Elena duduk di sisi ranjangnya. Ia menatap langit_langit kamarnya lalu menghembuskan nafasnya kasar. Ia masih terngiang_ngiang akan ucapan Sindy saat di kampus tadi. Sindy mengatakan jika Deon berencana untuk menembaknya, Sindy juga mengatakan jika Deon sudah mengatur tempat yang romantis untuknya. Bahkan Deon sudah membeli sebuah hadiah sebagai bukti bahwa dia benar_benar tulus mencintai dirinya.
"Apakah yang di ucapkan Sindy benar?"Elena bertanya sendiri sambil tersenyum seperti orang gila. " Argh kenapa aku jadi deg_degan begini?"Elena merasakan detak jantungnya semakin berpacu dengan sangat cepat. Bahkan ia merasakan wajahnya memanas ketika dirinya membayangkan wajah tampan Deon cinta pertamanya."Ini gila. Kenapa pula wajahku terasa panas? Apa karena Deon adalah cinta pertamaku?"Elena menepuk_nepuk wajahnya, ia berusaha untuk menstabilkan detak jantung dan juga perasaannya yang seakan_akan kian meledak."Sadar, Elena. Sadar. Normalkan detak jantungmu sebelum benar_benar meledak."
Elena menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, entah mengapa ucapan Sindy itu terus menghantui kepalanya, bahkan ucapan Sindy membuat Elena merasa sangat bahagia. "Sepertinya aku harus mendinginkan pikiranku dulu."Elena bangkit dari tempat tidurnya, ia hendak berjalan, namun suara ponsel menghentikan niatnya.
Elena meraih ponsel yang berada di atas tempat tidurnya, ia tersenyum ketika melihat nama panggilan dari Deon."Deon, untuk apa dia menghubungiku?"Gumam Elena, lalu menggeser tombol berwarna hijau.
"Ada apa, Deon?"Tanya Elena lembut membuat Deon tersenyum dari seberang telpon sana.
"Apa aku mengganggumu, Elen?"Deon berbalik nanya, suaranya terdengar begitu lembut dan menggoda.
"Ah, tidak kok."Jawab Elena sedikit gugup.
"Ah syukurlah kalau begitu."Ucap Deon tanpa mengubah nada bicarany yang lembut."Elen, apa besok malam kamu punya waktu?"
"Tentu."Jawab Elena cepat membuat Deon lagi_lagi terkekeh pelan dari seberang telpon sana."Astaga, ini sangat memalukan. Kenapa aku harus menjawab secepat itu sih."Batin Elena kesal.
"Baguslah. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, apakah kamu mau?"
"Ya, aku mau."
"Yes..."Deon kegirangan membuat Elena terkeheh pelan."Eh sorry, Elen. Aku terlalu bahagia."Ucap Deon merutuki kebodohannya.
"Tidak apa_apa, kok."
"Yasudah kalau begitu sampai bertemu besok malam."
"Hmm sampai bertemu besok malam."
Elena langsung memutuskan sambungannya, ia kembali menaruh ponselnya di atas tempat tidur. "Alasan apa yang harus aku berikan kepada uncle? Uncle pasti tidak akan membiarkanku pergi."Elena menghembuskan nafasnya kasar. Ia harus memberikan alasan yang tepat supaya Dav mau memberikan izin untuknya keluar besok malam."Ah sudahlah, lebih baik, aku mandi dulu."Elena melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
***
Malam ini Dav terpaksa mengantar Alisha pulang ke apartemennya. Sebenarnya ia sudah meminta Sam untuk mengantarkan kekasihnya pulang, akan tetapi Alisha tetap kekeh ingin Dav yang mengantarnya pulang. Dav yang sudah lelah pun akhirnya menuruti ke inginan Alisha.
Sepanjang perjalanan, Dav hanya diam membisu, ia tidak mendengarkan cerita Alisha yang seperti jalan tol. Dav hanya ingin segera pulang, ia ingin segera bertemu dengan Elena gadis yang selalu menghantui pikirannya.
"Sayang, kamu dengerin aku gak sih?"Alisha mengercutkan bibirnya kesal, ocehannya sama sekali tidak di gubris oleh kekasihnya."Kamu sedang mikirin apasih? Kenapa dari tadi kamu diam saja, Dav?"Tanya Alisha menatap dalam Dav kekasih yang paling di cintainya itu.
"Aku hanya lelah saja, Alisha. Kamu tahu pekerjaanku sangat menumpuk."Jawab Dav melirik sekilas Alisha."Jadi berhentilah untuk mengoceh hal yang tidak penting."Sambungnya membuat Alisha menekuk wajahnya.
"Sebenarnya apa yang sudah membuatmu berubah, Dav? Mengapa aku merasa jika kamu sangat berbeda? Apakah sudah ada wanita lain di dalam hatimu, Dav?"Batin Alisha sambil menatap Dav dari samping. Hatinya sangat sakit saat Dav tidak menggubris ucapannya. Padahal Alisha menceritakan kehidupannya ketika dirinya berada di luar negeri. Namun justru Dav mengatakan jika Alisha hanya mengoceh hal yang tidak penting. Sungguh membuat hati Alisha terasa sakit, bahkan sangat sakit.
"Sudah sampai."Ucap Dav datar.
"Kamu tidak mampir dulu, Dav?"
"Tidak, Alisha. Aku sangat lelah. Lain kali saja."Jawab Dav membuat Alisha tersenyum menutupi rasa sedihnya.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih sudah mengantarku, Dav."Alisha meraih pintu mobil, bahkan Dav tidak ingin membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu sangat berubah, Dav. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan membuatmu kembali mencintaiku seperti dulu lagi, Dav."Batin Alisha."Hati_hati ya."Ucapnya ketika ia sudah mendaratkan kakinya di bumi.
"Hmmm. Kalau begitu aku pergi dulu, selamat istirahat."Ucap Dav sedikit lembut. Dav sadar jika sikapnya sudah sangat keterlaluan, tetapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri, jika di dalam hatinya nama Alisha sudah tidak ada lagi, di gantikan dengan nama Elena.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
akamu itu terlalu polos Elena, coba lah cerdak dikit, tuh kabur aka lewat jendela dan tembok..🤣🤣😜😜
2023-07-20
0
Umi Yarti
aku suka , no koment , mksh
2022-10-07
0
Rice Btamban
lanjut
2022-05-09
0