Sementara itu di salah satu sudut kota Jakarta, seorang wanita paruh baya nampak mondar mandir di dalam rumahnya. Sesekali pandangannya dia tujukan ke arah pintu masuk rumahnya, namun seseorang yang dia tunggu belum juga menunjukkan batang hidungnya.
TINNNN TINNNNN
Tiba-tiba sebuah suara klakson mobil membuyarkan kecemasannya. "Itu pasti Papi."
Wanita itu lalu bergegas membukakan pintu dan menarik suaminya ke dalam rumah setelah turun dari mobil.
"Mami, apa-apaan sih?"
"Cepat masuk Papi, ada hal penting yang ingin mami bicarakan."
"Berita penting apa Mi sampe papi harus pulang dari kantor gini, padahal papi lagi banyak banget kerjaan."
"Papi, ini jauh lebih penting dari semua kerjaan Papi."
"Iya berita apaan Mi?"
"Pi, Farel mau nikah."
"Oh, syukurlah Mi."
"Ih kok gitu doang sih responnya."
"Ya papi harus gimana? Papi juga ikut bahagia kalau Farel udah bisa lupain Reina."
"Papiiiii, yang paling penting itu calon istrinya Farel Pi."
"Memangnya kenapa dengan calon Istrinya Farel? Calon istri Farel anak pejabat Mi?"
"Bukan Pi, calon istri Farel itu putri dari salah satu orang terkaya di Indonesia Pi."
"Hah yang bener Mi?"
"Bener Pi, Farel itu mau nikah sama Adelia Puspita Wijaya, dia putri Prasetya Wijaya, pemilik Wijaya Group Piiiii."
"Habat juga Farel ya Mi? Papi pikir dia akan terpuruk setelah ditinggal Reina."
"Ya namanya juga jodoh Pi, kita harus bikin pernikahan Farel jadi pernikahan paling mewah yang ada di negeri ini Pi."
"Mami, ada-ada aja."
"Beneran Pi, semua orang harus tahu kalau kita akan berbesan dengan Tuan Prasetya Wijaya."
"Iya iya terserah Mami."
"Ya udah kita harus mulai persiapan Pi, karena pernikahan Farel akan dilangsungkan dua minggu lagi."
"Kok cepet banget Mi?"
"Lebih cepat lebih baik."
Tiba-tiba sebuah panggilan masuk di ponsel milik wanita tersebut. "Siapa Mi?"
"Ga tau Pi, nomer asing."
"Coba diangkat Mi, siapa tahu penting."
[Halo.]
Raut kebahagiaan terpancar dari wajah sanh istri. "Siapa Mi?" bisik suaminya.
"Nyonya Anita Wijaya." jawab sang istri sambil tersenyum penuh kebahagiaan.
Adrian termenung memandangi gelapnya Sungai Limmat dan gemerlap lampu kota yang ada di depannya. Sedangkan Dena sudah terlelap di sampingnya. 'Adrian, sadarlah lepaskan Adelia, dia berhak bahagia bersama orang lain, kau tidak boleh egois mempermainkan perasaan dua orang wanita.' gumam Adrian dalam hati. Dia lalu memandang Dena yang terlelap di sampingnya lalu mengecup keningnya.
***
Keesokan paginya Farel menjemput Adel berangkat ke kampus. "Selamat pagi Del."
"Selamat pagi Mas."
Namun saat Adel akan membuka pintu mobil, tiba-tiba dia merasa pusing dan semuanya berubah menjadi gelap. Farel begitu panik melihat Adel yang pingsan di depannya. Dia lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dokter yang menangani Adel pun keluar dari ruangan. Dia lalu berbincang-bincang sebentar dengan Farel, kemudian dia masuk ke dalam ruangan menunggu Adel yang belum sadar. Farel memandang wajah Adel yang tampak begitu pucat 'Wajah yang begitu cantik.' gumam Farel, sebuah getaran hangat tiba-tiba hadir dalam hatinya.
"Tidak, tidak boleh, aku tidak boleh mencintai orang lain kecuali Reina." kata Farel sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Beberapa saat kemudian, tampak Adel perlahan membuka matanya. "Del, kamu sudah sadar?"
"Mas Farel, aku dimana?"
"Tenang saja Del, kamu di rumah sakit, tadi kamu pingsan."
"Kandunganku gimana Mas?"
"Semua baik-baik saja, kamu hanya sedikit stres." kata Farel. Dia lalu menggenggam tangan Adel. "Del, kasihan janin dalam kandunganmu, jika kamu terus terusan seperti ini akan berdampak tidak baik bagi pertumbuhannya. Kamu tidak ingin sesuatu terjadi pada anakmu kan Del?"
Adel lalu menggeleng perlahan. "Del, kamu tenang saja, ada aku, aku akan selalu berusaha membahagiakan kamu, meski kita belum memiliki ikatan hati satu sama lain, kita harus bisa saling mendukung agar hubungan ini bisa berjalan dengan baik, dan diantara keluarga kita tidak ada yang curiga."
"Iya Mas."
"Istirahatlah terlebih dahulu, sebentar lagi kita pulang Del. Aku akan menebus obat untukmu.
"Maaf." kata Adel.
"Maaf, aku sudah merepotkanmu Mas."
"Sudahlah Del, kamu kan calon istriku."kata Farel sambil tersenyum.
***
Farel dan Adel melangkahkan kakinya masuk ke kediaman Wijaya. Begitu pintu dibuka, tampak Papa dan Mama Adel tengah duduk menunggunya di ruang tamu dengan senyum yang begitu lebar. Adel lalu berlari menghambur ke pelukan mereka berdua.
"Papa, Mama." kata Adel sambil memeluk kedua orang tuanya.
"Dasar anak nakal, kenapa dari dulu kamu ga bilang ke Papa sama Mama?" kata Prasetya Wijaya sambil mengusap kepala Adel
"Maaf Pa, Ma, ini juga sedikit mendadak karena permintaan dari Maminya Mas Farel ingin semua dipercepat."
Farel lalu mendekat pada Prasetya dan Anita kemudian menjabat dan mencium tangannya. "Farel." katanya.
"Iya, iya. Om kemarin sudah bertemu dengan kedua orang tuamu dan kami sudah mengurus semua persiapan untuk pesta pernikahan kalian."
"Iya Om, Tante, terimakasih banyak, maaf merepotkan."
"Tidak apa-apa Nak, Mama senang sekali akhirnya dua putri Mama sudah bertemu dengan jodoh mereka masing-masing."
"Del." sebuah suara membuyarkan perbincangan mereka.
"Dena." kata Adel lalu mendekat pada Dena dan memeluknya.
"Idihhhh calon pengantin, ga ketemu seminggu aja sekarang kamu jadi tambah gemukan deh."
Adel merasa sedikit canggung mendengar kata-kata Dena, dia lau melirik ke perutnya. "Kok diem sih Del? Kenalin aku sama calon kakak iparku dong?" kata Dena sambil menyeret Adel ke hadapan Farel.
"Mas Farel, ini Dena"
Farel lalu mengulurkan tangannya pada Dena. "Farel."
"Dena."
"Adel, Dena ternyata kalian benar-benar mirip ya?" kata Farel.
"Namanya juga kembar."sebuah suara yang berasal dari belakang tiba-tiba mengagetkan mereka.
'Adrian.' gumam Adel. Rasa sakit pun kembali memenuhi hatinya.
"Sayang, kamu udah pulang? Aku pikir kamu masih ada di kantor." kata Dena saat Adrian mendekat pada mereka.
"Ya, aku sengaja pulang lebih awal Den, karena aku tahu Adel akan pulang dengan calon suaminya. Aku juga ingin berkenalan dengan calon suami Adel." kata Adrian sambil melirik Adel. Melihat lirikan Adrian, Adel lalu mengalihkan pandangannya pada Farel.
Farel lalu ikut memandang ke arah Adel, dan Adel pun mengangguk.
"Adrian, kenalkan Farel. calon suami Adel." kata Dena
Farel lalu mengulurkan tangannya, Adrian lalu membalas jabat tangan dari Farel. Adrian mencengkeram telapak tangan Farel dengan begitu keras, sedangkan Farel menatap Adrian dengan tatapan yang tajam.
"Heiiii ayo kita semua duduk disini, kita harus membicarakan pernikahan Farel dan Adel, karena persiapannya begitu singkat." kata Prasetya Wijaya.
"Baik." jawab Adrian dan Farel bersamaan.
Mereka lalu berbincang -bincang hingga malam hari. Setelah makan malam akhirnya Farel pun pamit pulang.
"Terimakasih banyak semua, sampai jumpa besok lusa saat pernikahan." kata Farel.
"Iya Farel hati-hati, salam buat Mamimu, kemarin kita ngobrol banyak dan selera kita ternyata sama, Mamimu adalah orang yang berkelas Farel." kata Anita Wijaya.
"Terimakasih Tante, akan kusampaikan pada Mami."
Farel lalu keluar rumah diantar oleh Adel. "Terimakasih banyak Mas Farel."
"Sama-sama Del, sampai ketemu besok lusa."
Adel lalu mengangguk, Farel kemudian memeluk Adel. Dia cukup terkejut dengan sikap Farel yang tiba-tiba memeluknya. "Diamlah Del, Adrian sedang melihat kita, aku tak ingin dia curiga jika pernikahan kita hanyalah sandiwara."
Adel lalu mengangguk dan membalas pelukan Farel. Setelah berpelukan cukup lama, Adel pun melepaskan pelukannya. Farel lalu mengecup kening Adel dan membelai rambutnya. Adrian yang mengamati mereka dari balik gorden kamar hanya menatap tajam ke arah mereka, hatinya terasa begitu sakit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2021-11-10
0