Mencari Daddy Bag. 2
Oleh Sept
Rate 18 +
"Tuan ... Tuan," Bibi mengetuk pintu kamar Alung.
"Belum bangun dia, Bik?" tanya Meichan Kakak perempuan Alung.
"Belum, Non."
Meichan berdecak, kemudian meneruskan langkahnya. Ia sempat terhenti karena melihat Bibi membangunkan adik laki-laki satu-satunya itu.
Tap tap tap
Terdengar derap langkah kaki yang menuruni tangga.
"Tumben berangkat siang?" tanya sang mama. Sudah jam sembilan, biasanya Meichan berangkat pagi-pagi.
"Meetingnya dicancel, Ma. Nanti siang, sekalian Mei juga mau ketemu klien."
"Ajak tuh, si Alung. Jangan main-main terus, entah semalam dia pulang jam berapa."
"Duh, Mama ... dia masih muda. Nanti kalau sudah waktunya, pasti berhenti main-main. Dah ya, Ma. Mei berangkat dulu."
Meichan mengecup pipi wanita bermata sipit tersebut.
Beberapa jam kemudian. Ketika Bibi sedang menyiapkan makan siang, Mama kembali bertanya pada si Bibi.
"Bik, apa Alung belum bangun?"
"Belum, Nya. Tadi sudah saya bangunkan berkali-kali. Tapi sepertinya Tuan muda masih tidur."
"Ya ampun, tidur apa pingsan? Memangnya semalam dia pulang jam berapa, Bik?"
Bibi seperti ragu-ragu saat akan menjawab, "Anu Nyonya ... itu ... jam 2."
"Astaga ... mau jadi apa si Alung itu."
Bibi hanya menundukkan wajah.
Di dalam kamar. Alung perlahan mengerjap, matanya nampak samar menatap langit-langit kamar. Perlahan ia memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Ish ... mengapa pusing dan sakit sekali?" Alung mencoba duduk dan meraih gelas di atas nakas. Tenggorokan rasanya sangat kering. Setelah membasahi kerongkongan, Alung nampak diam sesaat. Ia tertegun, mengingat kejadian semalam.
Diliriknya jaket yang tergeletak di sebelahnya, dan detik berikutnya Alung meremas wajahnya dengan kasar.
"Apa yang sudah aku lakukan?" Alung menarik rambutnya sendiri, jelas sekali ia terlihat prustasi dan menyesal atas apa yang ia lakukan pada seorang gadis asing.
Ini gara-gara ia habis kumpul bersama teman-temanya, melakukan hal yang tidak-tidak. Pesta minuman keras dan lain-lain yang menjurus ke kehidupan remaja yang bebas hambatan. Sebuah pergaulan tanpa batas. Membuat Alung Narendra Hutama menjadi lupa diri dan merengut kesucian seorang gadis yang malang.
***
"Siapa laki-laki jahanam itu, Nin?" Dita bertanya sembari memeluk tubuh Kanina yang lemas. Ia sangat emosi, tapi juga sedih melihat keadaan Kanina seperti ini.
Dengan suara serak disertai tangis, Kanina menceritakan semua yang terjadi semalam pada temannya itu. Hanya pada Dita ia berani bercerita.
"Ayo ke kantor polisi, kita nggak boleh biarin pria bejat itu bebas begitu saja setelah apa yang ia lakukan sama kamu, Nin."
Tangis Kanina semakin pecah, lalu bagaimana dengan nasibnya? Pergi ke kantor polisi, artinya semua orang akan tahu. Semua akan tahu, petaka apa yang sudah menimpa dirinya. Lalu bagaimana dengan keluarga di kampung? Memikirkan saja Kanina lebih baik mati.
"Aku malu, Dit. Aku Kotor! Aku jijik pada diriku sendiri!" Kanina makin terisak. Ia mengosok tubuhnya, seolah sedang membersihkan noda yang terlanjur melekat kuat pada tubuhnya.
"Bagaimana bila ibu tahu, bagaimana bila dia tahu, Dit?" Gadis itu memukuli tubuhnya, Kanina benar-benar membenci dirinya sendiri.
Dita tidak tahan, ia juga ikut menangis bersama teman baiknya itu. Kanina benar, bila lapor polisi, semua akan tahu. Bahwa Kanina sudah ternoda, bahwa Kanina sudah tidak suci lagi. Lalu bagaimana nasib Kanina kedepannya? Dita tak kuasa menahan kesedihan. Ia memeluk Kanina, menangis bersama. Meratapi nasib buruk yang menimpa sahabat baiknya tersebut.
***
Kediaman keluarga Hutama.
"Jam berapa ini? Jangan main-main terus Lung, kamu itu laki-laki. Dewasalah sedikit! Lihat tuh Kakak kamu, kamu nggak malu? Dia perempuan, tapi lebih bertanggung jawab dari pada kamu!" sindir Mama Ami sembari membuka korden jendela kamar Alung.
Dicibir sang Mama, Alung yang kepalanya masih pusing. Diam saja, seolah ucapan sang Mama bagai angin, cuma numpang lewat.
"Lung! Mama bicara sama kamu. Kamu dengar nggak mama ngomong apa?"
"Udahlah, Ma! Jangan banding-bandingin Alung lagi sama Mbak Mei! Kami beda, oke Mama bangga sama dia! Junjung sana anak kesayangan Mama dan papa itu setinggi langit!" sentak Alung yang pikirannya sedang sangat kacau.
"Astaga Alung! Bicara apa kamu ini! Kami nggak pernah banding-bandingin kalian," tepis Mama Ami. Meskipun pada kenyataannya ia memang selalu membanggakan Meichan dan merundung Alung. Hanya karena anak perempuanya lebih membanggakan, lebih berprestasi dan lebih bersinar.
Tidak seperti Alung, dia anak pembuat onar. Biang rusuh selama di sekolah. Anak itu sampai harus pindah SMA berkali-kali. Karena salah pergaulan, Alung jadi susah dikontrol sampai sekarang.
Akan tetapi Alung tidak menyadari, betapa minusnya kelakuannya selama ini. Ia marah karena orang tuanya pilih kasih. Bukannya mencari sesuatu agar mereka bangga. Alung malah menjadi semakin tak terkendali, liar dan merusak.
"Sudahlah ... Mama lelah bicara sama kamu, Lung!" Mama Ami memilih keluar. Melihat Alung yang terus berontak, hanya membuat tekanan darahnya melonjak naik.
***
Malam hari, masih di kediaman keluarga Hutama.
"Mau ke mana kamu, malam malam begini?" tanya Tuan Hutama yang duduk di ruang tamu.
Alung tak menjawab, ia malah memainkan kunci motornya.
"Papa bicara sama kamu! Jangan kelayapan tak jelas tiap malam!" sentak Tuan Hutama, membuat Mama Ami yang dari belakang tersentak kaget. Kenapa suaminya mendadak emosional begitu?
"Pa ... jaga emosi Papa, nanti tekanan darah Papa naik!" Mama Ami duduk di sebelah suaminya. Memegangi lengan Tuan Hutama agar tidak tersulut emosi.
Alung memasang wajah tidak peduli, tanpa sopan santun ia berlalu.
Mbremm
Mbreeem
Mbremm
Suara knalpon modify terdengar memekakkan telinga. Keras dan sangat menganggu. Dasar Alung, ia memang sedang menguji kesabaran orang tuanya.
Rupanya Alung sedang menuju tempat kejadian semalam. Samar-samar bayangan pergulatan semalam sangat menganggu pikiran pria tersebut. Entah sesal atau apa, yang jelas ia merasa sangat terusik.
Pria itu kini memarkir motornya di tepi lapangan. Alung berdiri di dekat tiang lampu yang mati. Ia menunggu gadis yang semalam ia nodai. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ikha Ranni
ku sebenernya takut2 sedih baca yg ada begininya.. sakiit hatiku klo denger ato lihat pere diperkosa. bagaimana bisa kuat mereka menanggungnya.. /Whimper/
2023-12-28
1
Athaya
Waduh si Alung benar" nakal🙄🙄
2022-07-22
0
Enies Amtan
alungken
2022-07-11
0