Tyo sudah tidak dapat menahan kerinduannya dengan Hana. Selama sebulan ini istrinya susah dihubungi. Shirey ayah kangen, biasanya setiap malam bisa video call. Tapi sekarang sudah jarang, paling lima menit bundanya sudah tertidur karena kelelahan.
Maafin ayah Sayang, tidak bisa menemani bunda setiap hari sehingga Shirey juga kehilangan ayah dan bunda seperti ini.
"Assalamualaikum Bu," Tyo menelpon ibu karena Hana tidak menjawab telponnya, hatinya sangat rindu pada anak dan istrinya.
"Wa'alaikumsalam, ada apa Tyo?" Jawab ibu dari seberang telepon.
"Bu, Hana ada?" Ibu selalu paham kalau aku menanyakan Hana. Ibu pasti curiga kalau Tyo menelpon ibu, pasti hubungan mereka sedang bermasalah.
"Sebentar, Ibu cari ke kamar dulu." Tyo mengiyakan, menunggu beberapa saat sampai terdengar suara teriakan ibu memanggil istrinya.
"Hanaa...!"
"Iya Bu, kenapa?" Ah, suara itu sangat Tyo rindukan sekarang.
"Telpon Tyo sekarang yaa." Perintah ibu pada Hana
"Iya Bu."
Setelah ibu mematikan telpon, Hana langsung menelponnya. Istrinya itu sangat penurut, tidak pernah membantah perkataan ibunya.
"Sayang, Shirey mana?" Tanya Tyo, dia sangat merindukan kedua bidadarinya itu.
"Sudah tidur mas."
"Hana belum tidur?" Ada rasa kecewa saat mengetahui putrinya sudah tidur. Dia tidak bisa mendengar celotehan menggemaskan dari Shirey.
"Belum, ada apa mas?" Jawab Hana singkat
"Mas kangen Hana..!"
"Mas aku cape banget hari ini."
Boom, rasa rindu Tyo seperti tidak ada artinya untuk Hana. Padahal dia sudah susah payah untuk menahan rindunya.
"Sayang, kasih waktu Mas dong buat menghilangkan kangen."
"Iya, ngomong aja aku dengerin."
Hana begitu dingin sekarang, dulu dia sangat manja. Sekarang kata-kata manja itu tidak pernah terdengar lagi. Bagaimana Tyo bisa bertahan seperti ini. Haruskah dia juga sepertinya mencari kesenangan di luar.
Hey kenapa masih melamun?" Faris datang bersama Nadia menghampirinya. Saat Tyo menatap ponsel yang masih menyala, tapi sambungan telponnya sudah terputus.
"Habis nelpon Hana," jawab Tyo singkat.
"Nad temenin dia ngopi di depan sana ya, selesai nanti aku susul," kata Faris yang tau Tyo tidak bisa olahraga sekarang.
"Mas, lagi sedih ya?" tanya Nadia padanya. Mereka sekarang berada di sebuah cafe sambil menunggu Faris selesai ngegym.
"Nad aku harus apa saat seperti ini. Dia seakan berjarak denganku?" Tyo mengungkapkan kegelisahannya, Nadia yang mengerti posisinya sekarang. Awalnya dia tidak ingin menceritakan masalah keluarganya pada Nadia. Tapi sekarang sepertinya Tyo butuh gadis itu.
"Mas sabar ya, kalau mau majukan aja cutinya nanti aku uruskan." Nadia paham dengan kerinduan yang Tyo rasakan. Meskipun hatinya nyeri melihat orang yang disukainya sangat mencintai sang istri.
"Meskipun aku ada disana dia tetap seperti ini Nad."
"Minum dulu Mas." Nadia memberikan segelas kopi yang baru diantar waitress. "Mas sabar ya, mungkin mbak Hana kecapean menemani Shirey."
Andai Nadia yang bertemu dengan Tyo lebih dulu. Dia tidak akan menyia-nyiakan Tyo seperti ini. Sangat rugi istrinya membuat Tyo begini, lelaki yang begitu penyayang. Mana mungkin Nadia bisa merebut hati Tyo dari sang istri.
Setiap kali mendengarkan Tyo menceritakan tentang istrinya Nadia hanya bisa memelas bibir. Ada rasa yang membakar dalam dada. Namun yang dihadapannya sekarang ini adalah suami orang.
Hebat memang perempuan itu instingnya begitu kuat, sehingga tau siapa yang sedang bersama dengan suaminya. Membuatnya tidak bisa memaafkan. Lelaki itu memang tidak mencintainya. Nadialah yang mencintainya. Nadia masih menatap lelaki yang sedang murung dihadapannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments