Kompromi

Jam menunjukkan pukul 13.30 waktu London, Adel tampak keluar dari ruang kuliah dengan sedikit lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, dia lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok.

"Del." 

"Eh, Mas Farel."

"Kamu kenapa Del?"

"Gapapa Mas, cuma sedikit pusing."

"Kamu lapar ya?"

Adel hanya diam, lalu mengangguk dengan malu-malu. "Hahahaha, orang hamil itu memang mudah lapar Del, aku tahu itu karena kakak perempuanku hampir satu jam sekali makan saat hamil."

"Benarkah sampai seperti itu Mas?"

"Iya Del, ***** makannya begitu meningkat, sekarang ayo kita makan siang Del "

Adel sebenarnya sedikit ragu karena dia belum mengenal Farel. Melihat raut kecemasan di wajah Adel, Farel lalu menepuk pundak Adel. "Tenang Del, aku bukan orang jahat. Percayalah padaku."

"Iya Mas."

Mereka lalu makan siang bersama, selesai makan siang Farel lalu mengajak Adel berjalan-jalan mengelilingi kota London.

"Kamu sudah hapal kota ini ya Mas?"

"Tentu, aku sudah kuliah di sini sejak mengambil program sarjana Del. Semua masih sama dan tidak berubah..." tiba-tiba kata-kata Farel terhenti dan cairan bening menetes di pipinya.

"Mas, kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan kata-kataku?"

"Ga Del, tenang saja."

"Oh, Iya."

Tiba-tiba suara ponsel Farel kembali berbunyi. 'Mami lagi.' gumam Farel. Dia lalu mengambil ponselnya kemudian mengangkat telepon dari Ibunya.

[Ya Mi.]

[Farel, kamu sudah selesai kuliah kan? Kamu gimana sih tadi kan Mami belum selesai ngomong kok malah kamu matiin teleponnya.]

[Mi, Farel lagi sibuk.]

Saat Farel asyik berbicara dengan ibunya, tiba-tiba Adel merasa begitu mual dan pusing, raut wajahnya berubah merah, mulutnya dia tutup dengan tangan kanannya kemudian dia mulai menyenderkan tubuhnya di jok mobil. "Del, kamu kenapa?"

"Gapapa Mas."

[Farel, kamu sedang sama siapa? Kok ada suara perempuan.]

[Teman Farel Mi.]

[Bagus Farel, coba kamu dekati dia.]

[Mami, Adel cuma temen.]

"Kenapa Mas?"

"Gapapa, Mami memang reseh."

[Udah ya Mi, Farel mau anter Adel pulang.]

Farel lalu menutup teleponnya. "Del, kamu gimana?"

"Gapapa Mas, tadi cuma sedikit mual, tapi sekarang udah gapapa kok "

"Ya udah kita pulang sekarang ya Del, ini juga udah sore."

Adel lalu mengangguk. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di apartemen Adel. "Terimakasih banyak Mas Farel."

"Sama-sama Del, kamu jaga kesehatan."

"Iya Mas."

"Besok pagi kujemput lagi ya, aku ga mau kamu kenapa-kenapa Del, fisikmu sangat lemah sekarang."

"Ga usah Mas, Adel ga mau ngrepotin Mas Farel."

"Come on Del, jangan pernah berfikir seperti itu."

"Baik Mas, terimakasih."

Adel lalu masuk ke dalam apartemennya, kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memainkan ponsel miliknya, namun hanya sekilas Adel melihatnya, kemudian dia mematikan ponsel itu. Hatinya terasa begitu sakit saat melihat salah satu postingan Dena yang sedang bermesraan bersama Adrian, lalu ada beberapa foto romantis lainnya saat mereka sedang berkencan.

Adel masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, hatinya terasa begitu sakit. Air mata mengalir begitu deras di pipinya. 'Del, sadar Del, Adrian adalah suami adikmu.' gumam Adel. Akhirnya Adel tertidur karena lelah menangis disertai air mata yang mengering di pipinya.

Adel terbangun saat sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamarnya. 'Sudah pagi.' gumamnya. Dia lalu mengusap kasar wajah yang terasa begitu lengket karena sisa-sisa air mata yang telah mengering. Setengah jam kemudian, Adel sudah mandi kemudian menikmati sarapan di balkon apartemen sambil menikmati udara pagi kota London. Adel lalu menyalakan ponselnya, betapa terkejutnya dia saat melihat puluhan chat dari Farel masuk ke ponselnya. 

'Mas Farel.' gumam Adel.

Dia lalu keluar dari apartemen, dan meninggalkan sarapannya begitu saja. Adel sangat terkejut saat melihat Farel sudah menunggunya di lantai bawah apartemen sama seperti isi chat terakhir yang Farel kirimkan.

"Del." kata Farel sambil tersenyum.

"Kamu kenapa sih Mas? Kirim chat ke aku banyak banget." 

"Gapapa Del, aku cuma khawatir, tiba-tiba ponselmu ga aktif."

"Oh itu." kata Adel. Cairan bening pun menetes di pipinya lagi.

"Del, kamu kenapa?"

"Gapapa Mas."

"Jangan sedih Del, lebih baik kamu temani aku sarapan yuk."

Adel lalu mengangguk, dia lalu menemani Farel sarapan di salah satu cafe dekat kampus mereka. Adel tersenyum saat melihat Farel yang begitu lahap menyantap sarapannya.

"Mas kamu udah berapa lama ga makan?"

"Aku terakhir makan kemarin siang saat bersamamu Del." kata Farel. Adel lalu tertawa.

"Del, akhirnya aku bisa melihatmu tersenyum."

Adel lalu terdiam. "Maaf Mas, aku memang masih sedikit terpuruk atas semua yang terjadi padaku."

"Apa ini ada hubungannya dengan laki-laki yang menghamilimu Del? Maaf jika aku bertanya seperti ini Del, tapi sungguh aku hanya ingin membantumu."

Adel lalu mengangguk. "Apa dia sudah tahu kamu hamil anaknya Del?" 

Adel lalu menggeleng. "Apa perlu aku membantumu untuk berbicara dengannya."

"Gak perlu Mas, dia sudah memiliki istri."

"Istri?"

"Ya, dan istrinya adalah adikku sendiri, dia kembaranku Mas."

Farel begitu terkejut mendengar kata-kata Adel yang kini tak bisa membendung air matanya lagi. "Del." kata Farel sambil mendekat pada Adel kemudian memeluk tubuhnya.

"Del, menangislah, luapkan semua rasa sakit di hatimu."

"Mas, aku sudah begitu jahat pada adikku, aku menjalani hubungan di belakang Dena. Ini adalah hukuman untukku."

"Del, ini semua bukan kesalahanmu sepenuhnya."

Farel lalu membiarkan Adel menangis dalan pelukannya. Setelah Adel sedikit tenang, Farel lalu menggenggam tangannya.

"Menikahlah denganku Del!"

"Apa Mas?"

"Menikahlah denganku Del!"

"Menikah?"

"Ya, anggap saja ini sebuah kompromi Del, bukan pernikahan."

"Sungguh aku tak mengerti Mas."

"Del, bukankah kau membutuhkan suami untuk menjadi Ayah dari anakmu?"

Adel hanya terdiam mendengar kata-kata Farel. "Del, aku juga membutuhkan istri Del, keluargaku begitu menuntutku untuk kembali menikah."

"Kembali menikah? Jadi Mas Farel sudah pernah menikah?"

"Ya Del, aku dan mantan istriku, Reina bertemu saat kuliah, kemudian kami berpacaran. Lalu kami memutuskan untuk menikah, namun sebuah kecelakaan pesawat telah membunuh istriku, Reina saat di dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Aku begitu terpukul dan hidupku jatuh pada titik terendah selama dua tahun terkahir ini Del. Aku selalu dituntut Mami untuk membuka lembaran baru dalam hidupku, namun semua terasa begitu sulit karena aku sangat mencintai Reina. Itulah sebabnya aku kembali ke sini."

"Mas, benar kata orang tuamu, kamu harus menikah dan memiliki kehidupan baru. Kamu tidak harus selamanya hidup dalam bayang-bayang masa lalumu."

"Iya Del, itulah alasanku ingin menikah denganmu."

"Mas, yang kau butuhkan kehidupan yang baru, bukannya mencari pelampiasan tetapi masih hidup dalam masa lalumu."

"Tapi Del, aku yakin kamu bisa membantuku. Tolong Del bantu aku keluar dari tekanan ini." kata Farel sambil mengiba.

"Baik Mas, aku akan menuruti keinginanmu. Ayo kita menikah."

"Terimakasih banyak Del, bulan depan kita menikah."

"Tidak Mas, jangan bulan depan."

"Lalu kapan? Apa itu terlalu cepat?"

"Tidak Mas, itu terlalu lama. Dua minggu lagi kita menikah." jawab Adel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!