Dari suasana yang hangat, tiba-tiba berubah menjadi suasana dingin seperti kutub utara dalam sekejap.
Al membuat kehebohan setelah kedatangannya dari Kanada. Alvaro Edzard yang dulu bukanlah Alvaro yang sekarang. Dulu Al pada usia yang ke 12 tahun dikenal dengan pribadi yang hangat dan ceria, tetapi setelah peristiwa kematian kedua orang tuanya membuat sifat yang hangat dan ceria pergi meninggalkan raga Al. Malahan yang ada saat ini adalah sifatnya yang dingin, kasar, sensitif dan arogan.
"Para hadirin yang terhormat, silahkan melanjutkan pestanya." Sekretaris Vera langsung menyambar dengan kalimat, agar supaya suasana yang canggung berubah seperti sebelumnya. "Silahkan Tuan muda, Tuan besar menunggu di ruang kerjanya." Vera mempersilahkan Al untuk meninggalkan kegaduhan yang diciptakan Al. Kemudian Al berjalan dan meninggalkan pesta, dan segera menuju keruang kerja Julian. Sementara itu Seli memberikan koper milik Al kepada sekretaris Vera, dan bergegas meninggalkan pesta itu.
"Yaaa ampunn, sudah jam berapa ini?" setengah berlari dan menuju ojek online yang di ordernya tadi.
"Tugasku kan hanya mengawal saja, kenapa pake acara jadi sopir segala lagi, trus jadi tukang antar barang pria iblis itu. Menyebalkan!"
Ojek online pun tiba dilokasi sesuai titik.
"Makasih pak," memberikan uang kepada tukang ojek itu dan segera berlari menuju kedai kopi tempat dia bekerja.
"Aku datangggg. Ma.. maaf aku sedikit terlambat karena ada suatu hal yang harus aku selesaikan." Jantung Seli berdegup dengan kencang, karena dia berlari dari depan menuju kedai itu.
"Tumben kau terlambat. Biasanya yang lebih dulu tiba kamu, dari karyawan yang lain," Mira yang merupakan pemilik kedai itu sekaligus sahabat Seli, menyanggah kalimat Seli.
"Iyaaa, maaf. Tapi gajiku gak di potongkan? akukan hanya terlambat..." Seli menghentikan ucapannya ketika dia melihat jam tangannnya sudah menunjukkan pukul 19.30.
"Owalahhh aku terlambat setengah jam." Tubuh Seli lemas seperti tidak memiliki tenaga lagi dan menyandarkan kepalanya dimeja. Mira memperhatikan tingkah Seli yang aneh.
"Kamu kenapa sih Sel? gak seperti kau yang biasanya deh! aku tidak akan memotong gajimu, tapi kau harus ceritakan apa yang sebenarnya terjadi!"
"Aku tidak apa-apa Mira, ya sudah aku mau lanjutkan pekerjaanku," berdiri dan menuju ke dapur untuk mengganti pakaiannya.
Maafkan aku Mira, bukannya aku tidak mau cerita, aku hanya malas saja menceritakan pertemuanku dengan Serigala mengerikan yang bahkan tidak pantas disebut manusia.
***
Kembali ke pesta penyambutan.
Al merapikan pakaiannya dan menuju ruang kerja Julian. "Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama dengan 16 tahun yang lalu. Pajangan-pajangan ini, tata letak benda di rumah ini, masih sama saja. Kenapa aku merasa seperti kembali ke masa itu!"
Dengan langkah perlahan-lahan Al mulai memperhatikan benda-benda yang ada di rumah itu, batin Al terasa sesak dan hancur, tubuhnya pun lemas, wajah Al terlihat sedih, akibat mengenang masa lalunya ketika masih bersama-sama dengan kedua orang tuanya. Tanpa sadar Al sudah berada di depan pintu ruangan Julian, dia menarik gagang pintu dan melihat kakeknya sedang duduk menghadap jendela.
"Kakek.. Al pulang."
"Duduk," sambil membalikkan kursi yang dia duduki dan mulai berhadapan dengan cucu kesayangannya.
"Al, cucuku, apa kamu sehat? rupanya kamu tumbuh dengan baik dan menjadi pria yang tampan hehehe. kakek sangat senang bisa melihat kau lagi".
Al duduk di sofa dan menundukan kepalanya. Pria tua itu tidak kuasa menahan air matanya sehingga tanpa di sadarinya dia sudah mengeluarkan cairan bening yang sedari tadi di tahannya. Al mendekat dan memeluk kakeknya. "Al sangat merindukan pelukan hangat kakek," bisik Al di telinga Julian.
Ketika hanya berdua dengan kakeknya, sifat Al yang dingin berubah menjadi hangat. Ya sangat jelas dia hanya menunjukkan kelemahannya pada Julian saja. Al berusaha tegar dan tegas di hadapan publik, Al tidak pernah menunjukkan kelemahannya kepada siapa pun kecuali kakeknya.
"Ayo Nak, mari kita bergabung di acara penyambutanmu, ada hal penting yang akan kakek sampaikan," ajak Julian.
Kemudian Al dan Julian menuju ke ruang utama tempat acara itu di adakan. Berbagai hiasan menata ruang itu agar terlihat mewah, di bumbui juga dengan makanan yang bermacam-macam membuat acara itu semakin meriah.
"Mohon perhatian!" para undangan menengadah ke arah suara itu. "Saya harap kalian semua menikmati pesta penyambutan saya untuk cucu saya. Mungkin beberapa diantara kalian sudah mengetahui bahwa Al cucu saya sudah menyelesaikan studinya dan telah kembali. Ya benar ini adalah cucu saya yang sudah 16 tahun tidak bersama dengan saya, Alvaro Edzard. Anak tunggal dari anak saya alm. Roland Edzard dan cucu tunggal saya. Di kesempatan ini saya akan menyampaikan hal yang sangat penting, bahwa saya akan beristirahat sejenak dari pekerjaan saya, dan yang akan menggantikan semua kedudukan saya di Edzardians Group adalah cucu saya Alvaro Edzard. Al akan menjadi presdir muda kalian."
Semua undangan sangat terkejut mendengar pengumuman mantan Presdir (karena Al sudah menjadi presdirnya, otomatis kakek pantas disebut mantan presdir, yakan? hehe).
"Semua berkas-berkasnya sudah saya urus dan saya tanda tangani. Mulai saat ini Alvaro Edzard yang akan menjadi pemimpin Edzardians Group. Mohon kerja sama kalian dengan pemimpin yang baru" melanjutkan pengumuman kakek.
Mendengar pengumuman yang sangat menegangkan itu, Al hanya dengan wajah tanpa ekspresinya, karena Al sudah lama tahu bahwa dia yang memang telah dipersiapkan oleh Julian menjadi pemimpin perusahaan pusat itu. Sebenarnya sudah lama Julian ingin Al menjadi penerus generasi ketiga, tetapi Al yang selalu menolaknya karena dia belum siap. Tapi setelah mempertimbangkan apa yang dikatakan kakeknya sewaktu dia kecil, maka dia bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas Eszardians Group.
"Wah selamat yah Tuan muda."
"Banyak selamat untuk presdir muda kita."
"Hidup presdir muda."
"Semoga Edzardians Group semakin jaya."
Ucapan-ucapan selamat dari tamu undangan terdengar sangat ramai sehingga memenuhi ruangan itu. Al membungkukukan badannya "Trima kasih atas kepercayaan kalian. Selama Edzardians Group ada dibawa naungan saya, maka saya berhak melakukan apa saja yang nantinnya akan mengancam perkembangan perusahaan ini. Jadi apabila ada di antara kalian yang coba-coba mempermainkan saya, lebih baik urungkan niat kalian karena nyawa kalianlah jaminannya," tersenyum tipis dengan tatapan pembunuh berdarah dingin.
Berkali-kali mereka dibuat terkejut dan takut karena ucapan-ucapan Al yang bagaikan pisau tajam. Seketika itu juga suasana yang hangat berubah menjadi dingin karena kehadiran pria dari kutub utara itu.
"Al kakek menaruh harapan dan kepercayaan yang besar padamu, selamat bekerja," menepuk pundak Al dan beralih ke ruang kerjanya.
"Sepertinya kita harus berhati-hati."
"Benar! Presdir muda kita terlihat sangat berbahaya."
"Ini merupakan ancaman bagi rencana kita."
Sekelompok pria paruh baya yang berbisik, setelah menyaksikan ucapan dan tatapan tajam Al.
***
Al berjalan jauh meninggalkan pesta itu dan menuju ke gedung sebelah Utara, tempat tinggal para pelayan dirumah besar itu. "Kemana gadis dekil itu? dari tadi aku tidak melihat kehadirannya. Dimana kau! aku baru saja memikirkan cara apa yang harus aku pakai untuk membunuhmu!"
Bersambung...
**yuksss gaess, divote 😊
bantu author mengembangkan cerita ini
dengan cara memberi semangat, kritikan atau pun saran yang membangun. Ketik di kolom komentar yah 🤗🤗
Selamat membaca ....
Semoga kalian sehat selalu🌹**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kiki Oktaviani
awalnya kejam akhirnya pasti bucin deh 😊
2022-07-08
0
Helsi
hati2 Al ntar bucin bukannya dibunuh hehehe bgus karyamu thor
2021-10-24
0
Setyowti Puji Rahayu
iihh itu si Al kok seremm banget ya
2020-11-05
0