Pertemuan

Liburan semester satu telah usai. Hari ini Aristia akan menjalani rutinitasnya kembali sebagai siswi. Ia berjalan dengan gembira, melangkahkan dengan perlahan kaki menuju kelas sambil bersenandung ria.

Ia berhenti sejenak di depan pintu kelas, ditariknya nafas.

"hari yang baru, aku yang baru. Selamat datang hari yang penuh warna." dengan santai ia memasuki kelasnya.

Hatinya benar-benar berbunga, selama libur sekolah ia menata lagi hati dan perasaannya dimulai dari memotong rambut. Selain itu rencana diet yang ia buat juga sukses, ini sesuatu yang penting untuk dirayakan pikirnya.

"Hai, semuanya!" ia menyapa penghuni kelas.

"Pagi Tia...." balas salah satu teman sekelasnya.

Aristia melangkah menuju mejanya, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kelas. Tak di temukannya beberapa wajah yang dicarinya. Bel masuk akan segera berbunyi. Kelas mulai ramai dipenuhi anak-anak.

Aristia menghela nafas panjang.

"Putri dan yang lain kemana ya?"

Ia menaruh kedua tangannya diatas meja lalu membaringkan kepala diatas tangannya. Hiruk-pikuk didalam kelas mulai terdengar karena guru belum masuk ke dalam kelas. Perlahan ia memejamkan matanya.

Sejenak, ia menikmati suara teman sekelasnya. Sampai sebuah tangan menyentuh kepalanya. Dengan malas ia membuka matanya.

"Pagi Rafa...." ucapnya santai.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, laki-laki yang dipanggil Rafa langsung menaruh kepalanya dimeja mengikuti Aristia.

Di liriknya Aristia yang memejamkan mata, tanpa minta persetujuan Aristia ia langsung menaruh earphone ditelinga Aristia.

Aristia membuka matanya lalu tersenyum. Memandang laki-laki yang ada dihadapannya.

Abraham Rafassa, di sekolah ia termasuk cowok populer selain Aswin dan Rudi yang juga merupakan sahabatnya.

Abraham Rafassa yang biasa dipanggil Rafa. Sulit baginya untuk mendeskripsikan tentang Rafa yang mendapat julukan Si Gunung Es.

Bagi Rafa satu-satunya keinginannya ketika berada di sekolah bisa dengan tenang menikmati hari. Tanpa ada gangguan sedikit pun.

"Bagaimana kamu bisa hidup dalam tenang dengan wajah yang rupawan itu Rafa?" Aristia tertawa pelan. Ia kembali memejamkan matanya.

Hanyut dalam buaian lagu yang didengarnya. Tanpa sadar ia mengikuti lirik lagu yang diputar, lalu ia berhenti saat sebuah suara memecah keterdiaman mereka.

"Rafa...." ucapnya.

Aristia membuka mata. Seorang gadis sudah berhenti tepat di meja mereka, dibelakang Rafa. Tak ada sahutan.

Sejenak Aristia melihat gadis itu dari ekspresi wajahnya jelas ada yang ingin ia bicarakan. Aristia mengalihkan lirikan pada Rafa yang tidak bergeming.

"Rafassa...." suara Aristia pelan. Ia menyentuh pundak Rafa.

Kelas mendadak sunyi setelah kedatangan gadis itu.

"Rafa...." suara Aristia kini agak keras tapi tetap tak ada sahutan.

Gadis itu yang melihat sikap Aristia tiba-tiba melihat dengan sinis. Aristia menarik earphone dari telinga Rafa. Kembali gadis itu menatap Aristia dengan kesal.

"Apa" Rafa membuka matanya.

Aristia dengan perlahan menunjuk belakang Rafa. Rafa berbalik. Dilihatnya sudah berdiri seorang gadis.

"Aku mau ngomong! ada perlu"

"Ayo ke luar kelas" Rafa hendak bangkit dari duduknya.

"Gak perlu di sini aja" jawab gadis itu melirik Aristia. "Aku suka kamu, kamu mau jadi pacar aku kan?" lanjutnya setelah jeda sejenak.

Seisi kelas terdiam. Kelas menjadi hening dan sunyi termasuk Aristia. Rafa melirik Aristia, gadis yang di lirik malah diam terpaku.

"Maaf gak bisa. Aku gak suka sama kamu." jawab Rafa datar tanpa ekspresi.

Ia lalu bangkit dan pergi. Tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Termasuk gadis yang baru saja ditolaknya.

"Tunggu!" teriaknya lagi.

"Kamu kenapa sampai sebenci ini sama aku. Bahkan kamu gak melirik sedikit pun. Mempermalukan aku di keramaian seperti ini." gadis itu berkata dengan suara keras.

Rafa yang sudah berada didepan pintu.

"Kamu yang mempermalukan diri mu, bukan aku." Rafa terus melangkahkan kakinya.

Mendengar perkataan Rafa gadis itu membelalakkan matanya.

Ia melihat ke Aristia. Memandang sekeliling kelas.

"Ini gara-gara kamu!" umpatnya pada Aristia.

Gadis itu pergi sambil menendang meja.

Seisi kelas gaduh setelah kejadian itu. Beberapa teman mengerubungi Aristia.

"Itu kan Kakak Senior kelas dua IPS, yang cantik itu."

"Iya. Dari mana dia dapat keberanian itu ya."

"Entahlah... Tapi Rafa benar-benar to the point tanpa pikir panjang ya."

Aristia hanya mendengar perkataan teman-temannya. Ia tidak berkata sepatah kata pun.

"Tia. Kamu baik-baik aja kan?"

"Iya, kamu juga kena semprot tadi"

"Aku gak apa-apa." jawab Aristia sambil menggeleng.

Aristia kembali duduk di kursinya. Kelas masih ramai atas kejadian tadi.

Guru pun belum kunjung masuk ke dalam kelas. Aristia memandang keluar jendela. Di pandanginya langit biru dari jendela. Ia mengingat kembali memorinya yang sudah lama tersimpan.

Hari itu, hari pertama tahun ajaran baru ketika SMP. Ia bersama Putri sahabatnya berangkat sekolah.

Aristia yang berjalan menghadap putri. Ia yang membelakangi jalannya terus saja melangkah dengan santai.

"Hei, cara berjalan mu itu salah."

"Tapi ini benar-benar menyenangkan Put."

Sambil tetap asik menghitung langkahnya. Aristia tertawa kecil. Putri hanya menggeleng melihat tingkah Aristia.

"Berjalan seperti itu bisa berbahaya, Aristia."

Belum sampai lima menit ucapan Putri terkabul.

Tiba-tiba ia menabrak seseorang dari belakang. Aristia hampir terjatuh. Beruntung orang dibelakang memeganginya, sehingga ia seperti bersandar di badan orang itu.

"Aku selamat." Aristia menghela nafas.

Aristia mendongakkan wajahnya. Sejenak ia terdiam melihat laki-laki yang memegang pundaknya.

Setelah beberapa detik Aristia tersadar dan dengan cepat ia menarik badannya.

"Maaf... Aku gak sengaja." kata Aristia yang menyadari bahwa tadi ia terpesona akan ketampanan pria ini.

"Gak apa-apa." jawab laki-laki itu datar.

Aristia melihat Putri tersenyum pada laki-laki itu. Ia merasa heran.

Aristia mendekati Putri, lalu berbisik "Kamu bukan lagi terpesona karena dia tampan kan?"

Tak dihiraukannya perkataan Aristia barusan. Putri menghampiri laki-laki itu lalu memukulnya, sedetik kemudian Putri memeluknya.

Aristia yang kebingungan menyaksikan pemandangan itu.

"Wah... Gadis cantik bebas memeluk pria tampa." ia bergumam.

Di lihatnya kedua orang didepannya. Aristia merasa takjub karena dua orang yang rupawan sedang bersama.

Putri menarik tangan pria itu, lalu mendekati Aristia.

"Tia kenalin ini Rafa, Kami berteman sejak kecil. Baru ini ketemu lagi. " Putri memperkenalkan laki-laki itu.

"Rafa." lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Aristia." jawab Aristia sambil menjabat tangan Rafa.

"Semoga kita bisa berteman baik ya." Putri tersenyum.

"Rafa harus baik-baik ya sama Tia. Gak boleh cuek."

Putri berkata sambil memasuki halaman sekolah. Aristia hanya mendengarkan cerita mereka selama dalam perjalanan ke kelas.

Itulah pertemuan pertama mereka. Pertemuan pertama yang bisa mengikat jalinan persahabatan mereka yang terjalin hingga kini.

Aristia tersenyum mengingat hal itu. Waktu memang sangat cepat berlalu.

Terpopuler

Comments

I Love You😍

I Love You😍

Romantis😋

2020-05-09

2

Yudhistira.qs

Yudhistira.qs

next kak! bagus ceritanya.

jangan lupa feedback cerita aku ya aku udah like komen dan kasih bintang 5 juga

2020-04-17

1

AtinyRyesa24

AtinyRyesa24

sudah ku boom like sama ku bintang lima

2020-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!