Sepulangnya dari liburan Aristia pergi menuju Mini Market dekat rumahnya.
Sore hari yang cerah, sudah lama aku tidak berjalan dengan santai seperti ini. Pikirnya.
Sejak ia mengungkapkan perasaannya dengan Samudra, ia sedikit malas untuk sekedar berjalan berkeliling kompleks rumahnya.
Hal sederhana yang membuatnya malas yaitu ia enggan bertemu dengan Samudra. Meski secara tak sengaja.
Tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya di dekat taman. Taman itu biasanya ia datangi bersama dengan Samudra dan Lintang. Mereka menghabiskan waktu akhir pekan bersama dengan bersepeda, lalu membeli beberapa tusuk makanan dan minuman.
Yah, Di dekat situ ada kios yang menjual makanan siap saji. Seingatnya sejak ia masih kanak-kanak pun kios itu sudah ada di sana.
Ibu Darsiem nama pemiliknya. Ia biasa menjual makanan dan minuman. Makanan yang dijual bermacam-macam. Mulai dari bakso, nugget, sosis, hamburger dan makanan lainnya. Rasa makanan yang dijual Ibu Darsiem juga enak, karena ia membuatnya sendiri
Sekarang kios itu sudah berganti dengan truk makanan. Di depan truck makanan itu disediakan beberapa kursi. Rupanya Ibu Darsiem mengikuti laju perubahan yang semakin modern.
Dengan senyumnya yang ceria Aristia melangkahkan kaki ke truck makanan itu. Sudah lama ia tidak singgah.
"Sore Buk...."
"Nak Tia, apa kabar? Sudah lama gak ketemu. Tambah cantik."
"Baik. Tia emang udah cantik dari dulu, Buk." balasnya sambil tersenyum.
"Iya, Tia memang dari dulu sudah cantik. Sekarang tambah cantik."
"Makasih. Aku beli hamburger pdua ya Buk, dibungkus."
Ia lalu mengambil beberapa tusuk naget. Ia mengambil saos. Setelah itu Aristia duduk menunggu hamburger pesanannya sambil memakan nugget yang tadi ia ambil.
Ia benar-benar rindu suasana ini. Begitu sejuk dan mendamaikan. Kemana saja aku hidup belakangan ini. Angin menerpa wajah Aristia, ia memejamkan matanya.
"Nak Tia sekarang sudah jarang keluar rumah ya?"
"Kenapa, Buk?"
"Beberapa kali Ibu melihat Lintang dan Samudra hanya berdua saja."
"Iya, Buk. Anak SMA kan banyak tugas jadi sudah capek mau main." jawab Aristia sekenanya.
"Begitu. Ibu Pikir Lintang dan Samudra pacaran."
"Kenapa tidak ditanya saja kalo Ibu penasaran." Aristia tertawa kecil.
Ibu Darsiem ikut tertawa, "Ini hamburgernya sudah siap."
"Makasih Buk. Tia pulang dulu ya sudah sore."
"Hati-hati Nak Tia."
"Iya, Buk."
Aristia melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Jadi Kak Samudra dan Kak Lintang masih bisa pergi berdua.
- Plakk-
Aristia memukul pipinya. Ingat Aristia move on! Jangan memikirkan Kak Samudra. Sia-sia dan gak penting itu. Aristia membatin.
Aristia sampai didepan rumahnya, ia sempat terhenti sejenak karena melihat sosok Samudra di teras rumahnya. Terlihat Samudra sedang duduk bersama dengan Lintang.
Aristiam diam di depan pagar rumahnya. beberapa menit kemudian Lintang masuk ke dalam.
Hati Aristia berdegup kencang dan jantungnya berdetak lebih cepat seperti habis berlari. Keceriaan dan ketenangan yang tadi sempat menyerbu hatinya kini sirna sudah.
"Beberapa bulan sudah berlalu Aristia." ucapnya dalam hati.
Waktu memang sudah berlalu beberapa bulan. Namun sejak hari itu semua berubah. Tak lagi seperti dulu, jika bertemu Samudra ia akan merasa senang dan berbunga-bunga.
Sekarang, ia sengaja menghindar agar tidak bertemu dengan Samudra.
Pernah suatu pagi Samudra sudah lebih dulu berada di halaman rumahnya. Aristia yang melihat Samudra langsung menghentikan langkah kakinya untuk berangkat sekolah, lalu bersembunyi di pintu rumahnya.
Aristia tak mampu menjabarkan sikap dan rasanya ini.
Entah ini perasaan malu atau benci pada Samudra karena sudah menolak dan meninggalkannya sendiri tanpa basa-basi waktu itu.
Ahhh.... Atau malah sebenarnya ia cemburu melihat senyum Samudra pada Lintang kakaknya.
Suatu sore Aristia mendengar suara tawa yang begitu riang dari luar. Ia sangat mengenal suara itu, suara Lintang kakaknya.
Aristia ragu untuk melihatnya, namun kakinya seolah otomatis menuju sumber suara yang tadi terdengar.
Di singkapnya gorden biru yang menjadi penghalang matanya memandang luar jendela.
Disana, terlihat Lintang dan Samudra sedang bersenda gurau.
Jarak mereka sangat dekat hanya dipisahkan pagar tembok pembatas rumah mereka yang tidak begitu tinggi. Lintang duduk di kursi yang ia tempelkan dekat pagar tembok, lalu Samudra menaruh dagunya diatas pagar tembok dengan kedua tangannya sebagai alasnya.
Saat itu, hati Aristia benar-benar berdenyut. Rasanya ia ingin menumpahkan air matanya melihat pemandangan itu.
Aristia menarik nafas panjang, langkahnya berat untuk memasuki rumah.
Tapi pertemuan kali ini tak bisa ia hindari sebagai mana yang biasa ia lakukan. Di tatanya kembali pikirannya yang tadi sempat melayang jauh.
Ia melangkahkan kakinya. Selangkah demi selangkah ditapakinya halaman rumah. Meski langkah kakinya berat dan jantungnya berdegup dengan kencang.
Sesampainya didepan teras mata mereka bertemu. Ia segera mengatur ekspresi wajahnya agar tidak kentara, karena tatapan yang tidak sengaja tadi.
"Sore Kak...."
"Sor...."
Belum sempat Samudra menjawab, Aristia sudah masuk melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Samudra hanya memandang punggung Aristia yang semakin menghilang dibalik tembok.
Bukannya Aristia tadi tak mendengar, bahkan ia sempat melihat Samudra akan tersenyum padanya tapi sungguh hatinya tak ingin berlama-lama bertatap dengan Samudra.
Aristia masuk ke kamarnya, menghempaskan dirinya ke kasur. Sambil mendesah lega.
Beruntung tadi Lintang sedang tidak berada disana. Ia malas melihat Lintang dan Samudra sedang bersama, karena itu bisa membuat suasana hatinya berubah dengan begitu cepat.
Aristia memandang ke arah meja belajarnya, di sana masih berdiri boneka Cinderella pemberian Samudra. Ia beranjak lalu menyentuh boneka itu.
"Hai Cinderella yang hanya ku kenal lewat lembaran baca. Sudah lama ya kita tidak lagi bercerita. Apa kabar mu disana? tentu menyenangkan sekali kan? kini kamu tak lagi terbatas waktu dengan jam yang bedentang sebanyak dua belas kali." Aristia menghela nafasnya
"Cinderella.... Kamu juga tau kan? aku juga sedang jatuh cinta. Jatuh cinta sejadi-jadinya, sama seperti mu. Namun bedanya aku tak lagi dekat, apa lagi sampai bersama dengannya. Tidak seperti kamu yang sekarang bersama dengan pangeran mu di kastil sana. Semoga kamu selalu bahagia, bersama pangeran mu disana."
Aristia mengahiri ucapannya pada boneka Cinderella yang ia pegang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Aya Ansyar
5 like+rate, aku mampir, semangat thor 👍🏻
2020-09-04
0
Tika
rAte & vote nya juga 👍
2020-09-04
0
Anita Wati
😢
2020-04-23
1