SURAT WASIAT

Harta membuat kemelut mulai timbul dari dalam keluarga dan kesengsaraan yang panjang menjamah setiap insan yang mencoba tegar. Alessandra mengaum marah ketika seorang pemuda mengaku pewaris tunggal harta dari Tuan Mahotra. Dia memperkenalkan dirinya sebagai putra satu-satunya dari Gustaf Mahotra.

"Aku adalah putra Gustaf Mahotra. Kalau ada yang meragukan diriku, aku sudah membawa hasil tes DNA." kata pemuda itu tegas.

Reyshaka Surya Mahotra seorang pemuda ganteng dengan postur tubuh tinggi tegap dan seorang wanita setengah baya yang tidak lain istri siri Tuan Gustaf Mahotra, datang dan menuntut harta yang di miliki oleh keluarga Mahotra.

Lisa Mahotra istri sah dari Gustaf Mahotra meradang. Ternyata selama ini laki-laki yang dia cintai, menjadi panutan keluarga besarnya menusuknya dari belakang. Darahnya mendidih melihat perempuan di depannya yang hampir sebaya dengannya tersenyum sinis memandangnya.

Perilaku yang sempurna dari Tuan Gustaf Mahotra membutakan mata hati dan pikirannya selama ini. Ternyata dia bukan istri satu-satunya, ada perempuan lain yang sangat pongah memamerkan putranya yang sangat mirip suaminya. Pemuda itu sangat maskulin, sinar matanya tajam.

"Aku tidak peduli siapa kamu dan apa hubunganmu dengan suamiku. Yang tertera dalam surat wasiat kamu hanya dapat 25% warisan dari kekayaan Mahotra." jelas mama Lisa dengan dada berdegup kencang. Dia begitu marah dengan suaminya.

"Hemm...siapa yang merampok hartaku yang 75% lagi, kamukah." telunjuk Rey mengarah kepada Alessandra yang berdiri.

"Pakailah bahasa Inggris kalau mau berbicara denganku, aku juga tidak mau melayani tanya jawab yang menguras waktuku." kata Alessandra mengedikkan bahunya.

"Aren't you that adopted child." (Bukankah kamu anak pungut itu).

"Kenapa? apa kamu merasa gerah atau iri melihat keberuntunganku? walaupun aku anak pungut Tuan Mahotra tapi aku diakui Dunia. Tidak sepertimu yang mengaku anak Tuan Mahotra disaat beliau sudah meninggal, dari kemarin kamu kemana?"

"Kamu boleh merasa hebat dan beruntung saat ini, harta yang kamu rampok akan lenyap dan kamu akan mencium kakiku ketika aku melemparmu ke jalanan."

"Aku tunggu hari itu siapa yang terlempar." sahut Alessandra ketus.

Ketegangan terus terjadi antara mama Lisa dan nyonya Mauren, ibunya Reyshaka. Kedua perempuan itu saling menunjukan taringnya, dan saling mengaku berkuasa atas harta Mahotra.

"Aku berhak tinggal di rumah ini." kata mama Mauren berkacak pinggang.

"Jangan mengkhayal terlalu tinggi, pergi kamu ke asalmu. Saham yg dihibahkan ke anak haram ini cuma 25% ...." ketus mama Lisa sambil menyeringai.

"Hati-hati berbicara perempuan mandul, bukankah lebih memalukan kalau anak yang kamu asuh adalah anak dari tempat sampah?"

"Diam kalian semua, aku diberi tugas oleh mendiang Tuan Mahotra untuk membagi seadil-adilnya semua harta sesuai ketentuan dari surat wasiat." tiba-tiba Pak Ridwan pengacara keluarga sudah muncul dari pintu samping.

"Tolong jelaskan semuanya Pak Ridwan, apa saja yang dia berhak. Sepertinya anda lebih tahu tingkah laku suami saya, daripada saya sendiri." sindir mama Lisa.

"Maaf nyonya Lisa, saya hanya seorang pengacara, mana berani saya ikut campur urusan pribadi Tuan Mahotra." sanggah Pak Ridwan menghindar dari tatapan mata nyonya Lisa. Dia tahu perasaan nyonya Lisa saat ini pasti hancur. Apa boleh buat, semua harus transparan setelah 25 tahun Tuan Mahotra menyembunyikan anaknya.

"Aku tidak menyadari selama ini." kata nyonya Lisa lirih. Alessandra memeluk mamanya berusaha memberi kekuatan.

"Saya akan mulai pembagian ini, silahkan kalian duduk."

"Please sir...." sahutku duduk disamping mama.

"Poin pertama dan ketiga sudah disebutkan, harap kalian logowo apapun yang dihibahkan oleh Tuan Mahotra hendaknya kalian bersyukur, tolong pemberian beliau dikembangkan supaya lebih maju. Jangan pemberian beliau di jual dan dipakai poya-poya." kata Pak Ridwan.

"Siap Pak Ridwan semoga berkah." sahut nyonya Mauren.

"Hotel D' Laguna atas nama keluarga, artinya ini Hotel Family. Disini hanya ada pembagian profit. Kemudian ada Villa D'gullo dan Villa Mahotra, masing-masing dapat satu Villa dan seterusnya...."

Kami berempat hanya bisa mengangguk dan berkata "Siap" banyak pembagian yang membuat kami harus menggerutu karena harus bekerja berdampingan.

Yang membuat mama Lisa lebih murka adalah kehadirannya di rumah ini. Mereka berdua akan menempati lantai dua.

"Selama ini nyonya Mauren tinggal di sebuah Ruko pemberian Tuan Mahotra. Mulai hari ini mereka berdua boleh tinggal disini di lantai dua seperti yang tertera di surat wasiat ini."

"Saya menolaknya ini rumah saya, enak saja mengacau kehidupan kami." pekik nyonya Lisa marah.

"Kalau nyonya tidak mau, pembagian 25% untuk nyonya akan dicabut dan menjadi milik nyonya Mauren." byurr....serasa nyonya Lisa disiram air comberan. Kemarahan nyonya Lisa sudah dititik nadir. Dia meraung dan hampir mencakar wajah nyonya Mauren.

"Tenang maa...kendalikan emosinya, biarkan mereka senang dulu supaya kita gampang melemparnya dari lantai dua." Alessandra menarik mamanya supaya menjauh dari nyonya Mauren.

"Duduklah aku mengambil air putih." bisik Alessandra.

"Maaf nyonya Lisa saya disini hanya menyampaikan apa yang tertulis di surat wasiat ini. Semua isi surat wasiat sudah saya bacakan. Semoga nyonya memaklumi yang saya ucapkan."

"Trimakasih Pak Ridwan, maaf emosi saya kurang kontrol. Semua begitu mendadak."

"Tidak apa-apa nyonya Lisa saya mengerti perasaan anda. Semoga nyonya selalu dalam lindungan Tuhan." kata Pak Ridwan.

Setelah berbasa basi Pak Ridwan mohon pamit. Tinggal mereka berempat. Suasana hening. Alessandra memapah mamanya ke kamar.

"Maa..aku mohon jangan terlalu dipikirkan apa yang mereka rampas dari Mahotra, pikirkan kesehatan mama supaya mama bisa kembali bekerja seperti sedia kala. Aku akan belajar dan menghubungi semua para kepala divisi. Mulai besok aku akan pergi ke Hotel dan ke Perusahan Mahotra."

"Kamu tidak perlu ke Hotel atau ke Kantor, cukup dari sini mengendalikan semua Perusahan Mahotra. Letaknya berada di samping. Nanti mama yang membantumu. Tidak mungkin bekerja keluar rumah disaat pandemi begini."

"Apakah Papa bekerja dari rumah selama ini?" tanyaku. Sejatinya aku ingin tahu kapan Papa berselingkuh. Kenapa begitu rapi sampai mama tidak tahu, atau mama terlalu percaya kepada papa.

"Semenjak ada pemberitahuan bahwa ada virus dari Wuhan. Pemerintah mulai gencar menyiarkan virus itu. Papa lalu berinisiatif membawa pekerjaan ke rumah. Dia mulai berpikir untuk membuat kantor dan mama yang membantunya." jelas mama Lisa dengan nafas masih memburu. Aku rasa mama masih marah.

"Mereka akan tinggal di atas berarti kita setiap hari akan bertemu. Begini caranya Tuan Mahotra menyiksa mama, dia seakan mengiris dagingku setiap hari dan menaburkan lukanya dengan garam." keluh mama mengurut dadanya.

Seandainya aku berada di posisi mama, aku juga akan terguncang dan marah. bathin Alessandra. Untuk melampiaskan kemarahannya kepada Tuan Mahotra jelas tidak mungkin, karena beliau sudah meninggal. Jalan satu-satunya adalah marah kepada pemuda itu atau kepada ibunya.

Aku akan membela mama, kupastikan pemuda itu akan hengkang dari mension ini. Enak saja tinggal di rumah orang.

****

Terpopuler

Comments

rahmalia👑EP©🗡️ଓε🍷

rahmalia👑EP©🗡️ଓε🍷

hadoh jajan jajan d luar hobinya

2022-05-30

6

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️

rapi banget ya sampe gak tahu suami nikah terus punya anak mana lama lagi..mau d salahin gimana org yang bikin Maslaah dah meninggal

2022-05-30

6

ℛᵉˣ🍾⃝ɴͩᴀᷞᴜͧғᷠᴀᷧʟ🤎🦁ˢ⍣⃟ₛ

ℛᵉˣ🍾⃝ɴͩᴀᷞᴜͧғᷠᴀᷧʟ🤎🦁ˢ⍣⃟ₛ

nyesek pastinya.. di bohongi sedemikian rupa apalagi oleh orang yang kita sayangi dan kita percaya

2022-05-30

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!