Aristia menarik selimutnya yang tersingkap, dengan malas ia menggerakkan tangannya. Ia meraba-raba selimutnya.
Sejurus kemudian tangannya telah menyentuh selimut yang tersingkap, di tariknya selimut itu.
Di peluknya kembali guling yang ada di sampingnya, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar nyaman.
Di pejamkannya lagi mata untuk melanjutkan tidur yang tadi sempat terganggu.
Sambil kembali mencoba memejamkan mata, ia merasa sekelebat bayangan seorang yang duduk menatap wajahnya.
Yah tepat didepan mukanya. Orang itu menatapnya dengan tajam sambil berjongkok, Aristia masih berfikir itu adalah halusinasinya karena ia belum sepenuhnya terjaga dari tidur.
Matanya masih terpejam tapi konsentrasinya untuk tidur mulai memudar. Tak tenang perlahan ia membuka kelopak matanya. Buyar sudah! karena tatapan itu nyata.
"Aaakkk!! " pekiknya ketika matanya telah dibuka sempurna.
Aswin sedang menatapnya, ia tersenyum tepat didepan wajahnya.
"Pagi Tia...." sapanya dengan santai.
"Kamu ngapain masuk kamar cewek! pagi-pagi begini lagi. Kamu cabul ya! dasar mesum...."
Aristia yang terkejut, pipinya merona merah. Ia malu melihat Aswin, aih.... Muka ku berantakkan begini. Pikirnya.
"Tadi tante menyuruh bangunin kamu. Kamu dibangunin susah, kayak orang mati" balas Aswin terkekeh.
"Terus.... Gue enggak nanya tuh!"
""Kenapa malu? Jelek ya jelek aja."
"Mesum!" Arisria tidak bisa membantah ucapan Aswin, Aristia bangun dari kasurnya "Sana keluar!" Aristia mendorong Aswin dari kamarnya.
Aswin hanya tertawa, mendapati sahabatnya itu salah tingkah.
"Mama.... Kenapa Aswin dibolehin masuk kamar Tia"
Mama melihat Aristia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mama masak di dapur. Teman-teman mu sudah datang menyusul. Sekalian Mama suruh bangunin kamu."
Aristia diam sejenak. Ahh.... Ia lupa bahwa hari ini mereka akan pergi. Aristia menepuk kepalanya.
"Maaf!" Aristia berlari menuju kamar mandi. Semua hanya tersenyum melihatnya.
Dua puluh menit kemudian Aristia sudah bersiap untuk berangkat. Beruntung ia sudah menyiapkan segala keperluan dari beberapa hari yang lalu.
"Mama... Tia berangkat ya!" kata Aristia sambil memasuki mobil.
"Kami berangkat tante...."
"Iya hati-hati...." Mama Aristia berkata sambil melambaikan tangan pada mereka.
Sepanjang perjalanan mereka tampak bahagia. Mereka terus bercanda, tertawa bersama. Hari ini mereka akan menghabiskan liburan akhir pekan bersama bersama.
"Udaranya terasa segar." Aristia merekam suasana dan momen ini dalam ingatannya.
Di sepanjang tepi jalan masih banyak pohon yang tumbuh. Sungguh berbeda dengan tempat tinggal mereka, meski tempat tinggal mereka tidak dipenuhi bangunan tinggi tapi pohon sudah jarang dijumpai.
*****
Aristia berdiri didekat jendela. Lalu ia keluar menuju balkon rumah.
Hembusan angin menerpa wajahnya. Ia lalu duduk, meluruskan kakinya sambil memandang langit yang gelap. Hanya beberapa bintang yang terlihat yang menghias langit.
Ia menatap langit, tiba-tiba ia ingat sebuah memori.
"Nanti malam sepertinya langit cerah." kata Samudra kala itu.
"Memang kenapa Kak?"
"Aku mau melihat bintang."
"Tia boleh ikut?" tanya Aristia penuh harap.
"Tentu boleh" jawab Samudra, "Tapi harus kuat tidur larut malam."
"Iya Kak. Setuju."
"Aku mengizinkan kamu ikut, karena besok libur. Nanti pukul sembilan malam aku menyusul."
Waktu yang ditentukan pun tiba, Samudra mengajak Aristia naik ke atap rumah.
Mereka menaiki atap rumah dari lantai dua, ia tak menyangka di rumah Samudra ada tangga untuk naik ke atap.
Mereka membentangkan karpet, diatap mereka melihat beberapa bintang yang ada di langit. Sebenarnya bukan tanpa alasan Samudra melihat bintang. Selain ia suka melihat bintang, ia ada tugas sekolah untuk menggambar rasi bintang.
Kak Samudra benar hanya dengan melihat atau memandang sesuatu, memori kita bisa secara otomatis terputar. Aristia membatin.
Sebuah jaket menepi dipundak, membuatnya sedikit terkejut. Ia menengokkan kepalanya, Aswin sudah duduk di sampingnya.
"Lagi melihat langit yang suram Tia."
Aristia tertawa, "Iya, lagi mengagumi langit yang kamu sebut suram." timpalnya.
Aswin tertawa mendengar jawaban Aristia.
"Aristia! Aswin! ayo masuk camilan kita udah siap" Putri berteriak dari dalam.
"Iya, Sebentar kami masuk." balas Aristia, "Ayo kita masuk Win,"
Aristia setengah berlari, Aswin mengikutinya dari belakang.
"Rafa mana?" tanya Aristia karena ia hanya melihat Rudi dan Putri.
"Gak tau.... Lagi di kamar mandi mungkin." jawab Putri, ia mengangkat bahu.
Lima belas menit telah berlalu namun Rafa belum juga menampakkan wajahnya.
"Sebentar aku telepon dulu." balas Rudi bersemangat.
Terdengar suara nada dering didekat mereka, semua mata memandang meja didepan mereka.
Rudi menghampiri meja, "Aku mau lihat nama kontak ku ditulis apa ya?" ucapnya
Ia mengambil HP dari meja. Tiba-tiba ia terdiam setelah memeriksa nama kontaknya.
Putri penasaran dengan ekspresi Rudi. Ia mendekat.
"Dasar jahat. Nama kontak ku Si Berisik."
Putri mengambil HP Rafa dari Rudi. Lalu ditaruh diatas meja.
"Aku juga mau tau."
Nada dering Rafa berbunyi lagi. Kali ini Putri yang menelpon. Di layar tertulis Putri memanggil.
Sejurus kemudian Aswin ikut-ikutan menelpon seperti dua sahabatnya yang lain.
Semua menatap layar HP, dan yang terlihat hanya nomor tanpa nama.
"Bocah Sialan!" Aswin mengumpat, "Nomor aku bahkan gak disimpan."
Setelah itu semua mata memandang pada Aristia.
"Sama seperti kalian juga."
Ketiga sahabatnya tetap memandangnya. Akhirnya ia pun menelpon.
Kini lagi mereka semua memandang layar HP. Dan mereka membaca nama yang tertulis My Tia memanggil. Keempatnya saling memandang.
"Rafa gak adil. Curang. Kontak aku cuma Putri." ucap Putri kesal.
"Hei.... Hei...." Rudi masih terlihat kesal
"Kalian setidaknya tertulis, kalo aku?"
Tiba-tiba Rafa datang menghampiri sahabatnya yang sedang berkumpil. Ia yang tidak tahu apa-apa memandang dengan heran tatapan sahabatnya itu.
"Dasar kampret! Nomor saya kamu gak simpan!"
"Kenapa nomor saya yang tertulis Si Berisik." Rudi ikut menimpali.
"Aku cuma Putri. Sedang Tia tertulis My Tia!"
"Yang penting kita tetap sahabat kan." Rafa berkata seenaknya.
Teman-temannya masih tidak terima, Rafa tak memperdulikannya. Ia malah memasang earphone ditelinganya.
Melihat itu mereka bertiga mendekati Rafa. Menyadari itu Rafa pergi menjauh dan berlari menghindar. Sekejap mereka sudah berkejar-kejaran untuk menangkap Rafa yang kabur.
Cukup lama mereka berusaha menangkap Rafa, namun ketiganya tetap tidak berhasil. Mereka berbaring dilantai dengan nafas yang tersengal-sengal karena kelelahan.
Aristia yang sedari tadi hanya menonton jadi tertawa melihat ulah sahabat-sahabatnya itu.
Aristia mendekati mereka sambil membawa minuman dan makanan yang tadi mereka tinggalkan begitu saja kerena mengejar Rafa.
"Kamu memang yang terbaik My Tia." Rudi memeluk Aristia yang duduk disampingnya.
"Makasih My Rudi." goda Aristia sambil tersenyum melihat tingkah Rudi.
Melihat itu Rafa dengan tiba-tiba berdiri, lalu duduk diantara keduanya.
Rafa cuek melihat teman-teman yang memandangnya. Rafa tersenyum tipis, lalu mereka akhirnya tertawa menikmati kebersamaan mereka. Sambil memakan makanan yang tadi mereka bawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Tika
boom like nya sudah mendarat.
2020-09-04
0
irna salut
mungkin rafa ada hti sma tia lbih dri shabat
2020-09-04
1
Naomi —✰
Thor lanjut dong
2020-04-23
2