Mencari Daddy Bag. 5
Oleh Sept
Rate 18 +
Kanina pikir begitu ia pergi, masalahnya akan selesai. Ia kira dengan meninggalkan kota besar itu, kenangan kelam tersebut akan hilang seiring berjalannya waktu. Ia pikir bisa menghapus noda yang terlanjur membekas dalam dirinya. Kanina salah, gadis itu telah keliru. Ternyata ada takdir lain yang mengikuti, seolah tak melepas Kanina begitu saja.
"Nin, kamu kenapa? Pasti masuk angin ya?" Mbak Roh langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia datang kembali membawa minyak kayu putih.
Wanita yang seperti kakak Kanina sendiri itu memijat tengkuk Kanina, sembari terus berbicara.
"Habis ini, Mbak Roh kerokin ya? Pasti masuk angin. Tadi naik kereta ada AC-nya kan?" tanya mbak Roh penasaran.
Kanina mengangguk pelan, perutnya seperti diaduk-aduk. Entah berapa kali ia memuntahkan isi dalam perutnya.
"Ya ampun, parah sekali masuk anginmu. Kalau udah lega, langsung ke kamar. Mbak antar teh hangat ke sana nanti."
Kanina memegangi tangan wanita tersebut, sembari menatap dan mengucap terima kasih. Setelah merasa lebih mendingan, ia pun ke kamar. Kanina memilih membaringkan tubuhnya di atas dipan yang keras itu.
Srekkk
Mbak Roh masuk, ia kemudian membuka jendela kamar nan sempit itu lebar-lebar. Agar udara segar bisa masuk dan mengeluarkan udara pengap di dalam.
"Kamu sih, nggak bilang-bilang mau pulang. Biasanya juga lebaran atau tahun baru. Kamar ini kosong, paling juga buat sholat saja," terang mbak Roh sambil terus membenahi kamar Kanina yang semrawut tersebut.
Kanina tersenyum tipis, gadis itu kemudian memejamkan mata. Ia lelah sekali, ia hanya ingin tidur.
Baru juga bisa tidur sesaat, sentuhan bu Lastri yang memijat kaki Kanina, membuat gadis itu spontan membuka mata.
"Buk ..." panggil Kanina. Ia kemudian meraih tangan sang ibu, menciumnya dengan rasa rindu dan sesal di dada.
"Kok nggak bilang-bilang mau pulang? Tahu begini ibuk masakin kesukaanmu," ucap ibu Lastri sembari mengusap rambut Kanina dengan sayang.
"Maaf, Buk. Kanina cuma pingin pulang aja. Kangen Ibuk!" Gadis itu memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya dengan erat.
Sedangkan bu Lastri, wajahnya nampak gelisah. Hatinya mengatakan putrinya tidak baik-baik saja. Ada apa gerangan? Kepulangan mendadak Kanina, membuat ibu Lastri merasa curiga. Apa ada masalah di tempat kerja sang putri? batin ibu Lastri menerka-nerka.
***
Pagi hari, suasana di pinggir kota sangat sejuk. Tidak ada polusi dari kendaraan sama sekali. Paling-paling juga asap dari kandang peliharaan penduduk.
Ingin mencari ketenangan, Kanina mencoba bersepeda. Ia mengayuh sepeda melewati sawah-sawah yang nampak hijau. Dedaunan melambai-lambai tersapu angin, sejuk terasa. Kanina merasa pikirannya sedikit segar untuk sesaat.
Lelah mengayuh sepeda milik mbak Roh, Kanina memilih duduk dan beristirahat di pondok pingir jalan. Tepat di sudut persawahan. Ketika sedang asik-asiknya menikmati hijaunya tanaman padi dan rerumputan, mendadak perutnya mulai kembali merasa tidak enak.
Huek huek huek
Kanina kembali diserang rasa mual yang berat, ia pun muntah lagi. Sampai beberapa orang yang lalu lalang menatap Kanina dengan aneh.
"Minum ini!"
Seorang pria datang, ia turun dari sepeda motor dan menghampiri Kanina. Pria itu mengulurkan botol air mineral pada Kanina.
"Sepertinya kamu bukan penduduk sini, maaf kalau lancang. Kamu tinggal di desa mana?"
Setelah Kanina meminum air pemberian itu, kini ia mengatur napasnya.
"Terima kasih, Mas," ucap Kanina sembari mengembalikan botol itu pada pemiliknya.
"Tidak ... ambil saja. Kamu belum jawab, kamu dari desa mana?"
Tin tin tin
Seorang penduduk membunyikan klakson motor bebeknya saat melewati pria yang sedang bicara pada Kanina.
"Permisi ... pagi Mas Gara."
Pria bernama Anggara Kusuma Dinata tersebut mengangguk dan melempar senyum ramah pada orang yang sudah menyapannya.
"Oh, nama yang bagus," batin Kanina yang sempat menguping. Atau lebih tepatnya tidak sengaja mendengar. Karena ingin buru-buru pulang, Kanina pun berbalik dan menuju ke tempat di mana ia memarkir sepedanya.
"Hey, kamu mau ke mana?" cegah Gara.
Kanina menoleh, kemudian tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya.
Pertemuan singkat, membuat Gara penasaran dengan sosok gadis tersebut.
"Siapa dia?" gumam Gara ketika melihat Kanina lama-lama menghilang di ujung jalan.
***
Sampai di depan rumah, Kanina kembali merasa mual. Dengan cepat ia meletakkan sepeda dengan asal, kemudian langsung lari ke kamar mandi.
Mbak Roh yang kala itu sedang memotong sayuran di dapur, terlihat khawatir. Semalam Kanina menolak dikerokin. Sekarang masuk anginnya jadi tambah parah.
Tok tok tok
Mbak Roh mengetuk pintu kamar mandi, ia ingin memastikan Kanina tidak apa-apa.
"Habis ini kita ke puskesmas, ya?" tawar mbak Roh yang berdiri di depan pintu triplek yang hampir copot tersebut.
Krieeettt
Kanina membuka pintu yang usang tersebut.
"Nggak Mbak, beli obat di warung saja," tepis Kanina.
"Yasudah, Mbak belikan dulu."
Dengan perhatian, mbak Roh pergi ke warung sebelah rumah.
"Siapa yang masuk angin?" tanya penjual toko.
"Nina, kena AC ... masuk angin dari kemarin."
"Oh ya, tadi aku lihat malah bersepedah. Kerokin aja. Biar mendingan."
"Enggeh, Yuk!"
Setelah mendapat obat, wanita itu pun kembali pulang. Melanjutkan memaskak untuk bu Lastri. Pagi-pagi sekali sudah ke kebun. Padahal sudah disuruh istirahat. Tapi, katanya kalau diam saja malah tubuhnya sakit semua. Alhasil, baik mbak Roh dan Kanina pun tidak melarang.
"Aduh ... lupa matiin kompor!" Mbak Roh buru-buru ke dapur.
Saat baru menginjakkan kaki di dapur, mata mbak Roh terbelalak. Bukan karena bau gosong atau kompor yang masih menyala, tapi karena melihat Kanina sudah tergeletak di atas ubin yang dingin.
"Ya Allah, Nina!"
Dengan panik, mbak Roh memanggil-manggil orang untuk minta tolong.
***
Puskesmas Desa Sido Moro
Di salah satu sudut kamar serba putih, terlihat Kanina meringkuk memeluk lututnya sembari terisak tak kuat menahan tangis. Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ila Lee
enak ya di kg berbasikal
2025-01-20
0
Nurlela Nurlela
bersepeda
2022-08-21
0
Athaya
Yang sabar Nina 🤗
2022-07-22
0