Katanya, Aku hidup bahagia selama 6 tahun dengan satu orang anak perempuan. Suamiku menjadi pegawai di salah satu bengkel di dekat rumah. Aku seperti menikmati hidupku, bahkan saat sepupuku Audy datang aku tak begitu menggubris. Aku menganggap bahwa orang-orang tak mempedulikanku dan yang mempedulikanku hanya suamiku oleh sebab itulah aku hanya peduli pada Mang Didi dan aku sangat manja padanya, semua pekerjaan rumah tangga dia yang kerjakan karena aku tak bisa melakukannya termasuk mengurus anak pertamaku Sakhira.
Katanya aku selalu membacakan dongeng puteri duyung padanya setiap malam. hal yang tak bisa ku bayangkan karena akupun masih suka dibacakan cerita oleh mamaku, dan bagaimana aku membacakan dengeng untuk seorang anak kecil yang tak ku kenal.
Aku hidup bahagia dan itu masih katanya, aku menjadi seorang istri yang baik dan hidup normal.
Masih katanya, Pagi itu aku merasa mual dan pusing lalu aku menghubungi suamiku tapi dia tidak menjawab dan aku sudah tidak kuat lagi, Ku paksakan untuk menghubungi Audy dan menyuruhnya datang. Karena Audy bilang "hubungi aku saat kau butuh ya," mungkin itu yang ku ingat saat itu. Lagi pula keadaanku memaksa bahwa aku butuh seseorang untuk menolongku. Setelah ku hubungi Audy segera menemuiku.
Aku dan Audy pergi ke klinik terdekat, dan kata dokter aku hamil anak kedua, Aku bahagia dan terlihat dari senyum sumringa ku Audy pun tersenyum dan memastikan bahwa aku benar-benar bahagia. Katanya Audy tak berani mengubungi orang tuaku karena suamiku melarang dan aku patuh padanya. lagi pula orang tuaku tidak mau melihatku lagi, padahal mama selalu merindukanku. aku menyesal pernah berada dalam keadaan itu. Diantara keluargaku hanya Audy yang datang menemuiku dan kadang membantu kebutuhanku. gaji suamiku sebagai pegawai bengkel tidak cukup dalam memenuhi kebutuhanku, oleh sebab itulah Audy selalu datang membantuku.
Aku menjalani kehamilan anak kedua dengan susah payah, dari mual sampai sering pingsan. Itu membuat suamiku khawatir dan sering menemaniku di rumah. Walaupun kata Audy dia melihat kekhawatiran selain mengkhawatirkan kandunganku, katanya suamiku seperti kaget saat tahu bahwa aku hamil anak kedua bahkan sempat memintaku untuk menggugurkan kandunganku. Suamiku bersikeras menyuruhku menggugurkan kandunganku, dengan cara mengantarku ke dokter kandungan dan mdemintanya menggugurkan kandunganku, tapi karena kandunganku sehat maka tidak ada alasan dokter untuk bisa melakukan aborsi.
Pantang menyerah dia membawaku ke dukun beranak dan meminta dukun itu untuk melakukan aborsi, tapi disaat bersamaan Audy datang menggagalkan rencananya dan membawaku pulang.
Saat itu aku menangis dan Audy pun memarahi laki-laki itu. Sehingga laki-laki itu meminta maaf dan berjanji akan menjaga dan menyayangi bayi ini. Dan dia pun selalu menjagaku. Tapi karena itu dapat mengurangi penghasilan kami maka saat itu aku memutuskan untuk menyuruhnya tetap kerja dan aku menelpon Audy untuk menemaniku. Dan sejak saat itu dia tau kehidupan rumah tanggaku dengan suamiku.
Audy yang menceritakan semuanya padaku, hanya untuk sekedar tau. karena walaupun ada cermin yang dapat menampilkan kejadian apa saja yang aku alami saat aku berada dalam pengaruhnya aku tidak akan mau. membayangkannya saja aku muak, bagaimana mungkin aku akan berani melihatnya.
Tibalah hari itu, hari dimana aku mengalaminya sendiri tanpa diceritakan Audy, hari dimana aku menjerit sekeras-kerasnya. Aku merasa mimpi buruk ini terasa nyata. Aku menangis dan melempar semua benda yang ada di sekitarku bahkan aku melepas selang infus yang ada di tanganku dan menjerit sekeras-kerasnya, bukan karena sakitnya melahirkan dan sakitnya jarum yang kucabut yang membuatku menjerit sekeras ini. Tapi karena aku takut, aku sangat takut dengan apa yang terjadi di hadapanku ini.
Aku tak peduli pada bayi yang dua detik lalu baru keluar dari rahimku. Aku menjerit sekeras mungkin aku menangis sambil dipegangi banyak perawat. Aku melihat dokter sedang menggunting tali ari-ari bayi yang ada di hadapanku dan itu sangat menakutkan itu membuatku merasa berada dalam mimpi buruk yang nyata. Para perawat memegangi
Aku mencari orang-orang yang ku sayang, tapi tak ada satu pun ku melihat mereka. ini benar-benar mimpi, mimpi yang aku harus segera bangun darinya.
Setelah 3 jam aku menangis dan mengamuk. Aku baru sadar bahwa ini bukan mimpi buruk tapi ini kenyataan yang sangat buruk. Ku pandangi sekeliling ruangan ini, Ku dapati Mang Didi yang sedang tertunduk lesu di kursi pojok ruangan ini. Tak ku lihat papa dan mama disini. Aku benar-benar sendirian dalam keadaan seperti ini
Aku memanggil Mang Didi dan bertanya ada apa ini? bukan kah aku sedang dalam perjalanan menuju sekolah? waktu itu aku telat dan buru-buru setelah itu aku tidak ingat lagi sampai aku melihat bayi ini tepat di depan rahimku.
" Mang Didi tau apa yang terjadi padaku?" tanyaku dengan suara serak, Mang Didi hanya terdiam dan tak mau menatapku.
" Mang, kenapa hanya Mang Didi yang ada di ruangan ini?"
" Kenapa Papa dan Mama tidak ada?"
" Kemana Nenek?"
" Kakek? "
" Kakak? "
Kemana mereka? jawab aku Mang!" teriakku sambil menarik kerah baju nya.
" Mang, bisakan mang didi panggilkan mama sebentar saja." pintaku memohon
" Mang aku ga mungkin sendirian dalam keadaan seperti ini."
" Dan tolong juga panggilkan suamiku, karena tidak mungkin ada bayi ini jika aku tidak mempunyai suami."
Mang Didi tetap diam dan tak berkata sepatah katapun. Dia bahkan tak memandangku walau hanya satu detik.
Aku ingin mimpi buruk ini berakhir, Segera bangun dan pergi ke sekolah itu harapanku. bertemu teman-teman dan melakukan kegiatan seperti biasa. Tapi ini kenyataan dan masih banyak kenyataan-kenyataan lain yang harus aku ketahui.
yang menguras energiku, menguras pikiranku dan bisa membuatku gila.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Kustri
heheee... menarik
2024-06-14
0
Dessy Santi Lutfia Hasanah
lanjuut
2020-08-06
0
Yani Yani
masih belum paham
2020-07-07
0