Aku bahkan benar-benar tidak berani menatap lurus ke depan apalagi mendengar kakak tertua ku yang sangat dingin ini berbicara sambil tersenyum namun seperti ada kilatan petir di mata birunya.
"Sudahlah, kasihan Reinya. Mungkin Reinya bermimpi buruk hingga berlari kesini." ujar seorang wanita paruh baya.
"Benar tidak sayang? Apa kata Ibu," tanya wanita paruh baya itu yang sebenarnya adalah ibuku. Grand Duchess Syila Fransisco, dengan sangat berharap aku akan mengiyakan perkataannya.
Mau tidak mau aku mengangguk mengiyakan perkataan Ibu dan respon yang sangat luar biasa terjadi.
"Ululu, anakku memang yang paling cantik dan baik hati dan menggemaskan. Kyaaa.... " kata ibu sambil memelukku erat-erat setelah itu me memegangi pipiku dengan gemas.
Inilah yang membuat ku ragu-ragu, sebenarnya kemana citra seorang Grand Duchess Syila Fransisco? Yah, walaupun ibu adalah orang yang hangat kepada siapapun tapi, sifatnya yang seperti ini seperti seorang anak yang sedang sangat bahagia ketika mendapatkan apa yang mereka mau.
Berbeda dengan Ibu, sepertinya suasana hati Ayah dan Kakak-kakak sedang buruk sekali. Semoga saja aku masih bisa melihat matahari terbit besok.
Siapapun selamatkan aku!
Brak...
Pintu ruangan yang baru saja aku lewati tiba-tiba terbuka sangat kencang dan membuat kami semua menghentikan aktivitas, kami menatap kearah seseorang yang sedang berada di daun pintu itu.
"No, nona, a, anda, a, ada, di mana?" tanya orang itu tanpa memandang lurus ke depan, pandangannya mengarah ke bawah sembari mengatur nafas yang sudah memburu dan keringat yang berhamburan membasahi wajah cantik yang sedikit keriput itu.
Aku menatap lekat-lekat orang itu, wajahnya terlihat sangat familiar tapi aku tidak bisa mengingat siapa dia.
Hingga pertanyaan ibu mengingatkan aku kepada seseorang.
"Ada apa Asa?" tanya ibu.
Orang itu mendongakkan kepala menatap kearah kami.
Mendengar nama dan melihat wajahnya sepertinya aku mengenalnya tapi aku tidak yakin.
"Ma, maafkan saya Tuan besar, Nyonya, para Tuan muda dan Nona muda," ucap orang itu dengan gelagapan.
Ibu tersenyum kepadanya untuk menenangkannya.
"Tidak apa, ada apa kamu kesini?" tanya ibu lagi.
"Sa, saya tadi mengejar nona muda karena tiba-tiba berlari dari kamar saat bangun tidur," ujarnya.
Aku ingat sekarang dia adalah pengasuhku dari kecil.
Di Kekaisaran ini, ada sebuah tradisi di kalangan bangsawan. Bahwa anak mereka akan diurus oleh pengasuh yang juga adalah bangsawan di bawah mereka hingga umurnya cukup saat *Debutante. Karena kebanyakan Nyonya besar akan sibuk mengurus pergaulan kelas atas atau hal-hal tentang keluarga besarnya. Di Kekaisaran ini juga jika seseorang mengurus sendiri anaknya maka dianggap adalah aib karena kewajiban dari seorang Nyonya besar hanyalah melahirkan anak dan mengurus tugasnya.
*Pesta perayaan dimana seorang bangsawan kelas atas yang sudah berada di umur 18 tahun untuk bisa atau mulai hadir di pergaulan dan siap menikah. Biasanya dilakukan oleh kebanyakan gadis dari keluarga Baron hingga putri raja atau Kaisar.*
Namanya Asa Alerrgga, seorang bangsawan Baron Allerga. Dia mengurusku sedari kecil karena suami dan anak satu-satunya meninggal, Asa adalah adik dari seorang Baron kampung yang tinggal di Desa. Ia mengabdikan sisa hidupnya untuk mengurus ku. Aku tahu sekarang kenapa aku tidak mengenalinya, wajahnya dengan saat sebelum aku bereinkarnasi sangat berbeda wajar saja, ia terlihat lebih awet muda sekarang.
Sepertinya aku akan berada dalam masalah sekarang. Terlihat kilatan petir dari 5 pasang mata yang sedang menatap tajam kearahku. Aku harus melarikan diri secepatnya, apapun caranya.
Aku memberanikan diri menatap lurus dan berkata;
"Ibu, Ayah, Kak Chantel, Kak Rattle, bolehkah Reinya kembali ke kamar?" tanya ku dengan wajah memelas agar di izinkan.
Namun tidak ada jawaban satu patah katapun yang keluar.
"Reinya sedikit pusing," gumam ku.
"Apa?" teriak mereka serempak.
Refleks aku menutup telinga mendengarkan teriakan yang memekakkan telinga itu.
"Yang mana yang pusing?" tanya ayah sambil membolak-balikan tubuhku.
"Sejak kapan sakit? Yang mana yang sakit? Bilang ke Ibu!" ujar Ibu yang tidak kalah dengan Ayah.
"Ayah, pastinya kepala Reinya yang pusing.Ada-ada saja," ujar Kak Chantelle meralat perkataan Ayah.
"Huhuhu, adik kesayangan ku jangan sakit," kata kak Rattle sambil duduk di lantai dan memegangi tanganku dari bawah.
Meskipun sesuai dengan ekspetasi tapi,
"Apa yang terjadi?!" teriakku dalam hati.
Bahkan untuk bangun mengambil air saja aku tidak bisa. Ayah sampai membolos sehari mengerjakan tugasnya, Ibu membatalkan rencananya pergi ke pergaulan kelas atasnya dan Kakak-kakak melewati kelas berpedang dan kelas pengobatannya.
Sepertinya aku akan mati 2 kali jika terus seperti ini.
Begitulah hari pertama aku bereinkarnasi di lewati di dalam kamar dan dirawat sepenuhnya oleh Ayah, Ibu, Kakak-kakak dan Asa.
...•••...
Keesokan harinya
Sinar matahari pagi yang hangat dan cerah masuk ke dalam sebuah kamar mewah bernuansa anak-anak, aku terbangun saat sinar matahari cerah itu tepat menyinari wajahku yang masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden dan ventilasi.
"Sudah pagi,"
Aku melihat ke sekeliling memastikan bahwa tidak ada siapapun kecuali aku di dalam kamar ini.
"Fyuh~"
Aku bernafas lega karena tidak mendapatkan siapapun.
"Syukurlah mereka tidak keras kepala, betapa sulitnya membujuk mereka semua agar tidak berlebihan,"
"Mumpung masih pagi dan semuanya belum bangun maka aku akan menyusun rencana, ayo! Semangat! Aku pasti bisa," kataku sambil mengiktikadkan diri sendiri bahwa aku mampu.
Aku bergegas turun dari kasur dan mengambil kertas yang ada di atas meja tidak jauh dari tempat tidur dan kembali lagi.
"Pertama-tama apa yang harus dilakukan?" aku memikirkan matang-matang apa saja hal yang harus dilakukan.
"Aku ingin membatalkan pertunangan yang akan dibuat sebentar lagi. Tapi bagaimana caranya?" aku mencoba berfikir keras bagaimana cara membatalkan hambatan utama.
...Tok... Tok... Tok......
Ketukan pintu membuat aku menghentikan aktivitasku sekarang ini dan memilih menundanya. Aku menyembunyikan kertas beserta pena yang aku ambil tadi di bawah bantal.
Cklek...
"Nona! Permisi,"
Aku mengintip sedikit dan ternyata seorang pelayan masuk ke dalam.
"Sepertinya Nona belum bangun," gumam orang itu.
Karena dia menganggap ku belum bangun itu adalah hal bagus. Tapi, aku tidak ingin berlama-lama di tempat tidur.
"Siapa?" tanyaku yang baru saja bangun dari tidur dengan masih menguap.
"Ayolah Reinya, kau pasti bisa. Berpura-pura lah seperti anak kecil, jangan sampai ada yang sadar," batinku.
Jujur saja aku grogi, karena tidak mudah beradaptasi apalagi aku kembali ke tubuh berumur 4 tahun dengan jiwa yang sudah lebih dari 23 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
List papa bucin
kok gua yg malu ya 🙂
2021-11-20
7
Sylvia
pasti susah banget, gua yg pembaca aja ngebaca cerita reinkarnasi dewasa ke tubuh anak-anak ngerasain bagaimana sulitnya beradaptasi.
2021-11-20
13
Sylvia
keluarga L
2021-11-20
1