APAAAA?"
"Kau tidak mau Mas?"
"Aku mau Del, tentu aku sangat senang kita bisa secepatnya menikah."
"Terimakasih banyak Mas."
"Aku telepon Mami ya Del?" Adel lalu mengangguk.
[Halo Mami.]
[Iya ada apa Farel, apa kamu sudah dapat pacar?]
[Belum Mi.]
[Terus, kenapa kamu telepon Mami?]
[Farel bukan dapat pacar Mi, tapi Farel dapat calon istri. Dua minggu lagi Farel akan menikah Mi.]
[Apaaaa, Alhamdulillah, tapi kok bisa secepat itu Farel?]
[Iya Mi, maaf jika Farel mengecewakan Mami, tapi Adel terlanjur mengandung anak Farel Mi, jadi kami harus secepatnya menikah.]
[Apa kamu hamilin anak orang Farel? Dasar anak bodoh, ga tahu diri, itu zinah Farel, kamu istighfar!!! Eh tapi gapapa deh yang penting kamu nikah hahhahahhaha.]
[Jadi Mami restuin Farel?]
[Ya pacarmu udah terlanjur hamil, mau gimana lagi? Tapi kamu harus bertaubat secepatnya Farel udah hamilin anak orang!]
[Iya Mi, iya maaf.]
[Eh Farel, tapi itu calon istrimu siapa namanya? Dia dari keluarga baik-baik kan? Orang tuanya siapa Farel?]
Farel lalu berbisik pada Adel. "Del, siapa nama orang tuamu?"
"Prasetya Wijaya dan Anita Wijaya."
"Oke Del."
[Farel, kok bengong sih, siapa nama orang tua Adel?]
[Ini Mi, Prasetya Wijaya dan Anita Wijaya.]
[APAAAAAA!!!!! Yang benar Farel? Tuan Prasetya pemilik Wijaya grup dan masuk ke sepuluh besar orang terkaya di Indonesia?]
Farel lalu berbisik lagi pada Adel "Del, orang tua kamu pemilik Wijaya group?" Adel lalu mengangguk.
[Iya Mi, mereka pemilik Wijaya grup.]
[FARELLLL!!! Kamu memang benar-benar luar biasa bisa mendapat calon isti seperti Adel!]
[Jadi Mami setuju?]
[Tentu aja setuju Farel, kalau perlu kamu nikah besok hahahaha.]
[Mami ada-ada aja deh.]
[Ya udah, Mami tutup dulu teleponnya ya, Mami mau kasih tau Papi sama temen-temen arisan Mami kalau kamu mau nikah sama putri Tuan Prasetya Wijaya.]
[Iya Mi.]
"Sudah Mas?"
"Sudah Del."
"Gimana apa orang tuamu setuju dengan hubungan kita Mas?"
"Tentu, Mami sangat setuju dan bahagia dengan hubungan kita Del."
"Alhamdulilah."
"Baik Mas, sekarang giliranku untuk menelepon Papa."
"Iya Del, silahkan."
Adel lalu mengambil ponselnya dan menelpon Papanya sambil berjalan sedikit menjauhi Farel. Awalnya raut kecemasan dan takut terpancar dari wajah Adel, namun beberapa saat kemudian, senyum mengembang di bibirnya.
"Terimakasih banyak Pa." kata Adel sambil menutup teleponnya.
"Gimana Del, apa Papamu setuju?"
"Ya Mas."
"Lalu apa alasan yang kau katakan pada Papamu karena rencana kita begitu mendadak?"
"Aku cuma bilang kalau aku ga mau terjadi yang tidak-tidak karena kita hidup bersama di sini."
"Apa Papamu tidak curiga Del?"
"Tidak Mas, awalnya Papa memang sedikit terkejut karena terlalu mendadak, namun kujelaskan padanya jika aku tetap akan menyelesaikan kuliahku, dan tetap berkarier untuk memimpin perusahaan Papa, meskipun aku telah menikah."
"Tentu Del, kamu bisa melakukan apa yang kau mau meskipun kita sudah menikah."
"Terimakasih banyak Mas." kata Adel, tak sengaja dia memeluk Farel karena begitu bahagia. Farel lalu melihat tangan Adel yang melingkar di tubuhnya.
"Emhhh maaf Mas."
"Gapapa Del." jawab Farel sambil tersenyum. Tiba-tiba dia merasa begitu gugup dan jantungnya berdetak dengan kencang. 'Tidak, tidak boleh, aku tidak mau mencintai wanita lain, hanya Reina yang selalu ada di hatiku.' gumam Farel dalam hati.
***
Jauh di salah satu sudut kota Jakarta, Adrian dan Dena akan melakukan perjalanan untuk berbulan madu ke Swiss.
"Hampir saja kita ketinggalan pesawat Den, kamu sih ribet banget."
"Maklumlah sayang, namanya juga cewek, kan banyak peralatan yang harus di bawa." Adrian hanya mendengus kesal.
Setelah melalui perjalanan selama enam belas jam, akhirnya mereka pun sampai pada keesokan harinya di Swiss. Mereka sudah dijemput oleh mobil dari hotel tempat mereka menginap. Mobil itu mengantarkan mereka ke Hotel Storchen yang ada di pusat kota Zurich.
Dena dan Adrian lalu masuk ke dalam sebuah kamar yang sangat indah, kamar yang memiliki pemandangan Sungai Limmat dan Kota Tua yang indah.
"Pemandangan yang indah." kata Dena.
Adrian lalu tersenyum, kemudian dia duduk di sofa di sambil memainkan ponselnya. Dia lalu memandang salah satu foto Adel dengan background keindahan kota London di malam hari di salah satu story what's appnya.
'Del.' gumam Adrian.
Saat tengah asyik memandang foto Adel tiba-tiba Dena sudah berdiri di depan Adrian. "Kamu lagi ngapain sih sayang? Yuk kita jalan-jalan." kata Dena.
"Den, aku cape, sebaiknya kita istirahat dulu, jalan-jalannya besok."
Dena lalu meninggalkan Adrian sambil menggerutu, kemudian dia membuka bajunya untuk mandi. Tubuh polos Dena yang hanya berbalut handuk di depan matanya membuat Adrian tergoda. Dia lalu mendekatkan tubuhnya pada Dena dan mulai meng*cup lehernya. Dena lalu mulai membuka handuk yang dipakainya untuk membuka ruang bagi Adrian untuk menjamah bagian tubuhnya.
Adrian lalu membopong tubuh polos Dena ke atas tempat tidur, kemudian mulai menci*mi dan meng*lum bibir Yasmine dengan penuh na*su. Adrian lalu mengalihkan pada bagian lain tubuh Dena. Gunung kembar milik Dena yang padat berisi begitu menggugah kelaki-lakian Adrian, dia lalu meng*sapnya hingga membuat Dena mengeluarkan ******* yang kian membuat Adrian semakin bergairah.
Adrian menggerakkan pinggul sembari memeluk erat Tubuh Dena, mengi*ap kembali bahu tel*njang istrinya sembari memainkan gunung kembar milik Dena dengan menggunakan tangannya. Dena hanya bisa meng*rang, menggaungkan desa*an merdu yang memenuhi sudut hotel hingga keduanya mencapai kepuasan.
Saat keduanya masih begitu lelah, tiba-tiba suara ponsel Dena berbunyi. Dengan tubuh tela*jang, Dena lalu berjingkat mengambil ponselnya yang ada di sofa.
"Siapa Den?"
"Papa." jawab Dena sambil masuk kembali ke dalam selimut.
Raut wajah Dena seketika berubah, keningnya berkerut, namun tak lama kemudian senyum pun mengembang di bibirnya. Beberapa saat kemudian dia menutup teleponnya.
"Ada apa Den?"
"Adel, Adrian."
"Kenapa? Ada apa dengan Adel?" tanya Adrian, wajahnya kini pun diliputi oleh kecemasan.
"Dua minggu lagi Adel mau menikah, Adrian."
Adrian hanya terdiam mendengar kata-kata Dena, hatinya begitu hancur. "Hei kok diem sayang."
"Gapapa cuma kaget aja."
"Aku mandi dulu, kalau udah mandi nanti kuceritakan."
Adrian hanya mengangguk dengan penuh kebimbangan memenuhi setiap sudut hatinya. 'Adel, semudah itukah kau melupakan aku?' gumam Adrian.
"Adrian." Sebuah tepukan dari Dena membuyarkan lamunannya. "Kamu kenapa sayang? Kok tiba-tiba diem gitu?"
"Gapapa cuma cape. Den gimana tadi pernikahan Adel?."
"Oh Adel, dia mau nikah sama siapa ya aku lupa namanya, Oh iya Farel, namanya Farel."
"Kok mendadak banget sih Den, emang mereka udah saling mengenal?"
"Kata Papa sih Adel bilang mereka sudah pacaran sejak di Jakarta, tapi baru ngomong ke Papa tadi pagi, ya kamu tau sendiri kan kalau Adel itu pemalu."
"Terus kenapa bisa secepat ini Den?"
"Farel katanya di desak sama orang tuanya buat buru-buru nikah, soalnya mereka kan kuliah bareng takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."
Oh." jawab Adrian singkat, berbagai macam pikiran menari di benaknya.
'Aku tahu ini cuma pelampiasanmu Del, karena sejak di Jakarta, kamu hanya berhubungan denganku.' batin Adrian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments