Dav kembali melakukan aktifitasnya. Ia kembali memeriksa email yang dikirimkan langsung oleh beberapa klien pentingnya. Sementara Elena sudah berganti baju dan siap berangkat menuju pesta temannya.
Elena menghampiri Dav untuk berpamitan."Uncle. Aku berangkat ya."Ucapnya sambil menyodorkan tangannya ke hadapan Dav.
Dav menghentikan akitfitasnya. Ia menatap tangan mungil Elena yang mengambang di udara, Dav bersedikap tanpa mau membalas uluran tangan mungil itu, ia menatap tajam wajah cantik Elena yang masih memakai make up."Kenapa kamu tidak menghapus make up di wajahmu?"Tanya Dav tak suka jika Elena tampil cantik."Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menghapus make up mu, itu."Sambungnya menatap tajam Elena yang tengah menatapnya kesal.
"Astaga, uncle. Aku tidak ada waktu untuk menghapus make up ku."Jawab Elena kesal."Ini sudah terlambat, aku pergi dulu."Dengan cepat Elena meraih paksa tangan Dav yang masih setia berada di dada bidangnya. "Uncle jangan terlalu mengaturku. Aku sudah besar."Elena kembali berkata sebelum ia benar_benar pergi meninggalkan Dav yang sudah siap dengan kata_kata mutiaranya.
"Sial. Kenapa dia tidak mendengar ucapanku?"Dav mengusap wajahnya kasar, moodnya seketika hancur karena Elena tidak mematuhi perintahnya."Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkannya pergi tanpa pengawasanku."Dav beranjak dari tempat duduknya, ia terlebih dahulu mematikan layar komputernya, lalu bergegas melangkahkan kakinya menuju halaman depan rumahnya.
"Elen, tunggu."Suara Dav masuk ke gendang telinga Elena.
Bukannya berhenti, tetapi Elena justru langsung masuk ke dalam mobil dan menyuruh sang sopir untuk segera berangkat."Berangkat, pak."
"Ah, tapi non..."
"Saya sudah terlambat, pak. Cepetan berangkat."Perintah Elena dengan sorot matanya yang tajam membuat si pak sopir langsung melajukan kendaraannya.
"Ah dasar gadis nakal. Kamu semakin hari semakin berani mengabaikan ku."Dengus Dav sambil menatap kepergian mobil yang membawa serta Elena."Tunggu hukumanku Elen."Imbuhnya kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediamannya.
***
Dav duduk di kursi dekat jendela kamarnya, pikirannya saat ini sangatlah kacau. Gadis kecil yang ia rawat selama lima tahun, akhir_akhir ini selalu mengganggu pikirannya. Rasa takut kehilangan gadis kecil itu tiba_tiba muncul dalam benaknya. Dav tidak ingin kehilangan Elena, Dav tidak ingin jika Elena jatuh cinta kepada laki_laki lain. Dav hanya ingin Elena tinggal bersama dirinya untuk selama_lamanya.
"Ternyata sudah lima tahun aku merawatmu, Elen. Kamu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, dan kamu mampu membuatku gila, Elen."Dav menyalakan sebatang rokok yang ada di tangannya, lalu menghisapnya secara perlahan."Sudah jam setengah sepuluh! Kenapa dia belum pulang juga?"Dav menghembuskan nafasnya kasar, ia beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju nakas dimana ia menyimpan ponselnya.
Dav meraih benda pipih itu, lalu segera menghubungi Elena. Namun nomor Elena sedang tidak aktif sehingga membuat Dav murka dan langsung menghubungi pengawal yang selalu menjaga keselamatan Elena.
"Katakan. Di mana Elena?" Tanyanya dingin membuat si pengawal meneguk salivanya kasar.
"Nona Elena masih berada di pesta ulang tahun temannya, bos."
"Suruh dia pulang sekarang, kalau dia tidak mau, bilang saja aku akan datang dan mengacaukan pesta temannya itu. Mengerti."Perintah Dav masih dengan nada dinginnya.
Tanpa menunggu jawaban dari si pengawal, Dav langsung memutuskan sambungannya. Ia kembali menaruh ponselnya di atas nakas."Benar_benar gadis pembangkang."Gumamnya sambil berjalan menuju pintu kamar mandi.
***
Setelah mendapat perintah dari sang bos, si pengawal itupun segera menghampiri Elena yang terlihat masih asyik mengobrol dengan teman_temannya.
"Nona, sudah waktunya pulang."Ucapnya sopan namun mengisyaratkan Elena untuk segera pulang.
"Sebentar lagi, pak. Baru jam setengah sepuluh."Elena menyahut kesal, ia sudah yakin ini pasti perintah dari unclenya. "Huh, padahal aku sudah senang karena tidak melihat si pengawal ini, dasar uncle nyebelin. Kenapa sih selalu saja menyuruh si pengawal ini untuk mengawasiku?"Batin Elena sambil menatap kesal si pengawal yang tidak punya salah.
"Nona, jika nona tidak pulang, maka tuan Dav..."
"Ok, aku akan pulang. Puas."Elena menyela ucapan si pengawal dengan cepat, ia sudah dapat menebak apa yang akan di ucapkan oleh si pengawal tersebut. "Sin, aku pulang dulu ya, sekali lagi selamat ulang tahun." Ucapnya kepada temannya Sindy yang saat ini sedang berulang tahun.
"Huh, padahal belum jam sepuluh, tapi sudah mau pulang aja."Jawab Sindy sedikit kecewa, namun ia juga tidak bisa berbuat apa_apa."Ekhmm.. Padahal Deon sudah di perjalanan, loh."Bisiknya membuat Elena bersemu merah.
Sindy tau jika Elena menyukai sepupunya yang bernama Deon, begitu pula dengan Deon. Namun karena Dav si uncle yang selalu menjauhkan mereka berdua, alhasil sampai saat ini Deon masih belum mengungkapkan perasaannya kepada Elena.
"Sssst... Jangan sampai ucapan kamu terdengar ke telinga si pengawal rese itu, Sin."Ucap Elena sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir Sindy.
"Akukan bisikkin kamu, El. Mana mungkin dia mendengar bisikkanku, kecuali dia punya pendengaran yang tajam."
"Sudahlah, aku harus segera pulang sebelum uncle Dav datang dan membuat kekacauan di pestamu."Elena menyudahi pembicaraannya, ia segera berbalik dan berniat untuk melangkahkan kakinya.
"Elen..."Suara lembut nan merdu itu terdengar di telinga Elena. Jantung Elena langsung berdegup dengan sangat cepat, suara itu adalah suara yang ia rindukan selama beberapa Minggu ini."Elen, apa kamu tidak menyambut kepulangan ku?"Tanyanya lembut, membuat Elena tidak dapat menggerakkan kedua kakinya."Elen aku sangat merindukanmu."Batin laki_laki itu, yang tak lain adalah Deon.
Elena menatap si pengawal, tatapannya memohon untuk memberinya waktu walau hanya sebentar saja, si pengawal yang merasa sedikit kasihan pun mengangguk pelan."Lima menit, nona. Saya tunggu di luar."Ucap si pengawal tanpa expresi di wajahnya.
Elena tersenyum, walaupun hanya lima menit, tapi itu sudah cukup bagi Elena jika di bandingkan dengan tidak sama sekali. Elena langsung berbalik, ia menatap sosok laki_laki tampan yang memperlihatkan senyuman di wajahnya. Senyuman yang selalu Elena rindukan selama ini, jika bukan karena Dav, mungkin Elena sudah menjalin hubungan dengan Deon, cinta pertamanya.
"Elen, aku sangat merindukanmu."Deon berjalan menghampiri Elena, ia tidak memperdulikan dengan para mata yang menyaksikan drama bak pasangan kekasih yang sudah lama terpisahkan.
"Aku juga merindukanmu, Deon."Batin Elena sambil menatap Deon yang sudah berada di hadapannya."Ekhmm. Bagaimana kabarmu?"
"Aku tidak baik_baik saja, Elen. Kamu tahu selama beberapa Minggu ini aku selalu memikirkanmu."Jawab Deon jujur. Ia memang sangat merindukan Elena, walaupun Elena bukan kekasihnya tetapi Deon selalu menganggap Elena sebagai kekasih hatinya.
Wajah Elena kembali bersemu merah, ucapan Deon ini sungguh membuat dirinya salah tingkah."Jangan becanda, aku tidak sepenting itu untuk kamu pikirkan."Ucap Elena berusaha menutupi kegugupannya.
"Aku serius, Elen."Deon menggenggam kedua tangan Elena, sungguh ia ingin memeluk gadis yang selama ini ia rindukan. Sindy dan juga yang lainnya hanya diam dan menonton drama yang di perankan oleh Deon dan juga Elena. Mereka tidak ingin mengganggu dua sejoli itu."Aku tidak pernah becanda dengan perasaanku sendiri, Elen." Kali ini Deon akan mengungkapkan isi hatinya. Ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia juga tidak perduli dengan ancaman Dav yang akan membuat perusahaannya bangkrut jika dirinya bersih kukuh untuk mendekati Elena.
"Elen...."
"Nona, sudah saatnya pulang. Nona tahu bukan jika tuan Dav sudah marah, apapun akan terjadi."Pengawal sialan itu tiba_tiba datang dan merusak rencana Deon untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Elena. Sindy dan yang lainnya pun harus mendengus kesal karena tidak dapat melihat drama yang akan di pertontonkan oleh Deon selanjutnya.
"Maafkan aku, Deon. Aku harus segera pulang."Elena langsung melepaskan kedua tangannya dari genggaman Deon, membuat Deon harus mengepalkan kedua tangannya erat. Deon sudah bertekad untuk mengungkapkan isi hatinya, namun semuanya gagal karena si pengawal sialan itu.
"Elen, beri aku waktu lima menit."Deon menatap Elena berharap agar Elena mau memberinya waktu, namun si pengawal sialan itu sudah terlebih dahulu membuka mulutnya sebelum Elena menjawab ucapan Deon.
"Maaf tuan Deon. Sepertinya nona Elena harus segera pulang. Saya harap anda tidak menahannya barang sedetikpun." Ucap si pengawal dingin tanpa expresi.
"Lain kali kita bicara lagi, Deon."Elena langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Deon.
"Elena, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu."Deon membatin sambil menatap kepergian Elena yang kini sudah menghilang di balik pintu.
Elena menghentikan langkah kakinya, kemudian ia berbalik dan menatap si pengawal yang menurutnya sangat menyebalkan."Aku harap kejadian malam ini tidak sampai ke telinga uncle."Ucapnya dingin. Sungguh Elena sangat tidak suka dengan kehadiran si pengawal itu.
"Ini yang terakhir kali nona berhubungan dengan laki_laki itu, maka saya akan merahasiakan kejadian malam supaya tidak sampai ke telinga tuan Dav."
"Kau.... Sangat menyebalkan sama seperti tuanmu."Geram Elena."Kau tidak berhak ikut campur urusanku. Urusin urusanmu sendiri."
"Urusan saya adalah mengawasi nona, selain melindungi nona, saya juga harus menjauhkan nona dari berbagai macam pria buaya di luaran sana, itu perintah tuan Dav, nona."
Elena tidak lagi membalas ucapan si pengawal itu, Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan meminta sang sopir untuk segera melajukan kendaraannya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Deon harus dtg lambat?? udah tau Sindy mengadakan pesta,Kan itu kesempatan kamu utk ketemu sama Elena,,
2023-07-20
0
Qaisaa Nazarudin
Bocil itu sekarang udah gede Van,kamu udah gak bisa ngatur2 nya kelewatan batas gitu, makanya dia berontak,,
2023-07-20
0
chaaa
posesif bgt Uncle..jatuh cinta yaa 🤭
2023-01-19
0