Listy
🌷🌷🌷🌷
"Dani, keur naon maneh didinya?" [ Dani, sedang apa kamu disitu?] Tanyaku pada dani. Dani terlihat berdiri di pinggir jalanan sebelah rumah Embun.
"Iyeu aya amanat lis ti si Khafa. Tapi era ah nyampekuen na." [Ini ada amanat dari si Khafa. Tapi malu menyampaikan nya.]
"Khafa?" Tanya ku heran. "Amanatnya Jeung saha?" [Amanat buat siapa?]
"Buat Embun." Dani menunjukan beban di wajahnya.
"Amanat apa? Kajeun urang nu sampeikeun." [biar gue aja yang nyampein.]
"Salam doang sih."
"Aahh elah sugan amanat naon. Nepi beban kitu maneh mah dan.." [kirain amanat apa. Sampe beban gitu kamu mah dan.]
"Kosna Khafa suka deuh sama Embun."
"Naon dan? Khafa? Suka sama Embun?" Tanyaku kaget.
"Ssssssssttttttt... Gandeng maneh mah Lis." [Berisik kamu mah lis.] Dani menutup mulutnya hati-hati.
"Iya iya iya." Listy mendorong tangan dani.
"Maneh nyaho teu? Lamun kanyahoan ustadz Mahfud bakalan kumaha?" [Kamu tau ga? Kalo ketahuan ustadz Mahfud bakalan kaya gimana?]
"Iya Daaannn... ngarti urang."
"Khafa bener suka Ama Embun? Barabe urusan na dan amun tembus ka ustadz." [Bakalan runyam urusannya kalo ustadz sampe tahu] lanjut ku.
"Udah deuh, yang penting maneh bisa jaga rahasia."
Aku mengangguk. "Terus maneh geus kapanggih Embun?" [Terus Lo udah ketemu Embun?]
"Acan. Urang era Lis." Dani menggaruk kepalanya tak gatal. "Jeung Embun mah teu akrab. Cicingan. Jadi Kagok urang." [ Belum. Gue balu Lis.] [Sama Embun mah ga akrab. Dia pendiam. Jadi canggung gue]
"Ah biasa weh Dan.. kalo udah deket mah dia rame ko orangnya."
"Yaudah deuh ku maneh Weh sampekeun. Urang balik heula ya." Pamit Dani.
"Oke."
Aku melanjutkan langkahku pulang untuk izin kepada orang tuaku bahwa aku mau menginap di rumah Embun malam ini. Setelah itu aku kembali ke rumah Embun dengan senang hati. Dan seperti yang Embun ceritakan. Aku selalu nyaman curhat apa saja padanya. Selain ia pendengar yang baik. Ia juga selalu memberi semangat padaku saat aku sedang terpuruk.
Malam itu, Embun tertidur lebih dulu. Seolah ia sedang dibacakan dongeng sebelum tidur olehku. Aku tahu. Selain mendengar curhatan ku Embun juga diam diam ingin aku ceritakan soal Khafa.
Muhammad Khafa Hamizan. Santri teladan di sekolahku. Hampir semua teman temanku diseluruh tingkatan mengenalnya. Dia baik udah pasti. Track recordnya dipondok nyaris tidak ada cacat. Prestasinya juga bagus. Bahasa arab dan hapalan Qur'annya pun selalu diatas rata rata temannya. Aku sempat aneh. Ternyata Khafa bisa juga jatuh cinta. Kalau sedikit saja ia sampai melanggar aturan pondok. Posisinya sebagai ketua OSDQ (Organisasi Siswa Daarul Qur'an) bisa terancam. Pun dengan rencana pertukaran pelajar yang telah di rencakan pondok. Ya, Khafa adalah salah satu santri yang di gadang gadang akan dipilih pondok untuk pertukaran pelajar selama satu tahun ke islamic center di new York, Amerika Serikat.
Hampir semua santriwan dan santriwati tahu akan hal itu. Tapi Khafa terlihat biasa saja. Jauh dari kata sombong ataupun arogan. Karna kecerdasannya, Ia sering kali menggantikan posisi ustazd yang berhalangan hadir di kelasku. Memang tidak bertugas memberi materi seperti ustazd pada umumnya. Ia hanya menyampaikan amanah. Menyampaikan tugas tugas yang harus diselesaikan.
Ia selalu menjadi topik pembicaraan santriwati di kelasku. Kacuali aku. Tau diri. Sempat dengar sih ada salah satu santriwati yang diam-diam menyimpan rasa sama Khafa. Serius. Fira namanya. Ia salah satu santriwati berprestasi juga di pondok. Prestasinya hampir kejar-kejaran dengan Khafa. Tapi nahas. Perasaannya tembus ke asatidzah di pondok. Sehingga ia di panggil untuk memberikan keterangan. Sejak saat itu mereka ---- Khafa dan Fira ---- tidak ada lagi cerita. Yang aku tau Khafa tidak pernah menganggap Fira punya perasaan lebih.
Malam semakin larut. Aku membuka buku yang ku temukan di atas meja belajar Embun. Mengusir rasa bosanku. Karna Embun sepertinya sudah semakin lelap. Ku buka halaman demi halaman buku paket IPS. Dan aku terhenti pada lipatan kertas hvs putih. Kubuka. Didalamnya ada puisi karya Sapardi Djoko Damono dan dipojok kanan bawah tercetak nama phia kemudian secret admirer. Aku yakin kertas ini dimaksudkan Embun untuk Khafa. Tapi Embun tak mungkin punya keberanian memberikan ini pada Khafa. Dan aku mempunyai rencana tentang ini.
🌸🌸🌸🌸🌸
Bel istirahatpun akhirnya bunyi. Aku akan melaksanakan tugasku sebaik mungkin sebagai sahabat. Jujur, sejak aku tahu Khafa dan Embun ternyata saling mengagumi. Aku berfikir tentang cara mempertemukan mereka.
Khafa adalah kakak kelasku. Ia dua tingkat lebih tinggi dariku. Jadi aku harus berjalan mencari Khafa. Tujuan pertamaku adalah kelasnya. Tepat. Aku melihat Khafa sedang murajaah hafalannya.
Kemudian aku memberanikan diri masuk ke dalam kelasnya.
"Assalamualaikum kak" salamku di hadapannya.
"Waalaikum salam" Khafa menoleh ke arahku.
"Boleh aku ngobrol sebentar ga?"
Khafa mengangguk. "Disini?"
"Di luar bisa?"
Kami berjalan ke halaman depan kelas.
"Ini ada titipan dari Embun." Aku menyodorkan secarik kertas yang lipatannya sama sekali tidak aku rubah.
Khafa mengambilnya. "Embun??" Ia terlihat sedikit bingung. "Ko bisa?"
"Iya aku tau dari Dani soal kakak ke Embun."
"Kamu temen Embun?"
Aku mengangguk. "Semalem aku nginep dirumahnya. Terus aku ga senganja nemuin ini. Sebelumnya aku udah tau Embun suka sama seseorang disini. Cuma aku ga tau persis siapa orangnya. Karna Embun juga ga tau namanya. Tapi sekarang aku tau. Makanya aku kasih ini ke kakak."
"Gimana kalo orang itu bukan aku?"
"Aku yakin ko itu kakak."
"Aku mau ketemu dia bisa?"
"Pasti bisa ka. Nanti kalo lapangan udah di buka lagi. Sorenya pasti dia ada. Cuma mau nyari kakak."
"Masa sih?"
"Beneran kak, kak Khafa ngga sadar selama ini dia sering perhatiin kak Khafa dari jauh?"
"Aku tau koq." Kata Khafa senyum senyum.
"Oh iya. Semalem dani ke rumah Embun tuh. Nyampein amanat dari kakak."
"Hah??? Dani???"
"Iya."
Khafa terlihat bingung.
"Kenapa kak?"
"Ahh ngga. Ngga apa apa."
"Aku nyari dani ko ga ada ya?" Tanya ku sambil melihat ke sekitar keberadaan dani.
"Dia ngga masuk."
"Eimmm.. yaudah kak aku ke kelas dulu." Pamitku.
"Iya iya. Makasih ya.."
"Iya kak. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam." Jawab khafa.
Kemudian aku kembali ke kelasku.
#####
****Part ini sengaja aku buat menurut keterangan Listy ya. Pasti kalian pada bingung dong ko bisa Khafa sama Embun ujuk-ujuk ketemu. Ya, ini adalah salah satu usaha Listy untuk membuat sahabatnya tersenyum. Lebih tepatnya sih si Listy tuh Mak Comlang. Cuma saat itu Listy belum jadi emak-emak masih remaja. Jadi namanya ade comlang. Hahaaaa apa sih suka ga jelas gini.. maafkan aku teman temannn...
Ini belum apa-apa ya.. masih jauh dari konflik. Tapi udah rindu melulu gitu. Abis kalo ketemu banyak diem sihh... ngapain ke atuh yaaa.. hihiii... gemes****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
sama kk Endang, ku juga guemuesh dehh sama cerita mu 😍🥰☺️
2022-04-05
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
woww keren 😳😳😳
2022-04-05
0
Nay⚘
ueu
2020-08-23
0