Bahkan kakiku sudah tidak mampu lagi berjalan. Kenapa? Karena seluruh pergelangan kakiku sudah berlumuran darah akibat di seret puluhan meter.
Hingga sampai di suatu tempat dibawah tanah, tempat yang sangat dingin tanpa ventilasi udara bahkan sinar matahari pun tidak bisa masuk ke dalam ruangan yang dingin dan sempit ini.
Begitu masuk aku sudah disambut dengan aroma amis dari darah yang tersisa dari para penghuni tempat ini sebelumnya. Tempat ini bahkan lebih buruk dari seluruh tempat yang ada di Kekaisaran.
"Masuk kau kesana!" prajurit mendorongku dengan sangat kasar hingga kepalaku menabrak dinding jeruji besi ini.
"Nikmatilah kesengsaraan sebelum kematian mu, tuan putri," ucap kedua prajurit itu sambil menatapku dengan tatapan hina.
"Ayo kita pergi!" ajak salah satu prajurit.
Mereka pergi meninggalkan ku sendirian didalam jeruji besi yang dingin ini.
"Mungkin ini rasanya saat ayah dan kakak di masukkan kesini. Seharusnya dari dulu aku menggantikan kakak-kakak agar mereka tidak menderita," lirihku sambil menyentuh lantai yang sangat dingin dan juga tempat yang akan menjadi tempat terakhirku ini.
••
Tidak terasa siang berganti malam, malam hari di tempat ini lebih dingin dari bagian utara Kekaisaran ini, dimana tempat itu adalah tempat paling tertutup salju.
Aku mencoba untuk menghangatkan diri dengan cara menggosok-gosokkan kedua telapak tangan lalu menempelkan ke pipiku yang sudah kotor dipenuhi dengan lumpur, darah dan sebagainya.
Namun sayangnya tidak berhasil. Semakin malam, udara dingin di sini semakin menusuk hingga menembus kedalam tulang.
Suasana sangat hening hingga sebuah langkah kaki tiba-tiba datang dan menggema di semua tempat.
Tak... tak... tak...
Langkah itu semakin mendekat, aku pikir akan ada pembunuh bayaran yang akan membunuh ku terlebih dahulu sebelum aku dipancung besok. Namun , asumsi ku salah total.
Ternyata yang datang adalah seseorang yang sangat aku kenal bahkan dia adalah sahabat ku dari kecil.
"Charlotte? Kaukah itu?" tanyaku kepada siluet yang sangat aku kenal itu, tapi untuk memastikannya aku ingin bertanya. Tidak mungkin seorang putri mahkota terhormat datang ke tempat seperti ini.
"Iya, ini aku," jawab orang itu.
Tebakanku kali ini benar, dia adalah sahabat kecilku .
"Charlotte kenapa kau datang kesini? Disini dingin, kau bisa sakit jika berada disini," ujarku.
"Kau memang sahabat ku yang paling baik hati Reinya." kata Charlotte sambil tersenyum dan mendekat ke arahku.
"Reinya, mendekatlah!" pinta Charlotte yang terdengar seperti perintah, tapi aku tidak menghiraukan nya. Aku mendekat ke jeruji besi di mana Charlotte sedang menungguku sambil tersenyum disana.
"Aku senang bisa melihatmu lagi Reyna," kata Charlotte sambil memelukku dengan hangat.
Aku juga membalas pelukannya tanpa ragu, tapi saat aku hendak memeluknya, Charlotte menjauh dan melepaskan pelukan.
"Charlotte?"
"Heh, kau terlalu naif ya Reyna," kata-kata Charlotte yang tiba-tiba membuatku bingung, biasanya Charlotte tidak pernah seperti ini.
"Apa maksudnya?" tanyaku dengan bingung.
"Tapi, karena kenaifan mu rencanaku berjalan dengan lancar. Hahaha," jawab Charlotte diiringi dengan tawanya yang menggema.
Charlotte menghentikan tawanya dan beralih mendekat kepadaku dan mencengkram kuat daguku.
"Terima kasih sahabatku, karena berkatmu aku bisa dengan mudah mendapatkan posisi ini," kata Charlotte diiringi dengan senyum miringnya.
"Aku ingin bertanya satu hal kepadamu," pertanyaan ku tiba-tiba berhasil menghentikan tindakan Charlotte yang semakin lama semakin kencang mencengkram daguku.
"Apa kau selama ini tidak tulus kepadaku?" tanyaku lagi, sesaat keadaan hening hingga Charlotte angkat suara.
"Ya, selama ini aku hanya memanfaatkan mu untuk bisa naik ke posisi putri mahkota dan membalaskan dendam. Aku pikir akan sulit, namun ternyata berkat sahabatku yang sangat baik dan naif ini semuanya menjadi lebih mudah." jawab Charlotte.
"Baiklah aku mengerti sekarang, selama ini bahkan kau tidak pernah tulus kepadaku." ucapku dan tanpa sadar satu bulir air mata jatuh membasahi pipiku mendengar pengakuan dari orang yang paling aku percaya.
"Baguslah jika kau mengerti, aku ingin pergi. Yang mulia putra mahkota sudah menunggu kami." kata Charlotte.
"Oh iya, aku hampir lupa. Kau lihat!" Charlotte menunjuk perutnya kepadaku.
"Dia adalah calon anakku dengan putra mahkota, seharusnya anak ini menjadi milikmu. Namun takdir berkata lain, sayang sekali bukan? Reinya. Sudahlah, lagipula aku malas berlama-lama disini. Nikmatilah akhir dari kehidupan mu yang indah Lareinya Fransisco," ujar Charlotte berlalu pergi tapi langkahnya berhenti ketika jarak kami sudah jauh 5 langkah.
"Oh iya, ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan, bersiaplah karena besok kami semua akan memberikan hadiah yang pasti kau sukai," ucap Charlotte dan setelah mengatakan hal itu ia pergi.
'Heh, penderitaan mu tidak hanya berhenti sampai di sini Reinya. Nikmatilah kehidupan seperti kematian sebelum kematianmu yang sesungguhnya datang," gumam Charlotte dengan senyum miring nya.
Aku terduduk lemas mendengar perkataan Charlotte tadi.
"Dasar Reinya bodoh. Bagaimana bisa kau percaya dengan orang seperti dia dan memberikan semuanya kepadanya. Sekarang aku tahu siapa penyebab kehancuran keluargaku," air mata dengan cepat mengalir bagaikan hujan deras mengalir dipipiku.
Aku menyesali kebodohanku sehingga membuat keluarga yang aku cintai hampir hancur.
Aku membenci diriku yang terlalu percaya kepada orang lain, aku membenci diriku yang terlalu naif, namun apa gunanya aku membenci? Semuanya sudah terlambat.
•••
Tanpa terasa malam pun sudah berganti pagi mataku menjadi sembab karena menangis tanpa henti. Bahkan aku tidak memiliki air mata lagi untuk menangis.
Drek...
Pintu jeruji besi dingin yang ada didepan ku terbuka lebar dan menampakkan beberapa pengawal yang sudah bersiap.
Aku tidak memperdulikan apapun yang akan mereka lakukan. Tidak ada gunanya lagi aku memberontak dan melawan yang ada hanya membuang tenaga.
Mereka saling memandang untuk beberapa saat setelah itu mereka masuk dan menarik ku keluar dari jeruji besi yang dingin ini.
•••
Mereka menyeret ku kesebuah ruangan yang lebih parah dari sel tadi. Tempat ini mungkin lebih mengerikan dari neraka.
Bau darah yang menyambut walaupun masih sangat jauh, dan ketika memasukinya kami disambut oleh aliran darah yang mengalir tanpa henti.
"Kalian sudah datang?"
Suara bass seorang yang menghadap belakang membuatku mengingat seseorang.
"Kau, putra mahkota breng**k! Berani sekali kau," tidak tahan lagi sebuah kata yang sangat ingin aku ucapkan lolos begitu saja ketika melihatnya, orang yang aku cintai dulu dan juga orang yang menghancurkan ku hingga seperti ini.
"Lancang!" teriak Artemis.
"Cambuk dia 100 kali sekarang juga!" perintah dari Artemis langsung diindahkan oleh beberapa pengawal yang ada di ruangan ini.
Mereka mulai mengambil cambuk dan mencambuk ku hingga 100 kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Cellestria
uhh sadis
2023-01-05
0
Thr!b!
Namanya sulit diingat karena panjang ". Masih berusaha memahami alur cerita.
2022-10-19
0
IG: queenn_neze
aku suka ceritanya terus semangat thorrr 🥰🥰
salam dari Villainess Daughter Bring Revenge
2022-01-07
1