SCK 4 : Menepi

“Apa kamu sudah memikirkan ini matang-matang?” Tanya Ganis serius, setelah makan malam, Kawa sengaja mengajak Bundanya untuk membicarakan rencananya yang sudah dia pikirkan matang-matang.

“Iya Bun” jawabnya singkat.

Ganis menghela nafas panjang, dia tidak habis pikir anak lelakinya meminta izin untuk bekerja jauh darinya. Karena selama ini Kawa bekerja di salah satu perusahaan keluarga, dan posisinya juga sudah lumayan karena kepiawaiannya.

“Nanti aku bilang Papa” imbuh Kawa meyakinkan Bundanya, bahwa keputusannya sudah bulat.

“Apa gara-gara peristiwa itu?” Ganis masih khawatir dengan keadaan jiwa putranya.

Buru-buru Kawa menggeleng, dia ingin meyakinkan pada Bundanya, pada semua keluarganya bahwa dia baik-baik saja sekarang, dan dia hanya ingin mendapatkan pengalaman baru.

“Biar bisa mandiri Bun” Kawa mencari alasan. Sejujurnya, hal yang mendasarinya adalah memang ingin menepi sejenak dan merefresh hatinya, tak ingin lagi berada di kota ini entah sampai kapan. Mungkin sampai dia benar-benar bisa melupakan peristiwa yang menyakitkan hati itu.

Ganis menghela nafas panjang, “Coba nanti bicara sama Papa”

“Iya Bun”

“Bagaimana dengan Omamu nanti?” Ganis menatap wajah putranya yang tampan itu.

“Kan tidak sampai ke luar negeri Bun, nanti aku bisa sering pulang”

 “Bagaimana dengan hidupmu di sana? Kamu sendirian, makan kamu, siapa yang mengurus kamu”

“Kan sudah gede Bun” Kawa merekahkan senyumnya, menenangkan Bundanya, memang selama ini hidupnya terjamin dengan fasilitas. Tapi tidak ada salahnya jika dia harus mandiri, tidak masalah baginya.

“Apa kamu tidak ingin memikirkan ulang rencana kamu ini nak?” Ganis mencoba mempengaruhi keputusan Kawa.

Keputusan Kawa sudah bulat, bahkan dia sudah berhasil bicara dengan Saga, Papanya. Awalnya hal yang sama juga dirasakan oleh Saga, tidak ingin merelealisasikan rencana putranya tersebut. Ada banyak pertimbangan, Kawa begitu cakap berada di salah satu perusahaan, disayangkan jika dia harus bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu minimarket binaan perusahaan. Tapi dia sudah sangat hafal dengan sikap keras kepala putranya, yang hampir mirip dengannya. Keputusan Kawa sudah bulat. Akhirnya dia merelakan putranya pergi dengan syarat, yaitu

menyertakan sahabatnya Rendra, Saga sengaja mengutus Rendra sebagai teman di sana, selain sebagai teman, agar Saga tetap mendapatkan informasi mengenai Kawa.

Kawa menerima syarat tersebut meskipun sebenarnya kurang nyaman, daripada tidak sama sekali, akhirnya dia mengiyakan saja.

***

Tak menunggu waktu yang lama, Kawa segera pergi ke kota kecil tersebut, dan Saga mengatur sedemikian rupa agar tidak mencurigakan saat Kawa harus bekerja sebagai karyawan baru di sana. Kawa tetap ingin merahasiakan jati dirinya dari banyak orang, termasuk kepala toko di mana dia bekerja tersebut.

Kota yang tenang dan tidak seheboh kota besar yang selama ini dia tinggali, Kawa sudah melakukan survey sebelumnya. Dan dia jatuh cinta dengan tempat ini, berjarak 3 jam dari rumahnya. Tapi tidak masalah, karena masih bisa dia tempuh untuk pulang saat dia rindu dengan keluarganya.

Rumah sederhana dengan dua kamar tidur akan menjadi tempat tinggalnya, tidak ada fasilitas mewah di sana, tidak ada AC tidak ada fasilitas penghangat air saat mandi, semua serba biasa.

“Bagaimana jika kamu bawa salah satu mobil?” tawar Ganis tempo hari.

Tapi tidak dia lakukan, dia hanya membawa satu motor matic warna hitam sebagai fasilitas mobilitasnya. Sudah lebih dari cukup.

“Kamu yakin nggak sih hidup di tempat seperti ini?” Tanya Rendra yang hari ini sudah harus memulai tugasnya sebagai asisten terselubung Kawa.

“Kenapa? Kalau kamu nggak kerasan, kamu boleh pulang” ancam Kawa. Namun hal itu disambut dengan gelak tawa Rendra.

“Jangan ngusir gitu donk, kan nanti aku nggak digaji sama bokapmu” jawabnya enteng. Tangannya meletakkan koper di kamar yang dipilih Kawa.

“Kamarnya juga sempit loh” Rendra mengedarkan pandangan ke seisi kamar yang berukuran sekitar 3 x 3 tersebut.

“Nggak masalah” jawab Kawa.

“Pengen taruhan”

“Apa?” jawab Kawa.

“Sebulan pasti bakalan minta balik” Rendra berkata dengan yakin.

Kawa mengulurkan tangan kanannya, mengajak salaman Rendra, sebuah pertanda dia menyetujui taruhan tersebut.

“Sebutkan taruhannya apa” Kawa balik menantang, kali ini senyumnya mengembang.

“Ehm…terserah nanti kamu maunya apa, begitu juga aku ya” jawab Rendra sambil mengulurkan tangan kanannya menjawab salam dari Kawa.

“Ok deal” jawab Kawa. Meskipun belum sepakat apa taruhannya, tapi mereka sudah sepakat.

Hari sudah sore, dan hujan rintik mulai turun. Rendra menepuk perutnya sekali, setelah menata barang-barangnya di kamar, dia masih urung untuk mandi. Dia memilih duduk di salah satu kursi kayu yang ada di ruang tamu.

“Lapar nih” ujarnya pada Kawa yang juga baru saja keluar dari kamarnya, dia juga baru saja menata barang-barang yang dari kopernya ke lemari kayu.

“Sama”

“Lalu makan apa kita? Ada kan ya pesanan online di sini” Tanya Rendra. Rendra mengambil ponselnya, mencoba memesan makanan online.

“Mau makan apa?” tanyanya pada Kawa.

“Terserah”

“Aku mau nasi goreng” ujarnya.

“Ok, ikut” jawab Kawa.

“Ikut mulu kamu ini”

“Besok-besok masak aja, tuh ada kompor dan teman-temannya di dapur” cetus Kawa, membuat mata Rendra membelalak. Begitulah mereka berdua, yang sudah berteman sejak jaman SD hingga kuliah. Kawa yang sebenarnya sangat datar dan kaku, jika sudah bersama Rendra, maka cairlah suasananya.

“Masak air bisa” jawab Rendra. Kawa terkekeh. Kawa lantas bangkit dari kursi kayu yang dia duduki, dia membuka pintu depan, memperhatikan suasana sekitar, lumayan ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, karena memang rumah tersebut terletakdi pinggir jalan. Hujan rintik-rintik terlihat membasahi bumi. Aroma khas tanah basah menyeruak, kawa duduk di kursi teras. Berharap dia kerasan berada di tempat ini.

Rendra menyusul Kawa, dia berdiri bersender di tiang dekat Kawa duduk.

“Lumayan rame sih, nggak sepi-sepi amat” ujar Rendra.

“Iya”

“Biasanya ceweknya cakep-cakep” cetus Rendra. Kawa melirik sahabatnya itu.

“Buat aku Wa” jawab Rendra buru-buru. “Aku sudah lama menjomblo sejak putus sama Johana, kali aja ada gadis yang tertarik pada ketampananku, iya nggak?” Rendra menaik turunkan alisnya sambil melihat Kawa. Kawa melihat sahabatnya tanpa ekspresi. Dia hapal betul dengan Rendra, si playboy cap jempol yang suka mengoleksi banyak gadis.

“Orang baru jangan macam-macam” Kawa mengingatkan. Rendra tertawa.

“Permisi…dengan mas Rendra?” Tanya seorang ojek online sambil membawa bungkusan kresek di tangan kanannya.

“Oh iya mas” jawab Rendra.

“Ini pesanannya” ucap ojek online tersebut ramah.

“Berapa mas?”

“Semua 30 ribu mas”

Rendra merogoh uang yang ada di saku celananya, mengambil selembar uang 50 ribu, lalu memberikannya pada orang tersebut.

“Kembaliannya buat mas saja” ujar Rendra sambil menerima bungkusan kresek putih itu.

“Oh…terima kasih mas”

“Iya sama-sama”

“Mari mas” pamit tukang ojek tersebut.

“Yuk” jawab Rendra, sementara Kawa mengangguk perlahan.

“Makan…makan….” Rendra meletakkan kresek tersebut di meja samping Kawa. “Mau makan di luar atau di dalam?” Tanya Rendra.

“Sini aja”

“Ok, aku ambil piring sama sendok dulu dah di dalam”

            Kawa merebahkan diri di sebuah ranjang kayu, memang kasurnya tidak seempuk di rumahnya, tidak ada pendingin ruangan. Yang ada hanya kipas angin yang berputar perlahan, Kawa memandang langit-langit kamar yang bercat putih. Terasa damai, terasa tenang berada di sini. Bukan karena dia bisa jauh dengan keluarganya, hanya saja pengalaman baru ini membuatnya tenang. Tak ada salahnya sejenak menepi, bukan karena lari, hanya saja hati juga perlu rehat.

Terpopuler

Comments

Rina Subiyanti

Rina Subiyanti

lanjut

2021-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 SCK 1 : Menunggu Hari Pertunangan
3 SCK 2 : Noda Di Antara Mawar Putih
4 SCK 3 : Tangan Tak Lagi Bertaut
5 SCK 4 : Menepi
6 SCK 5 : Bertemu Big Bos
7 SCK 6 : Masing-Masing Kita
8 SCK 7 : Sisi Lain
9 SCK 8 : Kemarin
10 SCK 9 : Plester Cinta
11 SCK 10 : Bernama Takdir
12 SCK 11 : Bertandang Tanpa Sengaja
13 SCK 12 : Persiapan
14 SCK 13 : Dira's Birthday
15 SCK 14 : Setelah Kemarin
16 SCK 15 : Rindu?
17 SCK 16 : Bahagiakah Kita?
18 SCK 17 : Bertemu Denganmu
19 SCK 18: Senyum Dira
20 SCK 19 : Hujan
21 SCK 20 : Berteman dengan Dira
22 SCK 21 : Sejenak Menakar
23 SCK 22 : Tentang Aku (Zahra)
24 SCK 23 : Jaga Jarak
25 SCK 24 : Menimbang Keputusan
26 Udara Baru
27 SCK 26 : Berkumpul
28 SCK 27 : Maaf
29 SCK 28 : Sulitnya Memahami Kaum Hawa
30 SCK 29 : Kemarahan Big Bos
31 SCK 30 : Dua Gadis
32 SCK 31 : Keputusan
33 SCK 32 : Restu
34 SCK 33 : Kini Ku Menemukanmu
35 SCK 34 : Ku Ingin Melamarmu
36 SCK 35 : Pinangan
37 SCK 36 : Kamu Siapa?
38 SCK 37 : Perbedaan Kita
39 SCK 38 : Tentang Kemarin
40 SCK 39 : Hi Bos
41 SCK 40 : Sang Pewaris
42 SCK 41 : Akan Kubuktikan
43 SCK 42 : Biru Berbuat Ulah
44 SCK 43 : Perempuanku
45 SCK 44 : Ku Hanya Mencitai Dia
46 SCK 45 : All is Well
47 SCK 46 : Siraman
48 SCK 47 : Masa Lalu Biarlah Masa Lalu
49 SCK 48 : Menjelang Hari Bahagia
50 SCK 49 : Sah
51 SCK 50 : Pengantin Baru
52 SCK 51 : Teruntuk Abang
53 SCK 52 : Makan Siang Penuh Cinta
54 SCK 53 : Kita Hadapi Bersama
55 SCK 54 : Runtuh Duniaku
56 SCK 55 : Masih Mungkinkah?
57 SCK 56 : Lara Hati
58 SCK 57 : Tumpah
Episodes

Updated 58 Episodes

1
PROLOG
2
SCK 1 : Menunggu Hari Pertunangan
3
SCK 2 : Noda Di Antara Mawar Putih
4
SCK 3 : Tangan Tak Lagi Bertaut
5
SCK 4 : Menepi
6
SCK 5 : Bertemu Big Bos
7
SCK 6 : Masing-Masing Kita
8
SCK 7 : Sisi Lain
9
SCK 8 : Kemarin
10
SCK 9 : Plester Cinta
11
SCK 10 : Bernama Takdir
12
SCK 11 : Bertandang Tanpa Sengaja
13
SCK 12 : Persiapan
14
SCK 13 : Dira's Birthday
15
SCK 14 : Setelah Kemarin
16
SCK 15 : Rindu?
17
SCK 16 : Bahagiakah Kita?
18
SCK 17 : Bertemu Denganmu
19
SCK 18: Senyum Dira
20
SCK 19 : Hujan
21
SCK 20 : Berteman dengan Dira
22
SCK 21 : Sejenak Menakar
23
SCK 22 : Tentang Aku (Zahra)
24
SCK 23 : Jaga Jarak
25
SCK 24 : Menimbang Keputusan
26
Udara Baru
27
SCK 26 : Berkumpul
28
SCK 27 : Maaf
29
SCK 28 : Sulitnya Memahami Kaum Hawa
30
SCK 29 : Kemarahan Big Bos
31
SCK 30 : Dua Gadis
32
SCK 31 : Keputusan
33
SCK 32 : Restu
34
SCK 33 : Kini Ku Menemukanmu
35
SCK 34 : Ku Ingin Melamarmu
36
SCK 35 : Pinangan
37
SCK 36 : Kamu Siapa?
38
SCK 37 : Perbedaan Kita
39
SCK 38 : Tentang Kemarin
40
SCK 39 : Hi Bos
41
SCK 40 : Sang Pewaris
42
SCK 41 : Akan Kubuktikan
43
SCK 42 : Biru Berbuat Ulah
44
SCK 43 : Perempuanku
45
SCK 44 : Ku Hanya Mencitai Dia
46
SCK 45 : All is Well
47
SCK 46 : Siraman
48
SCK 47 : Masa Lalu Biarlah Masa Lalu
49
SCK 48 : Menjelang Hari Bahagia
50
SCK 49 : Sah
51
SCK 50 : Pengantin Baru
52
SCK 51 : Teruntuk Abang
53
SCK 52 : Makan Siang Penuh Cinta
54
SCK 53 : Kita Hadapi Bersama
55
SCK 54 : Runtuh Duniaku
56
SCK 55 : Masih Mungkinkah?
57
SCK 56 : Lara Hati
58
SCK 57 : Tumpah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!