Lana pulang ke rumah dengan mengendap-endap. Lana mengeluarkan kunci pintu dari tasnya dan membuka pintu utama rumahnya. Lana masuk dan menutup pintu perlahan lalu mengunci pintu kembali. Lana takut ketahuan papa dan mamanya jika pulang larut malam dan berkeliaran di jalan.
Lana berbalik dan dikejutkan dengan lampu ruang tamu yang tiba-tiba menyala. Dilihatnya papanya sudah berdiri bersandar dinding dengan melipat dua tangan di dada.
"Kau.. jam berapa baru ingat pulang?" Louis melebarkan matanya menatap Lana.
"Mmm, papa aku baru dari bermain bersama teman." Jawab Lana.
"Lana, sudah jam barapa ini? Ini sudah pukul 02.00 dini hari dan kau baru pulang? Kau seorang gadis lana, mau sampai kapan seperti ini? Jangan sampai papa menghukummu berat karena tingkah lakumu yang keterlaluan ini." Louis menakut-nakuti Lana.
"Maaf papa, Lana bersalah! Maafkan lana.." Lana menunduk merasa bersalah.
Louis menghela nafas, selalu merasa tidak tega. Louis akhirnya melepaskan Lana. "Masuklah, dan cepat tidur. Kita bicara lagi saat matahari terbit." Ucap Louis yang langsung pergi meninggalkan Lana diruang tamu seorang diri.
Louis berjalan kembali ke kamarnya, didalam kamar Merry menegur Louis.
"Ada apa? Apakah Lana sudah kembali pulang?" Tanya Merry.
"Hmm dia baru saja pulang, bagaimana bisa aku punya anak gadis sepertinya. Pergaulannya benar-benar buruk sekali." Ujar Louis.
"Tenangkan dirimu, jangan pikirkan lagi. Ayo cepat tidur." Merry kembali berbaring untuk tidur.
Louis naik ke atas ranjang masuk dalam selimut dan berbaring di samping istrinya Merry. Louis masih tidak bisa tenang memikirkan Lana yang semakin hari semakin tidak bisa di kendalikan.
Bahkan Lana berani meminta bantuan Luna untuk berpura-pura menjadi Lana. Sebenarnya Louis sudah mengetahui jika Lana yang terkadang di lihatnya di kamar sedang duduk membaca buku adalah Luna. Sedangkan Lana pergi entah kemana, Louis tidak pernah menegur karena masih ingin melihat sejauh mana Lana akan melangkah.
"Kali ini benar-benar di luar batas, seorang gadis berkeliaran di luar rumah sampai dini hari. Ck..!" Guman Louis dalam hatinya.
"Sayang, kau punya pendapat mengenai putri kita? Maksudku Lana." Louis buka suara, Louis mengubah posisi tidurnya menghadap Merry.
Merry membuka mata perlahan, "apa maksudmu?" Tanya Merry.
"Lebih baik kita mencarikan pria yang bisa diandalkan. Bisa menjaga dan melindungi Lana kita, dan juga bisa membuat Lana kita berubah menjadi gadis yang penurut. Aku sungguh tidak tahan, kau juga tidak mengijinkan aku memarahinya jika salah." Louis mengeluh.
Merry meraba wajah Louis, "sayang.. dengarkan aku. Aku tau kau begitu khawatir akan Lana, alasan mengapa aku tidak mengijinkan kau marah adalah, aku tidak ingin kau menjadi emosi dan memukul Lana hanya karena dia tidak patuh pada kita. Memukul bukan hal yang bisa membuat Lana sadar, namun sebaliknya. Lana akan semakin liar, apa kau mengerti? Aku akan bicara pada Lana, setiap hari aku juga sudah ingatkan Lana untuk selalu waspada dan menjaga diri." Jawab Merry menjelaskan.
Louis memeluk Merry, "kau tidak pernah berubah, selalu sabar dan pengertian. Hmm, aku bangga padamu istriku. Aku harap kau juga bisa lebih tegas lagi pada Lana." Louis mencium kening Merry dengan lembut, mendekap tubuh Merry.
Merry mengusap dada Luois, "bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa semuanya baik?" Merry mendongak kan kepala menatap Louis.
"Jangan pikirkan pekerjaanku, ayo tidur." Jawab Louis tersenyum. Louis mengecup kilas bibi Merry.
Merry tersenyum, tidur dalam pelukan Louis.
-----
Lana berbaring di ranjangnya, Lana mendapat panggilan dari James kekasihnya. Lana dan James berbincang di telepon.
(Percakapan di telepon)
"Sayang, apa kau ketahuan?" Tanya James.
"Emhh, begitulah. Papa mengomel dan melotot padaku." Jawab Lana.
"Ahaha.." James tertawa, "aku tertawa membayangkan papamu melotot Lana. Tenang saja, semua orang tua hanya akan mengomel jika anaknya melakukan kesalahan. Kita masih bisa bersenang-sennag bukan?" Ucap James.
Lana tersenyum, "hmm kita akan tetap bersenang-senang. Aku mencintaimu James." Jawab Lana.
"Aku juga mencintaimu sayang, tidurlah.. sampai jumpa besok sayang." James mengakhiri panggilannya.
Lana menatap layar ponselnya, ada foto James dan dirinya. Lana mengusap gambar James dan mencium James dalam layar ponselnya.
"Selamat tidur sayang," ucap Lana lirih.
Lana meletakan ponselnya di meja dekat ranjang. Lana menarik selimut menutup kepalanya dan terlelap tidur.
-----
Keesokan harinya..
Luna sudah bersiap ingin pergi bekerja. Luna keluar dari kamarnya, Luna mantap kamar Lana. Luna membuka pintu kamar dan menghampiri Lana yang masih tidur.
"Lana.. Lana bangun," Luna menggoyang-goyangkan tubuh Lana perlahan. "Lana bangunlah, jangan terus tidur." Ucap Luna gemas.
Lana bergerak, "ahh.. mhhh.. jangan berisik kau cepatlah pergi ke rumah sakit." Suara Lana serak, Lana menutup wajahnya dengan selimut.
Luna menggelengkan kepala, membuka selimut yang menutupi wajah Lana. "Hei, kau pulang tepat waktu semalam?" Tanya Luna.
"Tidak, aku baru pulang pukul 02.00 dini hari. Dan aku dipergoki papa di ruang tamu saat aku pulang." Lana bebicara dengan mata yang masih tertutup.
"Apa? Lalu? Kau baik-baik saja?" Tanya Luna.
Lana membuka mata perlahan, mengusap matanya. "Apa lagi, papa mengomel dan melotot padaku." Lana menguap karena masih mengantuk.
"Sudah aku katakan, kau harus cepat pulang." Ucap Lana, Lana melihat jam ditangannya. "Aku pergi dulu, hari ini ada operasi penting. Lanjutkan tidurmu, bye." Luna dengan langkah cepat pergi menuju meja makan untuk sarapan.
Lana mengerutkan dahi, hal biasa jika Luna berlarian kesana-kesini demi mengejar waktu. Bagi Luna waktu begitu berharga, bagaikan nyawa. Sedetik saja terlambat maka akan menjadi penyesalan seumur hidup.
Lana kembali tidur, menutup wajahnya dengan selimut. Lana yang pemalas selalu melakukan apapun sesuai keinginannya.
-----
Luna menarik kursi dan duduk, "pagi papa.. mama.." sapa Luna dengan senyuman.
Seperti biasanya, Luna selalu terlihat ceria dan berseri.
"Pagi sayang, kau lebih bangun? Papa melihatmu kelaur untuk berolah raga pagi ini." Ucap Louis.
"Ya pa, aku ada operasi penting pagi ini. Harus bisa menjaga kesehatan tubuhku sendiri sebelum menjaga pasienku bukan?" Jawab Luna.
Louis tersenyum, "baiklah dokterku.. makan lah dan pergi bertugas. Pasienmu sudah mengantri." Louis menggoda Luna.
"Papa.. jangan bicara seperti itu." Luna merasa canggung.
"Dimana Lana? Kau menemuinya? Apakah masih tidur?" Tanya Merry.
"Hmm, Lana bercerita semalam papa memergokinya dan melotot." Jawab Luna.
"Oke, makanlah sayang. Biarkan saja Lana. Nanti mama yang akan mengurusnya." Ucap Merry.
Luna memakan sarapannya, setelah selesai Luna meneguk habis susu dalam gelas. Luna mengelap mulutnya dan berdiri dari tempat duduknya.
"Pa, ma, Luna berangkat dulu, bye.." Luna berjalan meninggalkan meja makan.
Louis dan Merry saling menatap, "bagimana bisa Lana dan Luna begitu berbeda? Satu pemalas dan satu sangat rajin." Keluh Merry.
"Ntahlah, apapun itu aku bahagia punya dua putri yang cantik." Jawab Louis.
Luna pergi ke rumah sakit dengan baik angkutan umum. Luna ingin berbaur dengan lingkungan sekitar. Meski tergolong orang berada namun Luna tidak suka memamerkan harta kekayaan orang tuanya. Luna suka dengan kesederhanaan, dengan bertemu banyak orang Luna merasa lebih baik.
Bus berhenti di halte, Luna turun dari bus, dan berjalan menuju rumah sakit tempatnya bekerja.
Luna memandang gedung rumah sakit tempatnya bekerja. Luna tersenyum cantik, "semangat untuk hari ini Luna." Luna mengepalkan tangan, menyemangati diri sendiri.
Luna begitu semangat, bagi Luna bekerja sebagai dokter adalah keputusannya yang paling tepat. Berawal dari ketakutannya melihat darah, Luna akhinya bisa mengatasi rasa takutnya saat melihat darah dan memutuskan mejadi dokter semenjak kejadiaan di malam itu. Malam dimana Luna menolong seseorang pria tampan yang terluka karena ditembak.
(Kilas balik)
Luna pulang sekolah, karena ada tambahan pelajaran Luna harus belajar sampai malam. Luna berjalan pulang kerumah.
Bus sekolah sudah tidak beroperasi malam itu, Luna memberanikan diri berjalan dan sesekali melihat jalan untuk mencari taxi.
Lama berjalan dan melihat-lihat sekitar, Luna tidak mendapatkan tumpangan. Luna akhirnya mengambil jalan pintas agar sampai dengan cepat ke rumah. Luna melewati jalan-jalan tikus yang kecil.
Saat Luna melewati sebuah rumah kosong, Luna mendengar erangan seseorang. Jantung Luna berdetak kencang, rasa takut dan penasaran melanda. Luna tidak menghiraukan dan terus melangkah, namun tidak jauh Luna berhenti. Luna berbalik dan mendekati rumah tersebut, Luna menempelkan telinganya di pintu, mendengar baik-baik apa yang terjadi.
Luna merasa takut, apakah itu suara manusia atau hal aneh. Di sekolah teman-temannya menceritakan hal-hal yang tidak masuk akal. Meski tidak percaya namun Luna tidak memungkiri jika hal di luar nalar itu memang benar-benar ada.
Luna meraba gagang pintu dengan perasaan ragu-ragu. Luna membuka pintu, pintu terkunci. Luna akhirnya mencari jalan lain, mencari celah untuk mengintip apa yang terjadi di dalam rumah kosong itu.
Luna menemukan pintu masuk dari belakang, debu dan kotor tidak menghalangi rasa penasaran Luna. Luna akhirnya masuk dan mencari, samar-samar terdengar suara rintihan seseorang.
"Ouh.. hhhhhh.. mhhhh"
Luna menerik nafas dan mengeluarkan dengan cepat. Luna mengepalkan tangan, rasa penasaran dan rasa takut bsrcampur menjadi satu. Ditambah dengan cahaya lampu yang remang-remang.
Perlahan Luna melangkah mencari arah suara, semakin lama semakin jelas. Sampai akhirnya Luna melihat seseorang tergeletak dengan posisi meringkuk.
Luna menutup mulutnya karena terkejut, tangannya gemetar. Luna mendekat dan melihat kondisi seseorang tersebut. Luna membalik tubuh pria di hadapannya, mata Luna melebar. Wajah Luna seketika pucat, Luna merasa sesak dan gemetar melihat sarah yang membasahi kemeja putih pria di hadapannya.
Luna terjatuh, Luna merasa takut. Luna takut melihat darah ingin sekali berlari dan pergi.
Pria tersebut melihat Luna, memegang perutnya yang terluka. "To..to.. too..long a..ku" ucap pria tersebut dengan suara terbata-bata.
"Ahh.. hahhhhh.. to..looong." rintihnya kesakitan.
Luna gemetar terdiam, jaraknya dengan pria itu begitu dekat. Darah terus mengalir, Luna tidak tau harus berbuat apa. Apakah menolong atau membiarkannya begitu saja.
Thank you..
Bye-bye..
------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ayusofiatun
Semoga ceritax bgus smp tamat..😘😘
2021-09-26
0
Franki Lengkey
dri pengalaman menjadi cita2 mantul
2021-08-09
0
Zifa Zifa
dari trauma jadi berani nih🤕🤕🤕🤕🤕🤕🤕🤕🤕🤕👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-07-29
0