KEKASIH BAYANGAN
Kembali menginjakkan kaki di Pulau Bali membuat perasaan Alessandra Mahotra bergairah. Tujuh belas tahun yang lalu dia pergi dari Bali dan menetap di Colorado Amerika Serikat bersama neneknya. Dia menyelesaikan studynya di umur 20 tahun dengan Cum laude. Hebat!!.
Bukan kehendaknya meninggalkan nenek, ini terpaksa dilakukan karena Covid-19 yang menghancurkan perekonomian dunia. Cita-citanya juga ikut terhempas ketika namanya mulai diperhitungkan di dunia model. Belum tenar, tapi Alessandra sudah bisa menghasilkan uang dari Catwalk.
"Setelah Covid-19 menghilang dari Bumi ini, kamu harus balik kesini lagi. Sudah waktunya kamu belajar mengurus Hotel kita." kata neneknya tempo hari ketika Alessandra sedang mengepak barangnya.
"Ya nek, aku juga sebenarnya tidak ingin pulang ke Bali. Karirku sedang menanjak disini. Semoga mama tidak menahanku di Bali. Lagipula aku gerah ikut sama mereka."
"Bagaimanapun juga mereka orang tua angkatmu, jangan menjadi anak durhaka. Orang lain belum tentu seberuntung kamu, bersyukurlah."
"Aku akan kembali secepat aku pergi." kata Alessandra menggeret kopernya keluar kamar.
"Jaga diri dan kesehatanmu. Salam untuk semuanya, katakan nenek belum bisa pulang."
"I will always remember Grandma." kata Alessandra memeluk neneknya.
Akhirnya dia kembali menatap birunya Laut dari atas jalan Tol Bali Mandara. Perahu nelayan yang berjejer rapi kelihatan begitu unik dengan aneka macam warna. Sangat memukau. Alessandra membuka kaca jendela mobilnya mengharap angin Laut bisa menyentuh wajahnya yang cantik atau menggerai rambutnya yang hitam panjang.
Sekian lama dia pergi dari Bali sampai dia lupa bahasanya, kini Alessandra hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris bahasa sehari-hari dengan neneknya.
Di sepanjang jalan tertata dengan asri taman mungil yang membuat Alessandra berdecak kagum. Sayang jalanan terasa begitu sepi. Bali hampir mirip kota mati.
"Saya di perintahkan untuk mengantar Nona ke Villa D"gullo." suara sopirnya membuat lamunan Alessandra terputus.
"Kenapa tidak ke Mension saja, aku akan sepi di Villa sendirian."
"Nyonya sekarang berada di Villa, keadaan Tuan tidak begitu baik. Mungkin karena pandemi ini."
"Oke..aku akan kesana." sahut Alessandra.
Mobil melaju memasuki jalan menuju ke Ubud, suasana tambah sepi ketika melalui perkampungan. Kenapa Mama harus kesini. pikir Alessandra menghembuskan nafas panjang.
Dari Bandara Ngurah Rai ke Ubud sekitar satu setengah jam karena jalanan sangat lengang. Udara terasa sangat dingin ketika Alessandra membuka kaca jendela, mobil akhirnya masuk ke pekarangan Villa D'gullo, terlihat Mama Lisa sudah berada di teras depan.
"Silahkan turun Nona, Mama anda telah menunggu." kata Pak Made membukakan pintu mobil.
"Trimakasih Paman."
"Mamaa..." teriak Alessandra menghambur kepelukan Nyonya Lisa, Ibu angkatnya.
"Akhirnya Mama bisa memelukmu lagi. Kamu begitu tinggi dan sangat cantik. Kalau tidak ada pandemi mungkin kamu tidak pulang, teganya kamu menyiksa Mamamu....." ucap Mama Lisa memeluk Alessandra dengan erat. Dia sangat kagum melihat kecantikan Alessandra. Di Ponsel dan kenyataan sangat berbeda, walaupun dia sering Video Call.
"Aku tidak bisa libur jadwalku sangat padat." kilah Alessandra tersenyum tipis.
"Berapa tinggimu sayank...mama kelihatan sangat pendek dihadapanmu."
"Seratus tujuh puluh dua dan berat badanku lima puluh lima."
"Kamu kelihatan kurus. Apa dunia model menyuruhmu berdiet keras?" tanya mama Lisa melihat postur tubuh Alessandra yang semampai.
"Jadi model harus diet. Bagaimana keadaan Mama, apa Papa ikut disini?"
"Masuklah ke dalam, Papa ingin bertemu denganmu."
Alessandra mengikuti Mamanya menuju kamar utama. Dia tertegun melihat Papanya tergeletak tak berdaya.
"Papaa.....apa yang terjadi?"
"Papamu mengalami stroke, ini efek dari pandemi, Hotel hampir bangkrut. Dia terlalu banyak berpikir sehingga Deabetnya kumat komplikasi dengan darah tinggi." jelas mamanya.
"Papaa...bicaralah, aku sudah datang seperti harapan Papaa. Kita akan mulai menangani masalah perusahan bersama. Aku sayang Papaa....." bisik Alessandra sambil memegang tangan Papanya.
Tidak ada reaksi sama sekali. Papanya begitu lemah dan kurus. Tidak terasa air mata mengalir. Dia menyesal baru pulang ke Bali.
"Sebelum sakit dia selalu menanyakanmu, dia membuat surat wasiat seolah dia mau meninggalkan kita. Mama sangat sedih karena tidak bisa mengajak dia ke Rumah Sakit. Semua rumah sakit penuh dengan orang yang kena penyakit C'orona."
"Tadi aku baca pengumunan di Bandara, bahwa tidak ada penerbangan lagi, Bandara tutup. Aku merasa Covid 19 ini sangat serius. Kita perlu antisipasi dan menjaga kekebalan tubuh, karena pengakit ini belum ada obatnya." kata Alessandra menghapus sir matanya.
"Mama tidak begitu risau tentang keadaan Hotel kita, seluruh Dunia juga mengalami kebangkrutan. Yang Mama pikirkan keadaan Papamu, semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dokter yang biasanya mengurus Papamu sudah meninggal, Covid 19 ini sangat menakutkan seperti Malaikat maut yang menghantui setiap penduduk."
"Aku tidak tega melihat penderitaan Papa. kenapa Mama mengajak Papa kesini, bukankah lebih baik tetap di Mension. Semoga Papa sehat, jika terjadi sesuatu kita tidak bisa melakukan apapun."
"Mama menghindar dari rumah takut kena Covid, hampir setiap hari ada saja yang menengok Papa, Mama jadi takut. Kalau disini tidak ada yang menengok karena kejauhan."
"Lebih baik kita kembali ke Mension dan mencari Dokter yang mau merawat Papa. Siapa tahu Papa bisa sembuh."
"Besok kita kembali ke Denpasar." sahut Mama menghapus sisa-sisa air matanya.
"Maaf Maa, aku menerima panggilan telepon dulu." kata Alessandra.'
Nyonya Lisa Mahotra cuma mengangguk. Alessandra keluar dari kamar ketika ponselnya terus berbunyi. Ada beberapa panggilan dan DM dari teman-temannya di Colorado. Semua membahas Covid-19 dan efeknya.
"How long have you been in Bali?" (Sampai kapan kamu berada di Bali?). tanya steven teman baiknya yang satu Agency.
"Aku tidak tahu, Papaku sakit keras. Situasi disini juga merisaukan, aku melihat kota sangat sepi." kata Alessandra berusaha tenang.
"Semoga Papamu cepat sembuh dan pandemi ini cepat berlalu dan kita bisa bekerja seperti biasa lagi."
"Thank you, aku akan merindukan kalian semua...." kata Alesandra menutup pembicaraannya.
Semua teman Alessandra mendoakan yang terbaik untuk kesembuhan Gustaf Mahotra Papanya. Malang tidak bisa ditolak mujur tidak bisa diraih. Setelah seminggu berada di Mension Denpasar akhirnya bencana itu datang juga. Pak Gustaf berpulang dengan tenang.
Tidak ada kesan bahwa yang meninggal adalah raja bisnis yang kaya raya. Semua sepi. Pemakamannya mengikuti protokol kesehatan Covid-19. Karangan bunga dan orang melayatpun tidak diperkenankan datang. Semua diselesaikan oleh petugas yang berwenang.
"Seandainya aku lebih awal pulang, Papa pasti belum meninggal, aku menyesal telat pulang." rintih Alessandra dengan airmata terurai. Dia benci dengan situasi ini.
Mamanya hanya diam dengan pikiran yang berkecamuk. Suaminya meninggal karena Stroke, tapi harus dimakamkan memakai protokol kesehatan Covid-19. Air matanya terasa sudah kering.
Dia tahu hari ini akan tiba, tapi dia tetap tidak rela. Keinginan untuk memberikan kemewahan di hari terakhir suaminya tidak tercapai. Suaminya dimakamkan tanpa boleh dihadiri.
Semakin hari Bali terasa semakin sepi. Diberlakukan jam malam. Hotel, Toko, Mall semua tutup.
"Mama mengharap mulai sekarang kamu menetap di Bali. Bantu Mama meneruskan usaha Papa, kita mulai dari bawah. Banyak yang harus dikerjakan, terutama pemangkasan anggaran dan pengurangan pegawai." kata Mamanya ketika mereka duduk santai di ruang keluarga.
Alessandra memandang mamanya yang kelihatan sudah semakin tua.
"Aku berjanji akan melakukan semuanya. Efek pandemi ini membuat aku semakin menyadari arti hidup yang sebenarnya. Semua kesombongan dan rasa arogan lenyap digerus oleh Virus yang kita tidak tahu wujudnya. Contohnya Papa, orang kaya raya, sedikit sombong dan Arogan. Tidak ada yang kurang pada dirinya, tapi kematiannya begitu menyedihkan, tidak ada satupun yang mengantarnya." kata Alessandra memandang jauh ke depan.
"Mama sependapat denganmu. Manusia kalah melawan virus itu." guman Nyonya Lisa Mahotra hampir tidak terdengar.
Rumah besar ini begitu sepi, hanya ada dua pembantu yang masih bertahan yang lain pulang kampung dengan alasan takut tertular virus. Alessandra tidak bisa menuntut makanan sesuai ketentuan ahli gizi. Dia makan apa adanya.
Kematian Gustaf Mahotra pangkal dari kemelut yang akan membuat perubahan hidup Alessandra selanjutnya.
****
Jangan lupa like, comment, favorit dan gift supaya penulis rajin up.... TRIMAKASIH.
ALESSANDRA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
rahmalia👑EP©🗡️ଓε🍷
penyakit yang membuat semua kesusahan
2022-05-30
6
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
wo alesandra tinggi..visual nya cantik
2022-05-30
5
ℛᵉˣ🍾⃝ɴͩᴀᷞᴜͧғᷠᴀᷧʟ𝔤ᷧᵑʲᵢᷞˢ⍣⃟ₛ
pandemi covid-19 memang menyisakan duka yg mendalam namun juga mengajarkan pd kita tentang banyak hal
2022-05-30
3