. Kita sampai lupa," Bohong Lestari binggung apa yang harus dijawab.
Lestari tak ingin mertuanya tahu sampai saat ini bayinya belum mempunyai nama. Rasa benci yang sangat besar hingga ia tak Sudi menamainya.
"Terus sekarang nama cucu Mama ini siapa?" tanya sekali lagi.
"Oh itu Ma...." Lestari gelagapan binggung, takut mertuanya marah jika jujur.
"Itu apa Lestari. Bicara yang jelas!" Sari melilrik Lestari dengan tatapan seakan-akan ingin menerkamnya.
"Itu Ma... Lestari dan Aditya belum sempat memberi nama anak pertama kita, Setelah kejadian yang kami alami. Tapi Mama jangan berburuk sangka dulu karena Lestari dan Aditya sudah memikirkan sejak dulu kalau anak pertama kami akan diberi nama oleh Mama." Bohong Lestari, dirinya tidak Sudi memberi nama pada anak pertamanya, meski anak kandung sendiri.
"Okey Mama percaya sama kamu." Kata Sari meski hati kecil belum sepenuhnya percaya perkataan Lestari, tapi tidak mungkin ia bertanya, karena dia yakin Lestari tidak akan menjawabnya.
"Iya Ma. Nama apa yang akan Mama berikan pada anak kami?" tanya Lestari berlagak antusias, hatinya bergejolak malas.
"Cinta Permata Kusuma." Jelas Sari memandang cucunya yang berada di gendongannya.
•
•
***
Flash on.
Sekarang Cinta telah berusia 17Tahun. Nasib kini sedang mempermainkan nya, hinaan, cacian menjadi makanan seharinya, malah semakin menjadi semenjak dewasa. Tidak ada sedikit kasih sayang pada Cinta sejak kecil, melainkan penderitaan yang dirasakan.
Cinta Permata Kusuma, nama yang diberikan nenek sari padaku dengan sapaan Cinta, semua ku ketahui dari asisten rumah tangga yang bekerja di mansion ini. Aku bahkan mendengar percakapan mereka diam diam selama satu tahun dilahirkan aku belum sempat diberi nama oleh Mama dan Papa, hingga akhirnya Kakek dan Nenek membawa kami dari Kota B ke Kota A, untuk mengurus bisnis keluarga hingga sekarang ini.
"Kak nanti pulang sekolah ke toko buku yuk." Ajak Laura sang adik pada Kakaknya.
"Tapi bagaimana dengan sopir kakak dek? masa kakak suruh dia pulang. Tidak Sopan dong. Mending begini saja dek, Kaka temanin kamu, tapi kita beda mobil ya?" Balas Cinta bernegosiasi dengan sang adik.
"Gak mau kak. Laura sejak kecil tidak pernah jalan bareng kakak." Laura sedih mengingat kebersamaan teman-temannya mempamerkan kakaknya masing masing.
Iri sudah pasti hati siapa yang tidak iri melihat kebersamaan dan keakraban adik dan kakak. Wajahnya menjadi sendu mengingat sesuatu yang jarang dilakukan ia bersama kakaknya.
"Yah sudah Kakak ikut kamu, tapi kalau pulang, Kaka sama sopir, agar Mama tidak marah." bujuk Cinta pada adiknya.
Cinta tak tega melihat wajah sedih terpapar di muka adik kecilnya. Membuat Laura bahagia sudah menjadi prioritasnya karena Laura selalu ada saat semua membencinya.
"Iya kak Gak apa-apa." Senyum Laura seketika mengembang mendengar Cinta mengiyakan permintaannya.
"Kakak memang paling yang ter the best di dunia ini. Aku sayang Kakak." Senang Laura memeluk Cinta.
"Kakak juga sayang kamu." Balas Cinta memeluk adiknya.
Di dalam mobil Laura terus berbicara, tidak sedetik pun senyumannya hilang dari wajahnya. Cinta senang mendengar semua cerita Laura ditambah senyuman yang tidak pernah pudar saat berada di mobil.
Tiba di toko Laura terus mengandeng tangan sang kakak. Ia ingin menunjukan pada dunia kalau dirinya juga mempunyai kakak yang cantik, baik hati dan selalu ada saat ia membutuhkannya.
"Yuk kak masuk!" tarik Laura mengandeng tangan kakaknya.
"Iyah dek pelan-pelan nanti kamu jatuh lho." Cinta khawatir melihat adiknya sangat antusias.
"Kak... bukan nya itu, Bunga, Melati dan Inces yah?" Tunjuk Laura kearah teman-temannya.
Laura tak menjawab perkataan Cinta, matanya terlanjur fokus menatap sahabatnya yang juga berada disini.
"Iyah dek itu mereka, tapi ngapain mereka disini yah?" Pikir Cinta yang binggung.
"Yah sudah kak, mending kita samperin mereka saja!" Ajak Laura pada Cinta menghampiri teman-temannya.
"kalian disini juga yah?" tanya Laura pada teman-temannya saat tiba dibelakang mereka.
"Ayam geprek sambal balado... " Kaget Bunga menyebut sembarang kata. "Kalian bikin jantungan saja! Mau aku mati mudah hah?"
"Maaf aku gak tahu reaksi kamu kayak gini jadinya." Balas Laura santai lagipula Bunga yang berlebihan menurutnya.
"Kita lagi cari buku yang diminta guru, besok sudah harus dikumpulkan." Pandang Melati yang baru sadar Laura berdua dengan Cinta. "Kalian sendiri ngapain disini? dan kamu Cinta ngapain disini? bukannya tadi pas kita ngajak, kamu bilang kamu sudah ada bukunya yah?"
"Iya Cinta. Kamu ngapain? kenapa tiba-tiba sudah disini?" Menautkan alis memandang Cinta yang diam mendengar ocehan sahabatnya.
Cinta bingung harus menjawab apa, setiap saat ingin berkata temannya selalu memotong, tanpa memberi kesempatan untuk Cinta menjelaskannya.
"Kalian kenapa sih, seperti emak emak saja. Gak baik berprasangka buruk." Bingung Laura sejak kapan sahabatnya jadi rempong kayak gini. "Asal kalian tahu yah, kakak itu Gak ada rencana kesini. Aku yang bujuk kakak buat ikut temanin aku cari koleksi novel terbaru." Jelas Laura panjang lebar pada sahabatnya.
"Maaf yah guys, aku gak tau kalau Laura mau ngajak kesini." Cinta merasa tidak enak sudah menolak sahabatnya, jika tahu sejak awal tidak akan ia tolak.
"Jangan ngambekkan dong, nanti bisa keriputan. Emang sudah siap jadi tua diusia mudah, kalau aku pribadi sih gak mau. Aku masih ingin belajar tinggi-tinggi mencapai impian dan sukses." Goda Cinta memancing sahabatnya dengan mengatai keriput.
Dan ternyata pancingannya dimakan ikan. Mereka tak terima dikatain Cinta. Masih mudah udah keriput, gimana nasibnya pacar aja gak punya boro-boro yang lagi dekat.
"Cinta.... " teriak Bunga, Melati dan Inces bersamaan.
"Hahahahha," tawa Cinta dan Laura mendengar teriakan sahabatnya.
Cinta puas mendengar suara singa bangun.
"Makanya jangan lebay." Kata Laura disela tawanya.
"Siapa yang lebay?" Pandang Inces menatap Laura yang puas menertawakan mereka.
"Sudah-sudah. mending kita foto dulu. Sudah lama kita gak berkumpul dengan formasi lengkap begini yang jelas semenjak ada yang sibuk." Sindir Bunga tanpa menyebut nama.
Paham dengan sindiran Bunga, Laura merasa tak enak hati yang dikatakan Bunga benar. Belakangan ini Mamanya sering meminta dirinya untuk menemani arisan dengan ibu ibu sosialita.
"Iya iya aku tahu aku sibuk belakangan ini. Maaf yah guys." Tulus Laura meminta maaf.
"Sudah dong guys. Tadi bilang mau foto. Yuk buruan foto, sebelum kita pulang nih." Lerai Cinta, yang tak ingin adiknya sedih.
Perkataan Bunga benar adanya akhir akhir ini formasi perkumpulan mereka selalu 4, dengan kurangnya Laura. Setiap berkumpul Cinta berusaha menjelaskan pada sahabatnya yang mengeluh kurangnya Laura dalam pertemuan.
________________💞💞💞___________________
(Tidak dianggap bukan berarti terpuruk, terpuruk hanya orang yang lemah. Orang yang lemah hanya selalu mengeluh Tapi bukan aku, karena aku tak mengeluh meski tak dianggap.)
(✓ By: Cinta Permata Kusuma)
...Jangan lupa like, comment and vote yah.🤗...
...Tambahin favorite biar gak ketinggalan up terbaru ku📝💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
who are you?
❤❤
2022-04-08
0
wwevideos collector
ehm, seenggaknya akur ma adik. orang tuanya berdosa menganiaya anak
2022-02-26
1
@Ani Nur Meilan
semoga persahabatan mereka langgeng
2022-02-14
0