Berbagi Cinta: Dua Cincin (Aku Yang Tak Dirindukan)
"Apa kamu hamil anaknya mas Riki?" Teriak Dinda, ia terkejut sekali--gus kecewa saat mendengar pengakuan dari Bella, adik kandungnya sendiri, bahwa adiknya itu kini tengah mengandung anak dari calon suaminya.
Bella menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap kakaknya, "maafkan aku mbak," lirih Bella.
Dinda mengeleng-gelengkan kepalanya, seakan ia tak percaya dengan kenyataan yang saat ini ia dengar, bagaimana bisa? Adik kandungnya dan calon suaminya itu tega berbuat sekejam ini kepadanya. Apa salah Dinda? Kenapa mereka menusuk Dinda dari belakang seperti ini?
"Dinda maafkan aku, aku khilaf." Ucap Riki, ia mencoba menjelaskan apa yang sudah terjadi. Raut penyesalan terpancar dari wajahnya.
Dinda mematung terdiam, tubuhnya seketika terasa lemas. Hancur, hatinya sangat hancur. Bagaimana tidak? Hari ini tepat hari pernikahannya dan Riki akan di langsungkan.
Semua persiapan sudah selesai, para tamu undangan sudah berdatangan. Namun kenyataan pahit harus Dinda rasakan. Penghianatan Riki dan Bella sangat menyakitkan.
Air mata lolos begitu saja dari pelupuk mata indah milik Dinda, dadanya terasa ditusuk ribuan belati. Dinda tak memperdulikan riasan make-up yang sudah terpoles rapi di wajahnya terhapus oleh air matanya.
Ia membiarkan make-up itu hancur, luntur, seperti perasaannya saat ini. Dunianya terasa hancur lebur.
"Cukup, kalian berdua pergi dari sini," bentak Atmaja, Ayah Dinda kepada Riki dan Bella.
"Dan kamu," ia menunjukkan Bella, putri bungsunya, "mulai saat ini kamu bukan putriku lagi, pergi dari sini dan jangan anggap kami keluargamu lagi. Aku tidak Sudi mempunyai anak sepertimu."
Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari wajah laki-laki parubaya itu, malu sungguh ia malu mempunyai anak seperti Bella. Yang tega menghianati kakaknya dan menghancurkan semuanya.
"Ayah, maafkan aku..." Lirih Bella, sambil terisak tangis.
"Pergi..." Teriak Atmaja, ia mengusir Bella. Sambil memegangi dadanya yang mulai terasa sesak. Atmaja memang mempunyai riwayat sakit jantung, ia sangat shock mendapati kenyataan ini, membuat kondisi jantungnya mulai tak stabil.
Bella dan Riki pasrah, akhirnya mereka--pun keluar dari dari rumah tersebut. Atmaja langsung menarik Dinda kedalam pelukannya. Ia mengerti apa yang kini tengah di rasakan putrinya, jangankan Dinda, ia--pun merasa sulit menerima kenyataan tersebut.
"Ayah, kenapa mereka tega melakukan semua ini padaku?" Lirik Dinda, di sela isakkan tangisnya.
Atmaja tak bisa bicara apa-apa, ia mengelus punggung Dinda, berharap putrinya itu tegar dan bisa menerima semuanya. Entahlah saat ini Atmaja juga bingung harus bagaimana? Apa pernikahan putrinya akan di batalkan? Bagaimana dengan para tamu undangan yang sudah datang? Sudah cukup malu Atmaja dengan kelakuan Bella, yang sudah mencoreng namanya, bahkan seperti menaruh kotoran di wajahnya, apa kini Atmaja sanggup menanggung malu yang kedua kalinya, jika pernikahan Dinda dibatalkan. Sudah di pastikan banyak omongan orang yang terdengar tidak nyaman. Bukan hanya kepadanya, tapi kepada Dinda, apa lagi kalau mereka tau pernikahan Dinda batal gara-gara calon suaminya sudah menghamili Bella, adik kandung Dinda. Ia tidak mau Dinda dijadikan bahan ocehan orang-orang.
"Sudah jangan menangis, ayah akan cari jalan keluarnya!" Ucap Atmaja, ia melepaskan pelukannya, lalu menangkubkan tanganya di pipi Dinda, sebisa mungkin Atmaja harus terlihat kuat dimata putrinya itu. Walau--pun sebenarnya dadanya sudah semakin sesak.
Dinda tak bergeming, pikirnya sudah tak mencerna setiap ucapan ayahnya. Tatapan matanya--pun kosong. Entah apa yang tengah wanita itu pikirkan saat ini. Atmaja--pun berajak dari kamar Dinda.
Dinda memejamkan matanya sejenak, berharap air matanya berhenti mengalir membasahi wajahnya. Dinda juga berharap ketika ia membuka matanya, semua ini hanya mimpi. Beberapa detik Dinda memejamkan matanya lalu ia membuka kembali matanya.
Tidak, semua ini bukan mimpi. Semua ini nyata, Riki dan Bella memang sudah menghianatinya. Air mata lagi-lagi semakin mengalir deras. Dinda hanya bisa meratapi nasib malang yang kini menimpanya.
Tak lama kemudian, Atmaja terlihat kembali memasuki kamar Dinda. Dinda menoleh sekilas kearah ayahnya yang berjalan mendekat kearahnya.
"Dinda, pernikahan ini akan tetap berlangsung!" Ucapnya.
Dinda langsung menatap kearah ayahnya, "maksud Ayah? Aku dan mas Riki akan tetap menikah?" Tanya Dinda, ia langsung mengelengkan kepalanya. "Dinda tidak mau ayah, mas Riki sudah menghianatiku, aku tidak mungkin tetap menikah dengannya!"
"Tidak Dinda, kamu tidak akan menikah dengan Riki. Ayah juga tidak mungkin menikahkan kamu dengan laki-laki itu, setalah apa yang sudah ia lakukan. Kamu akan menikah dengan Aditia, dia putra dari sahabat ayah," jelasnya.
"Apa? Tidak ayah. Dinda tidak mau," tolak Dinda cepat, ia tak mungkin menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali.
Atmaja langsung memegangi dadanya, ia tak bisa menahan lagi sakit yang sedari tadi ia tahan. Jantungnya semakin tidak stabil, apa lagi mendengar penolakan dari Dinda.
"Ayah," teriak Dinda terkejut. Ia langsung membantu Ayahnya duduk di tepi ranjang. Lalu Dinda mengambil gelas yang berisi air putih, yang berada di atas nakasnya.
"Minum dulu yah," pinta Dinda. Ia menyodorkan gelas tersebut kepada ayahnya.
Dengan tangan yang gemetar, Atmaja mengambil gelas tersebut, Dinda membantu Atmaja meminum air putih tersebut.
"Ayah, sebaiknya kita ke dokter sekarang!" Ajak Dinda, ia takut terjadi apa-apa kepada Ayahnya.
"Tidak usah,'' tolak Atmaja.
"Tapi ya---"
"Tidak Dinda. Ayah akan sembuh jika kamu menuruti permintaan Ayah. Jika kamu sayang sama ayah, tolong. Tolong menikahlah dengan Aditia. Kita tidak mungkin membatalkan acara ini Dinda, mengertilah posisi ayah."
Dinda tak menjawab, ia mencoba mencerna semua ucapan ayahnya. Pilihan yang sangat sulit untuk Dinda, ia sangat mengkhawatirkan kondisi Ayahnya, namun di sisi lain, Dinda tidak mungkin menyanggupi permintaan Ayahnya itu.
Atmaja yang melihat Dinda tak menjawab ucapnya, ia--pun membuka suaranya kembali. "Dinda apa kamu tidak sayang sama ayah? Jika pernikahan ini dibatalkan mau di simpan dimana wajah kita. Pikirkan dampaknya Dinda, sudah cukup adikmu membuat malu ayah. Apa kamu juga akan melakukannya?"
"Ayah melakukan semua ini demi kebaikan kita Dinda. Ayah tidak mau kalau nantinya kamu menjadi bahan gosip orang-orang, apa lagi kalau mereka tau, pernikahan kamu batal gara-gara, Riki sudah menghamili Bella," lanjut Atmaja. Ia berusaha agar Dinda menyetujui semuanya. Tanganya masih memegangi dadanya, nafasnya mulai tidak beraturan, menandakan bahwa kondisinya semakin memburuk.
'Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa harus aku menikahi laki-laki itu? Aku tidak ingin mengecewakan ayah.' batin Dinda.
"Baiklah Ayah, Dinda akan mau." Ucap Dinda. Ia terpaksa menyetujui semuanya, demi sang Ayah.
Seulas senyuman terpancar dari bibir Atmaja, "terima kasih, kamu sudah menuruti permintaan Ayah!" Ada sedikit rasa lega di hati Atmaja. "Maafkan ayah Dinda, ayah terpaksa melakukan semua ini." Lanjutnya dalam hati.
Dinda memaksakan senyumanya. Dinda sudah pasrah, jika memang ini takdir yang sudah digariskan Tuhan untuknya, Dinda akan mencoba berlapang dada menerimanya.
Dinda hanya berharap jika laki-laki yang akan menikahinya itu, lebih baik dari Riki.
Atmaja dan Dinda--pun bersiap-siap. Atmaja turun kebawah ia bergabung dengan penghulu, yang sudah datang sedari tadi. Sementara Dinda, ia merapikan terlebih dahulu make-upnya oleh MUA.
Tak lama kemudian, Dinda selesai. MUA langsung menuntun Dinda menuju kebawah.
Para tamu undangan menatap takjub kearah Dinda, yang terlihat sangat cantik dan anggun. Dinda hanya tersenyum tipis
Saat orang-orang memujinya, walaupun ini pernikahan yang tak diinginkan Dinda, namun sebisa mungkin Dinda harus bisa pura-pura bahagia, menampakan senyuman palsunya.
Dinda langsung duduk di samping Aditia, laki-laki yang menjadi pengganti calon suaminya itu nampak acuh. Bahkan tak melirik Dinda sekali--pun yang saat ini sudah duduk di sampingnya.
Dinda yang melihat Aditia dari sudut matanya, Dinda akui dari segi ketampanan, Riki jauh dibanding Aditia. Namun Dinda tidak tau bagaimana sifat laki-laki itu, Dinda hanya berdoa semoga Aditia laki-laki yang baik, laki-laki yang bisa menuntun rumah tangganya kelak menuju surganya. Walaupun menikah tanpa cinta, Dinda berharap suatu saat nanti baik Aditia ataupun dirinya, bisa saling mencintai.
"Bagaimana apa sudah siap?" Tanya penghulu. Kepada kedua calon pengantin, wali dan para saksi. Mereka semua menganggukan kepalanya.
"Baiklah, mari kita mulai." Penghulu membuka acara akad nikah tersebut dengan doa. Sebelum Aditia mengucapkan ijab kobulnya.
Setelah itu, penghulu meminta Aditia menjabat tangan walinya Dinda, yang tak lain adalah Atmaja, ayahnya Dinda.
"Aditia Mehendra saya nikah dan kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Dinda Alzaira bin Atmaja dengan mas kawin 111 gram emas dan seperangkat alat solat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Dinda Alzaira dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah!"
"Sah!"
Ucap mereka serentak, lalu bertepuk tangan. Usai itu penghulu memimpin doa penutup akad nikah tersebut.
Dinda meraih tangan Aditia yang kini sudah sah menjadi suaminya dimata hukum dan agama itu. Dinda menyalami Aditia takzim. Sebagai tanda bakti istri kepada suami. Setelah itu, Aditia meraih tengkuak Dinda, lalu mendaratkan kecupan di kening wanita itu. Tidak ada senyuman sama sekali di wajah Aditia.
"Bruuugg..."
"Ayah..." Teriak Dinda, yang melihat ayahnya Atmaja, jatuh dari kursi yang ia duduki.
Dinda terkejut, ia langsung mendekati Ayahnya, begitu juga para tamu undangan mereka ikut terkejut pula.
"Ayah, ayah. Bangun yah..." Dinda mengoyang-goyangkan tubuh ayahnya, sambil terisak tangis.
"Din--da, berjan--jilah, ka--mu ti--tidak ak--kan berpi--sah de--dengan su--amimu,'' ucap Atmaja lirih, bahkan terbata-bata, karna ia berbicara sambil menahan sakit, di dadanya.
Belum sempat Dinda menjawab, Atmaja sudah menutup matanya.
"Inalilahiwainalilahi'rojiun." Ucap penghulu, yang baru saja memeriksa keadaan Atmaja, ia mencoba merasakan denyut nadi dan nafas Atmaja, namun sayangnya Atmaja sudah tiada.
"Tidak... Ayah... " Teriak Dinda, ia memeluk jasad sang Ayah. Air mata mengalir deras membasahi wajahnya.
Bersambung...
Hay selamat datang di karyaku aku yang terbaru, semoga kalian suka ya.
Btw novel ini lagi ikut lomba, "Berbagi Cinta" mohon dukungannya ya teman-teman semua.
Jangan lupa kasih like, komen dan Votenya.
Yang mau tanya-tanya, boleh Dm ke Ig aku ya.
@Ar_Inthan99
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
May Keisya
knp mesti mikirin hal itu...lbh baik kaya gitu dr pd maksain anak nikah sama yg ga diknl...lagi Bella yg mesti lbh malu dr pd Dinda...
2024-07-12
1
Endang Supriati
anak pertama lebihnutama, ibunya msh perawan bpknya msh perjakka.😁 terus hamil bahagia banget hamil pertama. apa 2 semuaz dibeli se mall. buat anak pertama, Anak.kedua amak ketuga bekas anak pertama😁😁
2024-04-23
0
Soraya
mampir thor
2024-04-01
0