Banyak yang tidak tahu, bahkan ayah dan bunda yang mengurusnya sejak kecil sekalipun. Tempat pelarian Alan jika dia tengah merindukan rumah, merindukan ayah dan ibunya yang telah tiada.
Tempat inilah yang selalu Alan datangi saat suasana hatinya memburuk, maupun tengah merindukan kedua orang tuanya.
"Siang bos..."ucap Mac yang tengah berdiri diambang pintu.
"Kenapa kamu ada disini?"
"Hari ini jadwalku berpatroli bos,"
"Hem." Alan masuk kedalam ruangan yang didominasi warna abu-abu dengan taman kecil berada di tengah-tengah ruangan.
Terdapat lorong yang menyambungkan satu ruangan dibelakang yang jauh lebih luas dari pada yang ruangan sebelumnya.
"Apa mereka sudah diberi makan.?"
"Sudah bos," ucap penjaga yang berdiri di balik terapis besi.
"Hai boy ...."
Alan menghempaskan tubuhnya pada satu kursi yang menghadap ke arah ruangan yang dipasang dengan teralis. Merogoh kotak tembakau yang dia simpan dibalik saku jasnya, kemudian dia menyalakannya.
Dengan satu tarikan, kepulan asap keluar dari hidungnya. Resapan demi resapan dia nikmati. "Bagaimana keadaannya?"
"Dia didalam bos,"
"Bawa dia keluar!"
Mac yang tengah berada disana pun masuk kedalam sebuah ruangan kecil diikuti oleh 2 orang anak buahnya.
"Bangun!" Mac menendang tubuh yang tengah meringkuk dilantai itu.
Pria kumai itu membulatkan matanya sempurna saat melihat pria tegap tengah mengelilinginya.
"Ampun, ampun jangan! jangan bawa Aku." Ucap sosok pria itu dengan tubuh yang bergetar.
"Seret dia!" perintah Mac pada anak buahnya.
Lalu dengan sekali tarikan kedua pria bertubuh tegap itu menyeretnya, "Aku mohon lepaskan aku."
"Aku akan melakukan apapun, aku mohon."
Mereka benar-benar menyeretnya hingga ke ruangan yang telah Alan persiapkan.
"Aku mau dibawa kemana, tolong jangan ... Tolong! aku mohon."
Dengan mata yang tampak basah, dia meronta-ronta sambil memohon. Hingga tersungkur tepat di depan kaki Alan yang tengah duduk.
"Pa- pak, to- to- long maafkan saya." bersimpuh dikaki Alan.
Alan berseringai, "Kenapa aku harus memaafkanmu?"
"Maaf aku telah membuat kekacauan diperusahan, a-aa- ku, sa- lah maafkan aku."
Alan menghentakkan kakinya hingga tubuhnya terhuyung kebelakang.
"Masukkan dia kedalam sana!" Alan menunjuk kedalam kandang buaya.
"Jangan-jangan aku mohon maafkan aku!"
Kedua pria bertubuh tegap itu menyeretnya lagi, membawanya kedalam satu ruangan dan tiba-tiba melemparkan begitu saja.
BYURR
Seketika tubuhnya terhempas kedalam air, dia meronta sekuat tenaga, buaya-buaya- buaya tengah bersiap menyantap memenuhi pikirannya.
"Mandi lah dengan benar, 20 menit aku akan masuk dan menyeret kau lagi."
"Apa?mandi...?" Tiba- tiba matanya terbuka, "Mereka tidak melemparkanku kekandang buaya?" mengelilingkan pandangan.
"Kamar mandi? Hah?" masih belum sepenuhnya percaya, dilihatnya lagi pakaian yang telah tersedia lengkap didepan wastapel.
"20 menit...Aku harus cepat-cepat." masih bingung dengan apa yang akan terjadi padanya 20 menit yang akan datang.
"Apa mereka akan melemparkanku ke kandang buaya dengan pakaian lengkap ini untuk menghormatiku?" benar-benar belum faham.
20 menit kemudian,
Benar saja, 2 pria yang menyeretnya kembali mendatanginya. Namun kali ini dia tidak diseret seperti awal tadi. Dengan berpakaian jas lengkap dia dikawal melewati ruangan yang dia lihat tadi. Kandang buaya pun mereka lewati.
"Aku akan di bawa kemana?"
"Bos," ucap satu diantara mereka.
Alan menyorot tajam pada pria yang kini kembali ketakutan, menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan mantan atasannya itu.
Hendra Pradipta
"Apa sekarang kau menyesal bermain-main dengan ku?" pria tersebut mengangguk dengan cepat.
" Jawab!"
"I- i- iya tuan ...."
Alan berseringai, "Sudah cukup pelajaran yang kuberikan padamu."
"Apa maksudnya?"
"Kau akan kembali bekerja diperusahanku. Dibawah pengawasan ku."
"Ta- tapi"
"Kau benar-benar berharap aku melemparmu ke kandang buaya peliharaan ku?"
Hendra menggelengkan kepalanya pelan.
"Terima kasih atas kemurahan hatimu tuan."
"Bekerja dengan baik, aku mengawasimu."
"Terima kasih- terima kasih." Hendra bersujud dihadapan Alan, namun dengan sigap Alan mundur beberapa langkah dan menoleh pada Mac.
Mac dibantu temannya meraih bahu hendra dan membangunkannya. " Bos ku tidak suka dengan cara mu berterima kasih."
"Aku akan bekerja sebaik mungkin, aku juga tidak akan macam-macam lagi." Hendra menangkupkan kedua tangannya.
Alan berbalik lalu pergi begitu saja tanpa menjawab.
Mac mengikutinya dari belakang, "Mac kau urus dia. Jangan sampai dia membuat masalah lagi."
"Siap bos"
Alan kemudian melajukan mobilnya, menyusuri jalanan yang kian sepi, dimana hiruk pikuk kehidupan beralih, lampu- temaram mulai menyala. Pekerja seni malam tengah bersiap-siap ditempat mereka bekerja menantikan orang-orang berdasi yang kesepian atau kesekadar mencari hiburan semata.
Pekerjaan nya yang seringkali membuat Alan masuk keluar tempat hiburan malam itu hingga dirinya menjadi terbiasa. Terlihat para kupu-kupu malam hilir mudik mempertontonkan lekuk tubuhnya untuk menggaet para pria hidung belang, tak jarang dari mereka yang berhasil mendapatkan ikan besar jika beruntung.
Alan melajukan mobilnya dengan pelan, menyisir jejeran club didaerah itu, namun hatinya masih enggan berhenti.
BRUKK
Seorang perempuan berlari keluar dari sebuah club dengan sempoyongan, hingga menabrak mobil hingga tubuhnya terhuyung kebelakang. Beruntung Alan melajukan mobilnya dengan pelan hingga perempuan itu tidak mengalami luka sedikitpun.
Perempuan itu terlihat sangat berantakan, dengan rambut acak-acakan dan dress yang telah robek dibagian bahu. Tubuh tinggi semampai itu dengan cepat bangun lalu berlari lagi tanpa memperdulikan mobil yang baru saja dia tabrak.
Setelah dua orang pria keluar dari club yang sama dan juga sama-sama sempoyongan terlihat mencari perempuan tersebut.
"Sial, kemana gadis itu."
"Ayo kita cari lagi, aku sudah membayar mahal untuk mendapatkannya."
Sementara perempuan itu kini tengah berjongkok dibelakang mobil Alan, bersembunyi dari para pria yang tengah mengejarnya.
Alan hanya memperhatikan dari dalam mobil tanpa berniat melakukan apa-apa, dan sedang tidak ingin berurusan dengan hal-hal yang menurutnya tidaklah penting.
Hingga dia melajukan kembali mobilnya, maka terlihatnya perempuan itu tengah berjongkok dengan menelengkupkan kepalanya.
"Itu dia." Dia berteriak saat lengannya ditarik paksa oleh pria satunya.
"Aaaa...lepaskan aku brengsexx!" meronta-ronta ditengah kesadarannya yang lemah.
"Ayo nona, kita lanjutkan permainan kita yang tadi." ucap pria lain dengan membelai wajah perempuan yang kini berada dalam dekapannya.
"Jangan, aku mohon biarkan aku pergi." mulai terisak.
"Lepaskan dia!"
"Siapa kau, berani ikut campur urusan kami."
"Pergi sana, kau bisa cari perempuan yang lain, jangan mengganggu kesenangan kami." ucap pria satunya dengan meludah.
Alan semakin berjalan mendekati mereka, " Aku bayar berapapun untuk gadis itu! lepaskan dia."
"Hahaha, kau pikir aku peduli dengan uang? berapa yang kau punya?"
"Berapapun yang kalian minta!"
Bersambung.
.
.
Maaf kan Author yang so sibuk ini, baru up lagi setelah beberapa hari.
Jangan lupa like dan komen nya juga yaa, semoga karya receh ini tidak mengecewakan 😋
Terima kasih❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Tarry Lestarry
mampir Thorr.......aku langsung kepincut sama novelmu Thorr💪💪💪💪
2022-04-14
0
ARSY ALFAZZA
mantap
2022-01-04
1
um 7098355
alan orang,a kras,mnurutku rada gla,tpi hati,a baik,pnyayang kluarga.kreen lho alan😘😘
2021-12-17
1