"Apa yang bisa membuat Hana seperti dulu lagi, apa Hana sudah bosan bersama Mas?" Nada sendu terdengar begitu memilukan di telingaku.
"Maafin aku Mas." Kata penyesalan itulah yang bisa aku ucapkan saat ini.
"Cinta, tidak salah." Mas Tyo memegang kedua tanganku dan menatap dengan mesra. "Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Semua ini terjadi karena Hana terlalu lelah saja."
"Mas jangan berhenti kerja ya, aku bisa jaga Shirey di sini." Ibu bilang aku harus bersikap dewasakan, baiklah seorang Raihana akan belajar menjadi perempuan dewasa sekarang.
"Hana mau apa Sayang?"
"Aku boleh kerja lagi Mas?" pintaku padanya, mana mungkin dia mau menuruti permintaanku kali ini.
"Cinta, kita selama ini tidak ada kekurangan apapun, semua sudah cukup. Jadi Hana gak perlu bekerja."
"Aku bosan di rumah Mas, perlu teman."
"Siapa yang jaga Shirey, Sayang, dia perlu bundanya setiap saat. Seperti bunda perlu ayah. Jika sekarang bunda dan ayah tidak bisa bersama setiap saat, tolong jangan jadikan Shirey yang harus menerima semua ini Sayang."
Apa yang dikatakan mas Tyo benar, karena aku tidak bisa bersamanya setiap saat, aku ingin mencari kebahagiaan di luar dan meninggalkan Shirey.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Mas?"
"Tidak ada Sayang." Mas Tyo mengeratkan pelukannya ditubuhku, "Kamu hanya sedang perlu Mas di sini, jauh dari Mas membuatmu jadi seperti ini." Dia menciumi kepalaku berkali-kali, ya Allah kembalikan hatiku seperti dulu lagi.
"Aku tidak tau apa yang membuatku jadi tidak bisa tenang lagi saat berada dipelukanmu Mas." Aku mengucapkan apa yang kurasakan. Aku jujur dengan kebimbangan hati sendiri.
"Sayang, hatimu terlalu rindu jadi sampai seperti ini."
"Aku harus bagaimana Mas?" tanyaku padanya agar aku tidak bertindak salah lagi.
"Tetap di sini sayang, Mas akan mengobati kerinduanmu."
"Aku tidak bermaksud mengabaikanmu Mas." Aku lemas mengatakan semua itu. Kejujuranku ini akan membuatnya sakit. Tapi jika aku terus diam dia juga akan tersakiti.
"Mas paham Sayang, jangan merasa bersalah ya." Sudah kubilang mas Tyo adalah sosok yang paling pengertian. Aku yang sudah memperlakukannya sejahat ini saja, dia masih bisa membalas dengan lembut setiap ucapanku.
"Aku boleh kerja ya Mas," mohonku pada mas Tyo lagi.
"Mas pikir dulu ya Sayang."
Sebelum kembali ke Balikpapan akhirnya mas Tyo mengijinkanku untuk kembali bekerja. Dia tidak dapat menolak, karena aku terus merengek padanya. Dia juga meyakinkan ibu dan ayah agar aku bisa bekerja lagi.
Seperti biasa mas Tyo yang mengurus semua keperluanku. Mudah saja untuknya mencarikanku pekerjaan. Dia memang suami yang bisa diandalkan. Hanya aku saja istri yang tidak tau diri.
***
Di sudut ruangannya Arityo Anggara sedang merindukan istrinya Raihana. Juga gadis mungil yang bisa menghilangkan segala lelahnya Shirey Zalina.
Sekarang susah untuknya bisa berlama-lama berbicara dengan mereka. Sedang apa mereka sekarang, putrinya bermain apa saat ini. Bundanya pasti tidak bisa menemaninya bermain lagi. Pasti dia sedang kesepian karena tidak ada ayah dan bunda disampingnya.
"Kenapa Yo, lagi stres ya..? Suara Faris mengagetkan Tio yang sedang memikirkan anak dan istrinya.
"Kapan kamu masuk Ris?" Tio menyandarkan kepala ke kursi, tapi pikirannya masih jauh melayang pada anak dan istrinya.
"Dari tadi, dipanggil-panggi gak ada jawaban. Lagi ada masalah?" Faris yang paling tau masalahnya dari jaman kuliah dulu.
"Lagi kangen Hana aja."
"Kenapa gak ditelpon, kok jadi ribet banget."
"Gak diangkat dia lagi sibuk kerja. Malam dia kecapean menemani Shirey." Jawab Tyo dengan netra yang terpejam.
"Apa yang sudah terjadi sampai kamu menginjinkannya kerja lagi?" Faris tidak pernah berbasa-basi, dia selalu menanyakan inti permasalahan.
"Dia bosan di rumah, karena aku gak bisa menemaninya." Sahut Tyo, menyesali keputusannya mengijinkan Hana bekerja.
"Perempuan memang susah untuk dimengerti, kita ada kerjaannya ngomel-ngomel, jauh salah juga," ujar Faris sambil tertawa.
"Sejak cemburu dengan Nadia dia berubah jadi dingin dan cuek." Tyo hanya bisa bercerita dengan Faris ketika ada masalah seperti ini. Dengan Aji tidak mungkin, karena itu akan menyudutkan Hana. Aji kakak ipar Hana, suami dari kakaknya Raina.
"Kalau sudah begitu susah bro, pantes aja dia sampai mau kerja lagi. Mencari kesenangan di luar...!"
Tyo terdiam mendengar perkataan Faris yang benar. Karena dia tidak ada Hana mencari kesenangan di luar.
"Mau ikut ngegym malam ini biar otakmu gak tegang," ajak Faris pada Tyo.
"Oke." Tyo mengiyakan dari pada bosan di rumah. Hana juga tidak susah diajak ngobrol kalau malam.
"Kutinggal ya, Nadia sudah nungguin mau masuk." Faris menunjuk ke arah pintu.
"Mas, ini kopi diminum dulu biar rileks dan ini file yang diminta pagi tadi."
Nadia yang baru masuk membawakannya segelas kopi. Gadis itu selalu memberikan perhatian lebih padanya. Wajar jika Hana sangat cemburu dengan Nadia.
"Makasih Nad, duduk dulu."
"Kenapa Mas, ada masalah proyek atau keluarga?" ujar Nadia to the point.
"Lagi kangen Hana Nad, mau di sini menemani sambil aku cek file yang tadi." Tyo tau gadis itu menginginkannya sejak dulu.
"Oke, mbak Hana masih cemburu Mas?" Tanya Nadia padanya.
"Iya Nad, dia sudah hilang kepercayaan denganku." Nadia tau masalahnya dengan Hana sejak gadis itu mengangkat telpon istrinya.
"Maaf ya Mas, gara-gara aku jadi seperti ini." Ucap Nadia dengan nada penyesalan.
"Bukan salahmu Nad, malam ini mau ikut ngegym bareng Faris." Tyo mengalihkan pembicaraan, agar tidak tambah panjang. Dia malas membahas masalah keluarganya terlalu jauh, apalagi dengan seorang perempuan.
"Boleh."
"Nanti aku jemput ya?"
"Iya Mas."
"Revisi yang ini aja sedikit Nad, yang lain sudah oke semua."
"Baik, langsung aku perbaiki." Nadia membawa berkasnya kembali meninggalkan ruangan Tyo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yulia Orif
tyo, jaga hati jaga diri, ntar hananya berprasangka lagi
2022-01-13
0
Iyana Computer
kok sepi ya komentar ya.. semangat
2022-01-02
1