Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam, Elena baru saja tiba, ia langsung masuk dengan cara mengendap_endap layaknya seorang maling. "Ah sepertinya uncle Dav sudah tidur. Syukurlah."Ucapnya pelan ketika ia tidak melihat keberadaan Dav di ruang keluarga. Elena kembali berjalan dengan normal, hatinya merasa lega karena Dav menurutnya sudah tidur.
"Apa kamu sudah puas, bermain dengan teman_temanmu itu."Suara dingin Dav tiba_tiba terdengar di gendang telinga Elena. Seketika langkah kaki Elena terhenti, jantungnya serasa meloncat karena terkejut. "Elen, beraninya kamu mengabaikan ucapanku."Dav berjalan menghampiri Elena, aura yang begitu mendominasi membuat Elena harus menahan nafasnya sesaat sebelum ia berucap.
"Uncle belum tidur?"Tanya Elena berusaha menutupi rasa gugupnya karena mendapat tatapan tajam dari Dav.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Elen. Aku paling tidak suka dengan orang yang tidak mendengarkan ucapanku."Dav bersedikap, tatapan matanya semakin tajam membuat Elena mundur satu langkah."Kau takut denganku hmmm."Dav berjalan satu langkah, membuat Elena kembali mundur ke belakang.
"Aku tidak takut, uncle. Hanya saja, aku sangat lelah dan butuh istirahat. Biarkan aku istirahat ya, Uncle."
"Ingin menghindari ku hmm." Dav mencengkram kuat lengan Elena, sungguh ia tidak dapat menahan emosinya ketika ia mendengar kabar bahwa Deon sudah kembali dan mendekati Elena."Elen, ingat ucapanku. Kamu tidak di perbolehkan untuk berhubungan dengan siapapun. Apa kamu mengerti."
"Uncle, aku sudah besar, aku berhak memiliki kehidupanku sendiri. Jadi aku mohon jangan campuri urusan pribadiku."
"Aku berhak mencampuri urusanmu, Elen. Dan kamu tidak di perbolehkan memiliki hubungan dengan siapapun termasuk Deon. Mengerti."Tegas Dav tanpa melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Elena."Jika kamu berani membantah ucapanku, akan aku pastikan Deon lenyap dari muka bumi ini. Mengerti."Dav melepaskan cengkraman tangannya, kemudian ia pergi meninggalkan Elena yang tengah menatapnya penuh amarah.
"Sebenarnya apa yang uncle inginkan dariku? Mengapa uncle mengekangku sampai seperti ini? Aku juga butuh kebebasan, uncle. Aku juga ingin seperti teman_temanku pergi tanpa pengawal, bebas berhubungan dengan siapapun tanpa ada yang melarangnya."Ucap Elena membuat langkah kaki Dav terhenti.
"Elen, kamu tidak akan pernah hidup bebas seperti teman_temanmu itu. Kamu adalah Elena putri satu_satunya Sentra yang harus ku jaga sepenuh hati. Apa kamu mengerti."Jawab Dav tanpa menatap Elena. Dav kembali melangkahkan kakinya, ucapan Elena mampu membuatnya marah, bahkan sangat marah. Bagaimana tidak, Elena menginginkan kebebasan, yang tidak mungkin Dav berikan.
***
Dav sudah duduk di kursi kebesarannya, di sampingnya berdiri Sam asisten sekaligus orang kepercayaannya di dunia hitam. Dav sedang memeriksa berkas_berkas yang di berikan oleh Sam, kemudian Dav langsung membubuhkan tanda tangannya di berkas_berkas tersebut lalu memberikannya kepada Sam.
"Bagaimana perkembangan proyek kita yang ada di kota M? Apa sudah ada kemajuan?"Tanya Dav dengan tangan bersedikap menatap lurus ke depan.
"Sudah, bos. Semuanya berjalan lancar, orang_orang yang menggelapkan dana sudah di berhentikan dan di kirim ke penjara bawah tanah."
"Kerja bagus. Kau memang sangat bisa di andalkan, Sam. Bonus bulan ini akan ku tambahkan menjadi dua kali lipat."Ucap Dav tanpa menatap sang asisten.
"Terima kasih, bos."Sam sangat bahagia ketika mendengar bonusnya di tambah menjadi dua kali lipat, ia bersorak riang dalam hati."Yes, bonus tambahan. Yes, yes." Teriaknya dalam hati. "Ada lagi, bos?"
"Tidak ada, kau keluarlah."Perintah Dav datar.
"Kalau begitu, saya permisi dulu, bos."
"Hmm." Dav hanya berdehem pelan, Sam pun langsung bergegas melangkahkan kakinya keluar dari ruangan bosnya tersebut.
Dav kembali melakukan pekerjaannya, namun ketika dirinya hendak membuka email dari kliennya, tiba_tiba saja ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang.
Dav menatap layar ponselnya, lalu ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau."Aku sedang bekerja, Sha. Jika tidak ada hal penting kamu jangan menghubungiku."Ucapnya datar.
"Sayang, aku sangat merindukanmu, aku sekarang sudah berada di bandara."Jawab si penelpon yang tak lain adalah Alisha kekasih Dav yang sudah setahun berada di luar negeri. "Kami jemput aku, ya."Pinta Alisha manja.
"Aku sedang sibuk, Alisha. Aku suruh Sam untuk menjemputmu. Ok."Ucap Dav sedikit lembut.
"Hmm baiklah, terserah kamu."
"Yasudah aku tutup dulu telponnya."Dav langsung menggeser tombol berwarna merah, lalu ia segera menghubungi Sam dan memerintahkan Sam untuk menjemput kekasihnya di bandara. Setelah selesai, Dav kembali menaruh benda pipih itu di atas meja kerjanya.
Dav memejamkan kedua bola matanya, kekasihnya kembali harusnya ia merasa bahagia, namun entah mengapa ia tidak merasa bahagia sama sekali. Dav justru tidak menginginkan kehadiran Alisha yang sudah menjadi kekasihnya selama lima tahun.
"Alisha. Setelah satu tahun kamu baru kembali."Dav mengusap wajahnya kasar, lalu melepaskan jasnya yang sedari tadi nempel di tubuhnya." Elena, mengapa wajah gadis kecil itu selalu menghantuiku? Apa aku sudah jatuh cinta dengan gadis kecil itu? Argh sial. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun untuk memilikinya, Elena hanya milikku, apapun caranya, aku akan membuatnya tetap tinggal bersamaku. Persetan dengan Alisha. Aku sudah tidak lagi mencintainya."
Setelah bergelut dengan pikirannya, Dav pun kembali melakukan pekerjaannya yang tertunda, meskipun bayangan Elena selalu memenuhi isi kepalanya, namun Dav tetap berusaha untuk fokus dengan pekerjaan yang ada di hadapannya.
Sementara itu di sisi lain, terlihat Elena sedang menampilkan wajah kesalnya. Hari ini ia pergi ke kampus dengan dua bodyguard yang setia mendampinginya. Jika hari biasanya, bodyguard itu akan selalu mengawasinya dari jarak yang cukup jauh, namun berbeda dengan hari ini, kedua bodyguard itu selalu mengikutinya kemanapun Elena pergi tak terkecuali ke kamar mandi.
Elena menjadi bahan perbincangan seluruh penghuni kampus, namun Elena tidak memperdulikannya, ia tetap berjalan dengan santai. Padahal dalam hati ia terus memaki dan sangat ingin menceburkan kedua bodyguard utusan unclenya itu."Dasar pengawal sialan, uncle rese, nyebelin. Apa mereka pikir aku ini tuan putri sampai harus di kawal segala huh. Benar_benar sangat menyebalkan. Lihatlah semua orang pasti sedang mengejekku."Gerutu Elena terus melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya.
"Aku sudah sampai. Kalian pergilah."Ucap Elena ketika dirinya sudah tiba di depan pintu kelasnya.
"Kami tidak akan pergi kemana_mana, nona. Karena kami di tugaskan untuk menjaga dan melindungi, nona."Jawab salah satu bodyguard datar.
"Hey! kalian pikir aku ini tuan putri sampai_sampai kalian harus menjagaku seharian hah? Jangan keterlaluan aku tidak ingin membuat murid lain merasa tidak nyaman atas kehadiran kalian berdua yang memiliki tampang sangar."
"Maafkan kami, nona. Ini adalah perintah dari tuan, Dav."
"Tapi aku sangat terganggu, dan lihatlah, aku jadi bahan pembicaraan mereka gara_gara kehadiran kalian berdua." Geram Elena sambil menatap tajam dua bodyguard tersebut.
"Jika nona merasa terganggu, biar kami yang membuat mereka terdiam dan berhenti membicarakan, nona."
"Astaga, bukan itu maksudku.... Argh sudahlah aku malas berdebat dengan kalian."Elena masuk ke dalam kelasnya, di sana Sindy sudah duduk manis di kursinya.
"Kenapa wajahmu di tekuk seperti itu, Elen?"Tanya Sindy sambil menatap Elena yang terlihat menekuk wajahnya kesal.
"Ini semua gara_gara uncle ku, Sin. Kamu lihat di depan kelas kita."Elena menunjuk jarinya ke tempat dimana kedua bodyguard itu berdiri. "Mereka pengawal suruhan uncle Dav, kamu tahu, mereka sengaja berdiri di situ hanya untuk mengawasiku. Benar_benar menyebalkan."
"Ffft... Uncle mu sangat perhatian ya sama kamu."Ucap Sindy sambil menahan tawanya."Mungkin uncle mu takut jika Deon datang ke kampus dan mengungkapkan...."
"Sssst... Telinga mereka tajam, Sin. Jangan bahas Deon."Bisik Elena.
"Ok, ok. Kita tidak bahas Deon karena dosennya sudah datang."Ucap Sindy setengah berbisik."Nanti pulang kampus, kita jalan_jalan, yuk."Ajaknya yang mendapat cubitan gemas dari Elena."Aauw... Sakit, Elena..."
"Sudah tahu aku pasti tidak di izinkan, malah mengajakku . Dasar nyebelin."Dengus Elena membuat Sindy tersenyum tanpa rasa bersalahnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalo emang udah gak cinta lg kenapa gak di putusin aja, Aku pasti Alisha bukan lah cewek yg setia di belakang mu, kenapa kamu yg masih bersikap baik pada Alisha lag,, Kamu itu Ehois Dav, Mengekang Elena tapi kamu sendiri masih punya kekasih dan wanita yg lain2 nya juga..
2023-07-20
0
Umi Yarti
wiiih segitu ketat nya utk elena , lanjut
2022-10-07
0
Indah Fajar Surya
menarik
lanjut Thor
2022-05-21
0