Alan memijit pelipisnya yang berdenyut, sebagai pria normal, bohong jika mengatakan dirinya tidak terpengaruh melihat Tasya yang begitu menggoda. Membuat gejolak dalam tubuhnya begitu menggelora, bagaimanapun juga dia itu pria dewasa yang membutuhkan sesuatu untuk pelepasannya.
"Sial.."
Alan beranjak dari duduknya lalu melangkah masuk kedalam kamarnya sendiri, menutup pintu lalu menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya sendirian.
Suara Tasya kian lama kian pelan, teriakan demi teriakan berubah menjadi gumaman pelan, bibir tipisnya pun sudah berubah menjadi kebiruan, seiring tubuhnya yang semakin menggigil. Perlahan kesadarannya melemah, mata yang dipenuhi bulu lentik itu kian meredup, Tasya lalu tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian Alan keluar dari kamar mandi, dengan menggunakan celana pendek dan kaos oblong, memperlihatkan otot otot di lengannya, tubuhnya yang tegap semakin menawan. Wajah dengan rahang tegas tanpa ekspresi dengan sorot mata yang tajam bak mata elang,
Cekrek
Alan membuka pintu kamar mandi, dia melihat Tasya yang sudah tak sadarkan diri didalam bathtube, dia mematikan air yang memenuhi bathtube.
"Bodoh"
Alan mengangkat tubuh ramping itu kemudian membawanya keluar lalu meletakkan nya dikasur.
"Sial, bagaimana aku mengganti bajunya yang basah"
Alan sempat kebingungan, bagaimana tidak Tasya pingsan dan masih mengenakan baju yang basah kuyup, dia membuka ikatan di tangannya. Matanya tertuju pada lekuk tubuh yang terlihat jelas didalam pakaiannya yang basah, dengan dada yang naik turun dari hembusan pelan nafasnya.
Alan dengan tergesa keluar dari kamar itu, menghela nafas dan kembali membuang fikiran kotornya. Dia meraih ponsel diatas meja lalu menelepon pengelola apartemen.
"Kirimkan aku seorang perempuan"
"Maksud anda perempuan? untuk short time atau long time?"
"Astaga" Alan memijit keningnya.
"Penyedia layanan kebersihan" Bentak Alan,
"Ah, itu maaf tuan Staf kami sedang tidak ada yang bertugas dibagian itu"
"Tapi jika anda membutuh.."
"Kirim siapa saja yang bisa membantuku mengganti aku seorang perempuan" Sela Alan dengan kesal.
"Oh, itu baik tuan"
Alan kembali memijit keningnya, "Merepotkan" lalu mematikan ponsel dengan kesal lalu membanting ponsel itu keatas sofa dengan kasar.
Biasanya Mac yang akan membantunya dalam hal apapun, namun dalam hal Apartemen, Alan mengurusnya sendiri, bahkan tidak menyewa asisten rumah tangga meski dia mampu.
Baru kali ini dia merasa kesusahan seperti ini " Sial El, lo harus membayarnya nanti"
.
.
Ting Tong
Bel berbunyi, Alan membuka pintu dengan tergesa dilihatnya seorang perempuan separuh baya dihadapan nya
"Ayo bu cepet tolong bantu aku mengganti baju temanku"
"Baik"
Perempuan paruh baya itu mengikuti Alan dari belakang, "Ini kamarnya, bajunya sudah kusiapkan"
"Baik tuan, kalau begitu saya langsung masuk saja"
"Hem"
Perempuan itu mendekati Tasya yang sudah tergolek lemas, dengan wajah membiru dan tubuh yang dingin.
"Astaga, dia sangat dingin" tangan nya merapikan rambut Tasya yang menutupi wajahnya.
"Ya tuhan, kasian sekali kamu nak"
Dengan cepat dia mengganti pakaian yang dikenakan tasya, sesekali di bibirnya terdengar bergumam tidak jelas.
"Apa yang dia lakukan padamu nak?" ucapnya seraya membersihkan tubuh Tasya dan memakaikan kembali pakaian yang telah di siapkan Alan.
Alan kembali ke kamarnya sendiri, bergelung dengan pekerjaan yang sudah menantinya dari tadi. Pekerjaan nya semakin banyak ketika dia dipercaya oleh Arya mengurus beberapa perusahaan, meski dia sudah mempunyai perusahaan sendiri, peninggalan kedua orang tuanya yang sudah tiada.
Sebagai bentuk pengabdian, dia mencurahkan semua kehidupan nya untuk keluarga Adhinata, keluarga yang selama ini begitu menyayanginya.
"Tuan, pekerjaanku sudah selesai" Perempuan paruh baya itu mengetuk pintu kamar Alan.
"Hem" Alan pun menyerahkan beberapa lembar uang pada perempuan yang sudah membantunya.
"Ambil ini, sebagai ongkos"
"Maaf tuan tapi saya rasa ini terlalu banyak"
"Ambil saja"
"Baik kalau begitu, terima kasih"
Dengan ragu perempuan itu melangkah menuju pintu, namun kembali berbalik saat Alan hendak menutupnya.
"Tuan, sebaiknya anda segera melihatnya, kurasa perempuan itu terkena hipotermia."
"Saya permisi tuan"
Perempuan paruh baya itu mengangguk, lalu berlalu meninggalkan Alan yang masih tertegun didepan pintu apartemennya.
Alan masuk kembali kedalam kamar yang ditempati Tasya, melihatnya sekilas untuk memastikan. Namun Alan sontak terkejut karena tubuh Tasya menggigil dengan hebat. Perlahan dia menempelkan telapak tangannya di lengan dan dahi Tasya.
"SH'it"
Alan melirik jam yang melingkar ditangannya, lalu meraih ponselnya.
"Ah, sudah tidak banyak waktu"
Dengan cepat Alan membuka kancing yang terpasang dikemeja yang dikenakan Tasya, melu'cutinya hingga semua hingga tak berbusana, pakaiannya dia lempar dengan asal hingga berserakan di lantai. Tidak lupa diapun melakukan hal yang sama, melepas semua pakaiannya dan ikut masuk kedalam selimut.
Alih alih membawanya ke rumah sakit, Alan melakukan skin to skin pada Tasya. Waktunya tidak banyak jika harus pergi ke rumah sakit.
Alan mendekap Tasya dengan erat, membiarkan tubuh tanpa sehelai kain itu kian merapat untuk mendapatkan hawa panas dari tubuhnya.
Sesekali Tasya masih terdengar meracau, dengan bibir yang semakin kebiruan dan suhu tubuh yang menurun drastis.
"Bertahanlah"
Bisiknya pada telinga Tasya, hingga beberapa saat lamanya mereka dalam posisi saling memeluk dibawah selimut.
Hembusan nafas sudah mulai menghangat, tubuh sudah memperlihatkan perubahan. Hingga mereka berdua pun larut dalam mimpinya masing masing.
.
.
Keesokan paginya Tasya terbangun setelah merasa sesuatu mengganjal diperutnya. Dia membelalakkan matanya saat melihat sepasang tangan kekar melingar diperutnya.
"Astaga, apa yang dia lakukan"
Tasya membuka selimut yang menutupi dirinya, dia semakin membulatkan kedua manik bentuknya saat melihat tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai kainpun.
"Ya tuhan"
Tasya memejamkan matanya, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun dia tidak mengingat apapun selain dirinya berada di bathtube yang penuh dengan air.
Tasya memijit kepalanya yang pusing, lalu menatap Alan yang tengah terlelap. Begitu damai, dan nyaman dia rasakan. Hingga pergerakan dari Alan yang menggeliat membuatnya berpura pura tidur kembali.
"Tidak usah berpura-pura,"
"Dan jangan salah paham, aku melakukan ini hanya untuk menolong nyawamu yang hampir saja melayang"
Alan beranjak bangun, namun Tasya menarik lengannya, dengan satu lengan menutupi bagian dadanya.
"Jangan pergi"
Baru saja Alan akan menoleh, satu tarikan ditengkuknya membuatnya tak berdaya. Dengan gai'rah yang membuncah Tasya melu'mat bibir Alan dengan rakus, menyusuri bagian dalam hingga menggigit sedikit bibirnya karena Alan tak juga membuka mulutnya.
Semakin lama semakin panas dirasakan oleh Alan, jiwa kelaki-lakiannya meronta-ronta tak dapat di halangi. Hingga Tasya dengan leluasa membalikkan tubuh Alan, kini posisi Tasya berada diatas tubuhnya. Membuat Alan yang belum pernah sama sekali melakukannya itu kewalahan.
.
BRAK
"Brengsek"
.
.
Jangan lupa like dan komen, dan terus dukung aku yaa
Makasih😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Wina Bundane Icha
ku kira alan sudah niduri tasya ternyata belum
2022-09-24
0
ARSY ALFAZZA
👍
2022-01-04
2
Cottonbud
wkwkwkwk. si Farrel jadi pengganggu
2021-12-20
1