SEBELUM BACA TOLONG VOTE TERLEBIH Dahulu
.
.
"Bibi!" teriakan nyaring di ambang pintu membuat garis senyum hadir begitu saja.
Aurora berlari menghampiri sang keponakan tercinta. Beberapa penjaga yang sempat menghalanginya hanya bisa pasrah. Aurora mengendong tubuh anak perempuan berusia enam tahun itu sebelum memutarnya hingga terdengar tawa lepas dari Sora. Tawa lepas membawa senyum di bibir beberapa orang yang menonton.
Sudah beberapa minggu sang nona kecil Dirgantara itu tak pernah tersenyum. Selalu menangis dalam diam. Wajahnya yang di tekuk terus menerus. Membuat orang-orang khawatir. Namun melihat tawa itu kembali hadir.
Tangan mungil melingkar di leher jenjang sang Bibi. Bibir basah mencium seluruh wajah cantik Sora. Membuat anak perempuan itu menghindari dengan tawa.
"Hh—hentikan Bi!" Teriak Sora menghentikan ciuman Aurora.
Aurora tersenyum. Sebelum mengecup dahi Sora dengan lembut. Ia mengendong Sora masuk ke dalam rumah besar Bara Dirgantara. Dari belakang beberapa Baby sister mengikuti ke duanya. Sedangkan kepala pembantu menyeret koper besar yang di tinggalkan begitu saja oleh Aurora di depan gerbang.
"Di mana Daddy mu?" Tanya Aurora menyapu seisi ruangan.
Tidak dia temukan tanda-tanda keberadaan Bara. Wajah Sora terlihat cemberut. Aurora melangkah memasuki kamar tamu.
"Kalian tinggal kan saja kami di sini," seru Aurora pada ke dua Baby Sister yang mengikutinya dari tadi.
"Kopernya saya letakan di sudut ruangan ya Nona," seru Bibi Ana.
"Hem," dehem Aurora pelan.
Orang-orang keluar dari kamar tamu. Sedangkan Aurora menurunkan tubuh Sora di atas tempat tidur. Ia duduk di samping Sora.
"Bi!" panggil Sora pelan.
Aurora menoleh."Ada apa sayang?" tanya Aurora lembut.
"Apakah Bibi akan tinggal di sini? Tidak akan kembali lagi ke Amerika kan?" tanya Sora penuh harap.
Aurora diam. Bisakah? Sulit baginya untuk tetap tinggal di Indonesia tanpa alasan. Di tambah hubungan nya begitu buruk dengan sang Ayah.
"Sora! Tidak ingin Bibi pergi lagi. Mom tidak di sini lagi. Mom meninggalkan Sora. Lalu Bibi juga akan meninggalkan Sora di sini sendiri. Apakah semuanya akan meninggalkan Sora?" tutur Sora dengan nada lirih.
Hati Aurora terasa tercubit. Ia diam menatap lekat wajah Sora. Rasanya sungguh sakit mendengar perkataan Sora. Tangan Aurora menarik tubuh Sora masuk ke dalam pelukannya. Dagu runcing Aurora bertengger indah di puncak kepala sang keponakan.
"Bibi tidak akan meninggalkan Sora sendiri. Bibi akan selalu berada di sisi Sora. Apapun yang terjadi," janji Aurora dengan nada bergetar,"Jadi Sora mulai saat ini jangan takut. Bibi bersama Sora selalu," lanjut nya.
Anak perempuan cantik tersenyum lebar. Ia memejamkan ke dua matanya. Menghirup aroma strawberry dari tubuh Aurora. Aroma yang sama seperti aroma sang Ibu. Ia merasakan pelukan hangat, pelukan Ibu.
Orang-orang berkata jika anak-anak sangat peka dengan hati orang dewasa. Mereka bisa merasakan siapa yang tulus dan siapa yang modus.
***
Denting besi yang saling beradu menghadirkan bunyi yang khas di jam dinding. Langkah kaki berat dengan wajah lelah terlihat samar-samar. Rumah besar mewah dengan lampu temaram terasa begitu dingin bagi lelaki berkepala tiga ini. Dulu, ruangan tengah tak pernah temaram apalagi gelap. Wanita cantik akan menunggu di atas sofa. Duduk dengan membaca majalah atau buku bacaan otonomi tubuh manusia. Di temani secangkir kopi susu.
Tak jarang Bara menemukan sang Istri tertidur di sofa dengan tangan memegang buku. Namun kini tak pernah lagi melihat pandangan menyejukkan itu. Hempasan napas kasar dari mulut tak membawa uap keluar. Udara yang hangat di dalam hati yang dingin. Dingin karena kehilangan kehangatan.
Derap langkah kaki di jam dua pagi memang mampu membuat siapa saja merasa merinding. Gadis cantik berambut sepinggang itu menuangkan perlahan air hangat ke dalam gelas. Meneguk perlahan, membasahi kerongkongan yang terasa begitu kering.
Hampir saja Aurora menjerit keras. Sepasang tangan kekar melingkar di pinggang ramping nya. Aroma Wine bercampur dengan bau permen karet menyeruak masuk ke dalam penciuman Aurora. Basah! Tengkuk Aurora meremang kala kecupan basah di lehernya.
"Hei!" Seru Aurora membalikkan tubuhnya mendorong keras tubuh kokoh yang menempel begitu intim dengan punggung belakang nya.
Sayang sekali. Tubuh sang pemeluk tidak beranjak sama sekali dari dirinya. Mata tajam begitu sayu menatap wajah cantik Aurora.
"Nana!" panggil Bara sangat berat.
Mata Aurora membulat sempurna kala tau siapa yang kurang ajar padanya. Meski di bawah pengaruh alkohol yang kuat. Bukan berarti, Bara Dirgantara se'enak nya menyentuhnya.
"Lepaskan aku! Aku bukan Kakak Nana!" Tutur Aurora kembali mencoba mendorong dada bidang Bara.
"Sayang!" ujar Bara membuat kulit hidung Aurora mengerut. Bau alkohol benar-benar menusuk keluar dari napas Bara yang berat.
"Sialan! Lelaki gila ini tidak waras!" Ujar Bara kesal mendorong tubuh lelaki itu kembali.
Tangan kanan Bara merengkuh tubuh Aurora membawa gadis itu masuk dalam pelukan nya. Pelukan nan erat membuat Aurora meronta-ronta. Berharap kegilaan Bara tak berlanjut.
BUG !
BRUK !
Telapak kaki Aurora menginjak keras kaki Bara. Sebelum mendorong keras tubuh Bara. Hingga lelaki mabuk itu kehilangan kesadaran nya. Menghantam kerasnya lantai dapur.
Napas Aurora memburu karena kemarahan. Kaki kanan Aurora melayang di atas perut Bara dengan gerakan akan menendang. Namun tak di laksakan.
"Oh! Untung kau Ayah nya Sora dan suami kakakku. Jika tidak sudah pasti kau akan mati di tanganku. Dan aku kebiri kau!" Kesal Aurora dengan jari telunjuk mendakwa tubuh yang tergolek lemah.
Tangan Aurora menyungar rambut nya dengan kasar. Ia frustasi, karena kemarahan tak dapat di lampiaskan. Sial sekali dirinya. Turun hanya untuk minum hampir di lecehkan oleh Suami Almarhum kakaknya. Beruntung, Aurora adalah gadis kasar yang bar-bar. Hingga melumpuhkan Bara bukan lah perkara sulit. Bara masih beruntung karena Bara tak menghajar babak belur wajah tampannya.
"Lelaki brengsek!" Seru Aurora dengan menyimpan empat jari menampilkan jari tengah nya ke arah Bara. Sebelum meninggalkan tubuh sang tuan rumah di dapur.
***
Gadis cantik itu berdiri di depan Aurora. Menatap garang wajah cantik Aurora. Namun yang di tatap malah memasang wajah tak peduli. Kaki jenjang putih mulus itu di silang dengan angkuh. Darah Keyla mendidih melihat bagaimana adik tirinya itu bersikap. Mengetahui Aurora pulang ke Indonesia saja sudah sangat menyebalkan bagi Keyla dan Ibunya. Apa lagi informasi yang ia dapatkan adalah adik tirinya ini tinggal di rumah calon suaminya.
"Duduklah, nona Keyla!" seru Aurora dengan santai.
"Mari kita bicara ke tempat lain," tutur Keyla dengan nada rendah menahan geraman.
Senyum sinis tercetak jelas di wajah cantik gadis itu. Meski Keyla telah di angkat secara sah menjadi putri keluarga Wijaya. Namun bagi Aurora gadis di depannya ini tidak berhak menyandang nama Wijaya. Yang berhak menyandang nama besar Wijaya hanyalah dirinya dan sang kakak.
"Mama meminta kau pulang ke Rumah. Untuk Papa, Mama akan membujuk beliau agar tidak marah padamu," lanjut Keyla berharap Aurora akan mau pulang ke rumahnya.
Meski sebenarnya. Bagi Keyla tidak ada nya Aurora akan membuat ia dan sang adik menjadi pewaris kemewahan keluarga Wijaya. Karena Nana sudah tidak ada lagi di dunia ini. Yang menjadi penghalang nya adalah Aurora. Meski mereka merasa menyingkirkan Aurora dari ahli waris keluarga Wijaya adalah perkara yang sangat mudah. Aurora sangat tidak sopan hingga bisa menyinggung banyak pihak. Dengan begitu ia akan membujuk Ayah tirinya untuk mengtiadakan Aurora dari ahli waris.
"Kembali ke rumah? Membujuk Papa?" ulang Aurora dengan nada meremehkan.
Gadis ini bukanlah gadis lugu yang bodoh. Tidak tau apa maksud dari ke datangan Keyla ke rumah Bara. Membujuknya agar ia tidak memiliki penghalang untuk bisa bersama lelaki Dirgantara itu. Namun sayang sekali, Aurora tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Akan ia lakukan apapun agar Keyla mau pun Jenni tidak menyentuh apa yang menjadi milik kakaknya.
"Sayangnya aku tidak tertarik," lajut Aurora membuat kepala Keyla mendidih.
"Kau tak malu tinggal di rumah mantan Kakak Iparmu?" kesal Keyla.
"Memang kenapa?"
"Kau bisa mengundang gosip tak sedap untuk Jenderal!
"Gosip seperti apa?" tanya Aurora berpura-pura bodoh.
"Gosip kau menggoda mantan kakak Iparmu yang akan menikah dengan ku!" tutur Keyla mendapatkan tawa meledak dari Aurora.
"Tidak. Itu bukan akan menjadi gosip!" Ucap Aurora berdiri dari posisi duduknya. Melangkah mendekati sang Kakak tiri. Mendekatkan bibirnya ke daun telinga Keyla."Tapi itu akan menjadi kenyataan. Aku akan membawa Jendral itu ke atas tempat tidur ku!" Bisik Aurora dengan senyum menyeringai.
TBC
Vote+comen!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dearest
wahahaha...aurora lo lawan
2022-07-07
0
Lina Anna
awal2 crita msh bagus takutnya nanti semakin byk episodnya semakin gak bagus krn jd bertele tele
2022-06-02
0
MiNIeL
sbnernya si buat aku panggian apa aja gk masalah cuma pas ponakanya manggil bibi itu rasanya gmnanaaaa gtu sdngkn manggil ayahnya aja daddy✌️😬🤭
2022-04-30
2