Mencari Daddy Bag. 3
Oleh Sept
Rate 18 +
Malam yang gelap, tanpa cahaya lampu tanpa sinar dari rembulan. Seorang pria bersandar pada tembok usang dan sedikit berlumut. Matanya menatap tiang lampu, memperhatikan dari atas sampai bawah. Perlahan, kenangan perbuatan biadapnya mulai menyeruak memenuhi pelupuk mata. Memenuhi kepala pria tersebut. Kejadian semalam seolah diputar kembali di depan matanya.
Perlahan tapi pasti, Alung mengingat rupa gadis itu. Gadis yang ia bekap dan seret sewaktu ia mabuk semalam. Tak hanya mabuk, rupanya semalam ia juga mengkonsumsi obat-obatan. Alung semalam benar-benar tak terkendali karena banyak faktor yang mempengaruhi alam sadarnya. Hingga ia membuat seorang gadis kehilangan kesuciannya.
Cukup lama Alung terdiam di sana, sesekali ia berjalan ke sana ke mari. Mengapa gadis itu tidak kunjung lewat? Apa sesuatu yang buruk terjadi? Alung terlihat memikirkan sesuatu. Karena sudah dua jam ia menunggu, dan ketika rintik hujan perlahan mulai turun membasahi bumi. Alung pun memilih pergi, besok malam ia akan ke sini lagi.
***
Di sebuah kamar kontrakan Kanina yang begitu sempit, gadis itu masih terbaring dengan Dita yang menemani sejak tadi.
"Kita ke dokter, ya? Badanmu demam, Nin?" Dita cemas, takut kondisi Kanina makin buruk. Temannya itu tidak makan sama sekali. Hanya menangis, mata Kanina sampai bengkak.
"Kamu pulang saja, aku mau sendiri." Kanina menepis tangan Dita yang mencoba memeriksa suhu tubuhnya.
"Aku kan sudah bilang, malam ini aku nginep di sini. Tadi aku sudah telpon bu Dewi manager toko yang baru. Aku ijin, dan ... aku juga bilang kamu lagi sakit."
Mendengar penjelasan Dita, Kanina terdiam. Kemudian bulir bening kembali menetes dari sudut matanya.
"Dit ... aku lelah, aku mau tidur. Kalau kamu mau pulang, tutup saja pintunya." Suara Kanina terdengar putus asa. Gadis itu sepertinya masih sangat terguncang.
***
Hari ke tiga pasca tragedi yang menimpa Kanina. Seperti sebelumnya, Dita akan datang dengan memakai motor matic miliknya. Biasanya ia memberi tumpangan pada Kanina, tapi sudah tiga hari Kanina tidak masuk kerja. Dan sore ini, setelah pulang kerja. Dita mau memeriksa kondisi temannya itu.
"Kanina ... Nin."
Dita berteriak di depan pintu yang catnya sudah mengelupas tersebut. Ia menunggu Kanina yang tak kunjung membuka pintu untuknya.
KLEK
Dita langsung masuk saat pintu dibuka dari dalam.
"Bagaimana kondisi kamu, Nin? Makan ini, aku tahu kamu nggak mau makan. Tapi demi ibu kamu di kampung, kamu harus tetap kuat dan bertahan."
Mendengar kata Ibu, Kanina mendadak merasakan rasa perih di mata. Bagaimana bila ibunya tahu tentang aibnya kini? Tidak sanggup memikirkan apa yang akan terjadi, Kanina kembali menitihkan air mata.
"Sudah, tolong jangan nangis lagi, Nin. Kamu gadis kuat. Kamu pasti bisa melewati semua ini." Dita memeluk sahabatnya, setelah meletakkan bungkusan makanan untuk Kanina.
Beberapa jam kemudian, matahari yang semula bersinar kini sudah digantikan oleh rembulan malam. Bulan yang cantik sudah mengantung indah di atas langit.
Seperti dua malam lalu, Alung kembali menunggu di sekitar tiang lampu dekat lapangan. Semalam, pria itu bermimpi buruk. Alung seperti dihantui rasa bersalah. Namun, ia tidak mungkin cerita pada mama serta papanya, apalagi saudari perempuannya itu. Ia memilih memendam sendiri, dan mencoba mencari informasi tentang siapa wanita itu.
Ini adalah malam ketiga ia menunggu dan menanti sampai larut, sayang sekali, aksinya tidak membuahkan hasil sama sekali. Alung harus pulang dengan tangan kosong. Mau bertanya pada orang sekitar, tapi takut dimasa dan digebukin. Akhirnya ia hanya mematai-matai diam-diam. Mengamati area sekitar sana, barangkali ia akan menemukan sedikit jejak tentang wanita itu.
***
Satu bulan kemudian.
"Nin, kemas yang rapi. Jangan sampai hiasannya rusak, ya."
Kanina mengangguk pelan pada rekan kerjanya, hari ini orderan kue sangat ramai. Kanina sudah pindah kontrakan, dan juga pindah tempat kerja. Masih bos yang sama, hanya saja cabang yang berbeda.
"Selamat datang, Nona," sapa Dita yang juga masih satu toko dengan Kanina. Rupanya gadis itu sengaja minta pindah, ia ingin bersama Kanina. Sama-sama anak perantauan, setidaknya mereka harus saling menjaga dan melindungi di mana pun berada.
Meichan tersenyum ramah pada Dita. "Mana kue pesanan saya, Mbak."
"Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu atas nama siapa?"
"Meichan, saya kemarin pesan kue ultah untuk mama saya."
"Baik, tunggu sebentar ya."
Dita masuk ke dalam, mencari pesanan kue yang dimaksud.
"Nin, pesanan atas nama Meichan di mana ya?" tanya Dita sambil memindai meja yang panjang di depannya.
"Yang itu." Dita menunjuk kue yang paling ujung.
"Eh ... bentar, Nin. Kok pingin ke kamar kecil. Tolong kamu gantiin jaga di depan ya. Sama kasih kue pesanan ini ke mbak yang menunggu di depan."
Dita langsung meninggalkan Kanina, gadis itu sudah tidak tahan ke kamar kecil. Sedangkan Kanina, ia membawa kue pesanan itu dengan hati-hati menuju etalase depan.
"Lama sekali!" Alung mengerutu ketika disuruh menunggu di dalam mobil. Karena gerah, ia memilih masuk ke dalam toko. Sekalian mau membeli minuman dingin.
"Nggak sabaran banget sih!" cibir Meichan yang melihat adiknya terus mengerutu. Tahu begini ia tadi berangkat sendiri.
"Pesanan atas nama Nona Meichan," ucap Kanina sambil menatap ke depan.
Meichan lalu berbalik, kemudian memanggil adiknya untuk mendekat.
"Lung, ini ... bawaiin kuenya!"
Alung masih belum mengetahui, siapa wanita yang berdiri di balik etalase tersebut. Ia berjalan dengan santai, dan saat ia akan meraih kuenya, sekilas Alung melirik wajah Kanina. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ila Lee
ketemu juga ya
2025-01-20
0
Zamie Assyakur
Alung sodara ny Alexa ya 🤭🤭🤭
2023-04-17
0
Athaya
Nah kan ketemu,,inget gak Alung ke kanina 😁
2022-07-22
0