"Aku lelah, aku ingin beristirahat," ucap Aditia. Ia berjalan menuju ranjang.
"Mas, jangan tidur disini!" Cegah Lisa, wanita itu menarik tangan suaminya.
"Lalu aku tidur di mana sayang?" Aditia menatap kebingungan.
"Mas inikan malam pertama kamu sama Dinda, pergilah jangan tidur di sini. Nikmati malam kalain," tutur Lisa. Ia berusaha menguatkan hatinya, mencoba tetap tersenyum dan terlihat baik-baik saja. Walaupun dalam hati kecilnya sebenarnya ia tak rela, suaminya tidur dengan wanita lain. Namun Lisa harus menerima hal itu, karna kini istri Aditia bukan hanya dirinya, tapi juga Dinda.
"Tidak, aku tidak mau!" Tolak Aditia dengan cepat. Tidur bersama dengan Dinda? Tidak terlintas sama sekali sebelumnya di dalam benak Aditia.
"Mas, ini malam pertama kalian. Apa kamu yakin akan melewatinya hmm? Mas ingat tujuan kamu menikahinya, jika kamu tidar mau tidur dengan Dinda, bagaimana dia bisa hamil? Memberikan kita anak?" Cerca Lisa. Ya untuk saat ini Lisa harus mengalah, demi mencapai tujuannya, Dinda harus cepat hamil, melahirkan. Setelah itu, Lisa akan menendang jauh-jauh Dinda dari rumah tangga mereka.
"Sayang, bagaimana aku melakukan hal itu, aku sama sekali tidak mencintainya, mana berani aku menyentuhnya! Melihatnya saja sudah membuatku muak,'' ucap Aditia.
"Mas aku mohon!" Lisa menangkubkan kedua tangannya di depan dada, memohon agar suaminya mau tidur dengan madunya.
"Cukup Lisa," bentak Aditia. "Mengertilah aku tidak mau melakukan itu dengannya, setidaknya aku butuh waktu."
Lisa terkejut, untuk pertama kalinya Aditia membentaknya seperti itu, selama ini walaupun sedang marah Aditia tidak pernah sakali--pun membentaknya, jika--pun Lisa salah Aditia tidak memarahinya, Aditia selalu memberikan pengertian, dengan cara yang lembut. Itulah yang membuat Lisa sangat mencintai sosok Aditia. Namun kali ini? Lisa terlihat sangat ketakutan melihat wajah Aditia yang penuh kemarahan, mata Lisa terlihat berkaca-kaca.
Aditia mengusap wajahnya dengan kasar, apa yang sudah ia lakukan? Aditia segara mendekap Lisa, ia sangat menyesal telah membentaknya. Tapi itu refleks, Aditia tidak bermaksud seperti itu.
"Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud membentakmu." Sesal Aditia, ia memeluk Lisa dengan erat.
"Mengertilah, aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin menyakitimu Lisa," lanjut Aditia ia mengecup kening Lisa dengan penuh cinta. Lalu Aditia perlahan melepaskan pelukannya.
"Jika kamu benar cinta sama aku, lakukan mas. Jika kamu tidak ingin menyakitiku segeralah buat Dinda hamil," pinta Lisa. Ia mata mengalir deras dari pelupuk mata indah milik Lisa, sakit. Ini memang menyakitkan untuknya, namun harus Lisa lakukan. Demi keutuhan rumah tangganya. Namun Lisa tak menyadari apa yang sudah dilakukannya itu sebenernya bisa saja mengancam posisinya. Bagiamana jika Aditia jatuh hati kepada Dinda? Bisa dikatakan secara tidak langsung Lisa membawa neraka dalam rumah tangganya.
"Oke, mas akan turuti permintaan kamu." Aditia terlihat pasrah, ia akan menuruti permintaan istrinya itu.
Lisa langsung mengambangkan senyumanya. Walaupun sebenernya itu senyuman palsu. Hati kecilnya sungguh tak rela. Namun Lisa sekarang bisa apa? Tidak ada pilihan lain. Hatinya tersayat-sayat, saat mendengar Aditia menyetujui permintaannya itu.
"Tapi tidak malam ini, malam ini aku ingin tidur bersamamu!" Lanjut Aditia.
"Tapi ma----"
"Sudahlah Lisa, aku mohon mengertilah. Atau aku akan berubah pikiran, aku tidak akan menuruti permintaan kamu!" Pungkas Aditia, ia memotong ucapan Lisa.
Lisa menghelai nafas beratnya, lalu ia menganggukan kepalanya. Namun tak dipungkiri ada rasa bahagia di hati Lisa. Aditia masih menjadi miliknya.
"Ayo kita tidur," ajak Aditia pada Lisa. Lisa menganggukan kepalanya, mereka--pun mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur tersebut. Tidur dengan posisi saling berpelukkan.
***
Sementara itu, Dinda baru saja selesai melakukan kewajibannya sebagai umat muslim. Dinda kini tengah menadahkan tangannya berdoa kepada yang maha kuasa.
Tetasan air mata mulai membasahi wajah Dinda.
"Ya Allah, hanya kepadamu--lah aku meminta dan memohon, ya Allah berikanlah ayah tempat terbaik di sisimu. Ya Allah berikan aku kesabaran yang besar untuk melewati ujian yang engkau berikan. Jika memang ini jalan takdir yang engkau berikan kepada hamba, hamba akan berusaha ikhlas menjalaninya. Ya Allah engkau maha membolak-balikan hati manusia, berikanlah sedikit cela di hati mas Aditia suamiku, setidaknya dia bisa menerimaku, walaupun aku tau semua itu sulit, tapi aku percaya padamu ya Robb, tidak ada yang tidak mungkin bagimu."
Dinda mengusapkan kedua tangannya pada wajahnya ia mengaminkan doanya itu, tidak ada yang mustahil bagi Dinda, jika tuhan sudah berkehendak semuanya bisa saja terjadi. Bukan Dinda mengemis cinta kepada Aditia, bukan itu maksud Dinda. Karna Dinda sendiri saat ini belum sama sekali mencintai suaminya itu. Tapi setidaknya Aditia bisa menerima kehadirannya, mereka sudah menikah, sudah sah di mata hukum dan agama, pernikahan ada ikatan suci bagi Dinda, menikah adalah ibadah. Kini surga Dinda ada pada Aditia. Bagaimana jika Aditia tidak bisa menerimanya, apakah Dinda akan menuju surganya itu? Pernikahan ingin menjadikan ladang pahala bagi Dinda, bukan menambah dosa. Mungkin jika Aditia bisa menerimanya, setidaknya Dinda bisa melayani Aditia, sebagaimana tugas seorang istri kepada suami, maka dari itu mungkin mereka bisa menghindari dosa. Walaupun Dinda tau istri Aditia bukan hanya dirinya, Dinda hanya berharap keadilan diberikan oleh Aditia kepada kedua istrinya. Walaupun Dinda tau cinta Aditia hanya untuk Lisa, istri pertama suaminya.
Usai itu, Dinda membereskan alat solatnya. Lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Harusnya ini menjadi malam pengantin untuk Dinda dan Aditia. Mungkin jika Dinda menikah dengan laki-laki yang mencintainya, dan laki-laki itu juga mencintai Dinda, mereka pasti menikmati malam pengantin yang sangat indah. Tapi kenyataanya?
Dinda tidak pernah bermimpi akan ada di posisi seperti ini, kemalangan menimpa bertubi-tubi kepada. Riki, laki-laki yang mencintainya menghianatinya, bahkan berkhianat dengan adik kandungnya sendiri, Bella. Lalu sang Ayah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, dan kini. Ia menjadi istri kedua.
Dinda mencoba memejamkan mata, mengingat kejadian-kejadian tersebut, membuat kepalanya pusing, ia merasa sangat tertekan. Mungkin dengan tertidur ia sedikit bisa melupakan hal tersebut, berharap besok ada keajaiban yang tuhan berikan padanya.
Namun beberapa kali Dinda mencoba memanjangkan matanya agar tertidur, matanya enggan terlelap, bahkan rasa kantuk tidak sama sekali ia rasakan, padahal kepalanya sudah terasa sangat berat, ditambah lagi tubuhnya sudah sangat lelah.
"Astagfirullah, ya Allah. Kenapa sulit sekali untuk tidur," lirih Dinda. Ia berajak dari tidurnya, lalu bersandar di kepala ranjangnya itu.
Dinda melihat keatas langit-langit kamar tersebut, tatapannya menerawang. Seketika Dinda teringat dengan adiknya Bella.
'Di mana Bella sekarang? Apa dia bersama mas Riki, waktu di pemakaman ayah juga, aku tidak melihatnya. Dinda apa kamu baik-baik saja dek? Kakak mengkhawatirkan kamu,' gumam Dinda.
Sebagai seorang kakak, tentu saja Dinda sangat mengkhawatirkan adiknya itu. Walaupun Bella sudah tega merebut Riki, calon suaminya, namun rasa sayang Dinda terhadap Bella masih sama, walaupun ia merasa sangat kecewa dengan Bella.
Kenapa wanita seperti Dinda harus menjalankan nasib pilu seperti ini? Selama ini Dinda selalu berbuat baik kepada siapa--pun. Satu hal lagi, bukankah Tuhan mengatakan bahwa wanita baik untuk laki-laki baik, lalu apakah Aditia itu yang terbaik untuk Dinda?
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan Votenya.
Terima kasih banyak, yang sudah berkenan mampir dan ngikutin cerita Dinda ini.
Di usahakan up rutin.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Yus Warkop
buat adtia jatuh cinta thor dan menyayangi dinda
2023-01-04
0
🍓🍓🍓
karakter lisa ini sebenernya egois 🤣
2022-07-19
0
titin suprihatin
halah sok sok an muak, nnti juga bucin lo
2022-06-30
0