Bab 1 (Duka)

MOHON VOTE SEBELUM BACA YA ALL..

.

.

.

Hujan deras mengguyur Ibu kota Jakarta, Indonesia. Tubuh kuyup dengan mata membengkak di perparah tanpa alas kaki membuat gadis remaja sembilan belas tahun itu terlihat menyedihkan. Rumah duka terlibat begitu ramai. Karangan bunga berjajar penuh dari luar sampai ke dalam rumah. Puluhan pasang mata menatap dengan wajah aneh ke arah gadis remaja itu.

Kala sepasang tangan mengehentikan langkah rapuh yang bisa kapan saja tumbang. Mata bulat itu menatap tajam pada dua orang berpakaian duka yang tak di ketahui olehnya siapa.

"Maaf Nona, anda tidak bisa masuk," larang lelaki yang berdiri di samping lelaki yang menghadangnya.

"Siapa bilang? Siapa yang bilang aku tidak boleh masuk, brengsek!!!" maki Aurora delapan oktaf melengking.

Orang-orang berbisik lirih. Manik mata Aurora menatap tajam, baju merah kuyup yang melekat di tubuh nya menjatuhkan hujan kecil membasahi lantai. Belum sempat mereka menjawab. Satu seruan membuat ke dua lelaki itu beranjak.

"Biarkan dia masuk. Dia adalah adik almarhumah," seru tuan Dirgantara dengan menggelegar.

Sontak saja ke duanya mundur dengan cepat. Sedangkan Tuan Dirgantara menghampiri Aurora. Gadis remaja itu terlihat kacau. Suara Isak tangis di dalam rumah dapat di dengar samar-samar.

"Gantilah bajumu dulu, sebelum masuk ke dalam. Kau akan membuat Kakakmu merasa sedih," tutur Yahya Dirgantara dengan pelan penuh wibawa.

Aurora menatap sekilas Ayah mertua sang Kakak. Tidak menyahut, terkesan kurang sopan dan kurang ajar memang. Namun inilah dia, Aurora Wijaya. Putri ke dua dari tuan Rian Wijaya dan Ani Amira. Gadis remaja yang keras hati dan keras kepala. Telapak kaki pucat dengan ujung jari mengkerut bergesekan dengan lantai marmer nan begitu dingin. Tak menghalanginya, langkah Aurora semakin pasti masuk ke dalam rumah ke diaman keluarga Dirgantara.

Yahya mendesah letih. Manik mata tajam itu masih menatap punggung rapuh Aurora. Gadis cantik itu masuk ke dalam rumah semakin ke dalam. Semuanya terlihat jelas, mulai dari orang-orang yang berada di sana. Sampai bingkai foto besar yang menghadap pintu masuk. Terletak di atas peti, gambar sang kakak yang begitu cantik dan anggun. Bunga Krisan putih berjajar, dupa yang menyala.

Tuan Wijaya membulatkan ke dua mata tua yang bengkak, kala tubuh putrinya masuk mendapatkan perhatian dari orang-orang di dalam. Ibu tiri, adik dan kakak tiri Aurora menatap sinis Aurora. Tangan Aurora terkepal di ke dua sisi tubuhnya. Bukan lantaran dingin menusuk tulang. Namun lantaran rasa panas yang mendidih di dalam hatinya.

Satu-satunya orang yang mencintai dan menyayangi nya dengan tulus telah tiada. Saat baru berumur empat belas tahun, Aurora di buang ke Amerika. Satu tahun Kematian sang Ibu, ia di asing kan. Sifatnya yang pemberontak dan berterus terang membuat Rian Wijaya gerah. Berbeda dengan Nana Wijaya yang tua enam tahun darinya.

Kakaknya begitu dewasa dan anggun. Mencoba mengerti dan memahami banyak pihak. Hingga lebih di sayang oleh sang Ayah. Aurora remaja merasakan pahit, manis dan getirnya kehidupan di luar sana. Nana tak pernah lepas tangan pada Aurora. Kakaknya selalu memperhatikan nya. Mencurahkan perhatian, seperti layaknya seorang Ibu.

Tanpa sadar, kini Aurora telah sampai di depan foto besar Nana. Ia tak punya apa-apa untuk di letakan di atas papan peti. Air mata yang mengering kembali mengenang di pelupuk mata. Turun dengan deras, menghalangi penglihatan Aurora.

"Dia adiknya?"

"Aku dengar adiknya Dokter Nana adalah orang yang nakal dan bar-bar hingga di kirim ke luar negeri."

"Dia terlihat begitu menyedihkan!"

"Sssttt! Pelan kan suaramu. Dia memiliki temperamen yang buruk!"

Bisik-bisik lirih samar-samar terdengar. Bara Dirgantara, menatap punggung belakang adik Iparnya dengan pandangan dingin. Tidak ada niatan menyapa adik Iparnya. Tangan dingin Aurora menghapus kasar air mata yang menggenangi ke dua pipi chubby nya.

"A---aku, tidak punya apa-apa untuk ku berikan padamu, Kak!" tutur Aurora parau,"Namun aku berjanji akan menjaga Sora kita dan menemukan pembunuhmu," lanjut Aurora semakin sulit mengeluarkan suara.

Aurora maju semakin mendekati bingkai foto Nana. Orang-orang terpekik keras dan terbelalak melihat apa yang di lakukan oleh Aurora. Tangan kanan gadis remaja itu menggenggam dupa yang masih menyala. Dan menarik keras hingga menyebabkan luka bakar dan goresan di telapak tangan Aurora.

Mata bengkak itu menatap wajah Nana di depan nya. Darah mengalir tak membawa rasa sakit.

Telapak tangan Aurora bersentuhan dengan kaca foto. Cairan amis menempel di foto Nana. Tuan Wijaya mengerang pelan melihat kegilaan Aurora. Langkah kaki pria paruh baya itu urung kala melihat mantan menantunya menarik tangan Aurora membuat gadis remaja itu mudur beberapa langkah kebelakang.

Orang-orang masih menyaksikan nya. Menatap penuh penasaran apa yang akan di lakukan oleh Jendral besar Dirgantara itu. Ani dan Yahya tak melakukan apa-apa. Ke duanya hanya diam. Menyaksikan apa yang terjadi.

Sapu tangan bersih mengusap kaca bingkai foto menghilangkan noda yang menempel. Sebelum sang pemilik tubuh membalik tubuh nya dan melangkah mendekati sang adik Ipar. Bara tau dengan sangat jelas, bagaimana kasih sayang Sang istri pada gadis remaja di depan nya ini.

"Istirahat lah, tukar bajumu dengan pakaian yang lebih layak. Jangan mempermalukan Istriku dan membuat nya sedih," tutur Bara dengan nada dingin.

Aurora menatap Bara dengan senyum sinis. Lelaki dingin, yang begitu ia benci. Aurora mengepal kan ke dua tangannya. Sebelum mengambil langkah cepat.

BUG!!!

Tinju keras melayang membuat gaduh. Tubuh Kokoh terlatih itu bahkan mudur satu langkah kala kepalan tangan melayang menyentuh rahangnya. Bunyi kerasa hantaman Aurora mampu mematahkan pergelangan tangan Aurora. Orang-orang terpekik tak percaya melihat seorang gadis remaja dengan kekuatan penuh meninju wajah seorang Jenderal. Teman-teman bahkan bawahan Bara terkanga. Melihat bagaimana atasan mereka di pukul. Oleh seorang gadis remaja.

Langkah kaki terdengar keras. Bara linglung dengan apa yang terjadi secara tiba-tiba. Ia bahkan tak bisa membaca gerak cepat gadis remaja. Biasanya ia begitu awas bahkan dengan mudah membaca gerakan setiap orang. Namun kali ini hanya saat ini ia gagal membaca. Hingga tak dapat menangkis ataupun menahan tangan Aurora. Entahlah karena hatinya yang terluka hingga ia lengah. Atau memang gerakan Aurora tak mudah terbaca.

PLAK !!

BRUK !

Bukan! Itu bukan ulah Bara. Lelaki  itu masih diam di posisi nya. Ia tak akan menampar seorang wanita. Main tangan pada seorang wanita adalah pantangan terbesar bagi Bara. Napas lelaki tua di depan nya terlihat jelas. Bahu lelaki itu naik turun penuh amarah.

Sedangkan gadis remaja yang di tampar terperosok ke lantai terlihat tenang. Ia berdiri dengan wajah memerah di pipi kirinya. Tamparan sang Ayah membekas di wajahnya.

Aurora tersenyum sinis. Tangan sebelah kanan nya mungkin saja patah atau tulang nya bergeser karena kerasnya rahang Bara. Di tambah denyutan di pipi kirinya tak membuat Aurora patah. Ia malah berdiri lurus.

"Kau gila!" maki Rian keras.

Aurora mencabik membuat darah Rian Wijaya semakin mendidih saja.

"Kau yang gila tuan Wijaya yang terhormat!" balas Aurora sinis,"Harusnya kau berkaca pada masa lalu! Kau yang membuat Ibuku terbunuh. Karena kau seorang Jenderal tinggi. Lalu kau masih mau menikahkan putrimu dengan seorang Jendral. Berharap Kakakku mendapatkan kematian yang sama seperti Ibuku, huh!" teriak Aurora melengking.

"Kau!" Teriakan Rian tak kalah keras menunjuk ke arah wajah sang putri dengan amarah.

"Apa!!!! Aku apa?! Bukankah sudah aku katakan. Jangan pernah melukai Kakakku. Jangan menikah kan dia dengan lelaki yang sama seperti mu! Kau brengsek! Sialan! Pangkat mu membunuh Ibu dan sekarang pangkat yang sama merenggut Kakakku! Kau dan dia adalah pembunuh!" Teriak Aurora menggila menunjuk Rian dan Bara berganti-gantian.

Ricuh. Rumah duka ricuh seketika. Bara tak membantah, bukankah itu benar? Karena benci padanya. Istri nya menjadi sasaran.

Aurora di seret keluar dari rumah duka oleh Rian dan beberapa orang di panggil oleh Rian. Bara membatu dengan pandangan dingin kosong. Tidak ada teriak dari Aurora terdengar. Ibu tiri Aurora menggeleng pelan. Menutup wajahnya malu karena kegilaan anak tirinya.

****

1 Tahun Kemudian

Musik menghentak keras. Aurora menari sesuai irama. Teriakan riuh dari para pengunjung membuat Aurora semakin menggila di atas tiang. Beberapa lelaki berambut pirang menatap lapar. Gadis berdarah Asia memang mengiurkan.

Peluh membasahi tubuh nya. Menambah kesan seksi dan hot. Rebecca memberi kode agar teman satu kampusnya itu turun. Gadis cantik itu turun mendapatkan erangan tak rela dari pada lelaki mata keranjang. Rebecca menarik Aurora turun. Membawa gadis cantik itu keluar menuju mobil nya. Aurora hanya menurut saja.

Ke duanya masuk ke dalam mobil. Laju mobil tak pernah di bawah rata-rata. Selalu berada di atas rata-rata. Aurora berteriak keras kegirangan kala mobil melesat, membelah dan menyalip pengendara lain nya. Hanya memakan waktu lima belas menit ke duanya sampai di apartemen.

Rebecca mendesah kasar melihat sahabatnya. Gadis berdarah Canada itu tau bagaimana beratnya hidup Aurora. Apalagi setalah kematian kakaknya. Gadis di depannya ini bertambah menggila.

"Kenapa kau menatap aku seperti itu, hem?" tanya Aurora dengan wajah nakal.

Rebecca hanya menggeleng pelan. Ia melangkah mendekati sofa. Rebah di atas sofa empuk. Jari jemari tangannya menari indah di depan layar. Sebelum menunjukkan nya pada Aurora.

"Aku mendapat Informasi dari Lucas, jika Kakak tirimu ingin menjebak Mantan kakak Iparmu untuk menikah dengan nya. Jika dia berhasil maka, keponakan mu akan dalam ketidak bahagia Aurora," ujar Rebecca.

Aurora melangkah cepat menuju sofa. Merebut Ponsel Rebecca. Membaca informasi yang di kirim oleh mata-mata nya.

"Oh! Shittttt!!!!" Maki Aurora keras menggeram. Buku tangannya bahkan memucat karena kepala tangan yang keras.

"Kau harus segera menghentikan nya," nasehat Rebecca.

"Rebecca! Pesankan tiket pesawatnya sekarang!" Titah Aurora melempar ponsel gadis berambut pirang itu kembali ke atas pangkuan sang pemilik. Sedangkan dia masuk ke dalam kamar.

TBC

Jangan lupa dukung nya kak, dengan cara Vote, like dan komentar

Terpopuler

Comments

Kim Såra

Kim Såra

👍🏻

2022-08-30

0

Kim Såra

Kim Såra

.

2022-08-30

0

Kim Såra

Kim Såra

ceritanya berbelit belit

2022-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 Pengelan Cerita dan Visual Tokoh Novel
2 Bab 1 (Duka)
3 Bab 2 (Bukan Kamu!)
4 Bab 3 (Menyebalkan)
5 Bab 4 (Rencana untuk Bara)
6 Bab 5 (Kesempatan dan Kesepakatan)
7 Bab 6 (Pelatihan Gila!)
8 Bab 7 (Godaan Yang Gagal)
9 Bab 8 (Bertemu lagi dengan Dia!)
10 Bab 9 ( Pertanyaan Yang mendebarkan)
11 Bab 10 (Gaun pengantin)
12 Bab 11 (Paksaan Menikah)
13 Bab 12 (Bar-bar)
14 Bab 13 (Teror)
15 Bab 14 (Pembalasan Dendam Bara)
16 Bab 15 (Pesta Penutupan)
17 Bab 16 (Hari Pernikahan)
18 Bab 17 (After Wedding)
19 Bab 18 (Sweet Honeymoon)
20 Bab 19 (Mine)
21 Bab 20 (Mimpi Buruk)
22 Bab 21 (Bara mesum)
23 Bab 22 (Pertanyaan Yang Sulit)
24 Bab 23 (Cemburu karena nya!)
25 Bab 24 (Ketakutan Yang Tersembunyi)
26 Bab 25 (Persona)
27 Bab 26 (Rahasia Di Balik Rahasia)
28 Bab 27 (Kaulah Dunia Ku)
29 Bab 28 (Malam Itu......)
30 Bab 29 (Your are my Queen)
31 Bab 30 (Rahasia Yang Terkunci)
32 Bab 31 (Kepanikannya di Pagi Hari)
33 Bab 32 (Dia akan menjadi milik Ku!)
34 Bab 33 (Rahasia kematian)
35 Bab 34 (Peringatan)
36 Bab 35 (Sensitif)
37 36 (Dua garis merah)
38 Bab 37 (Ngidam)
39 Bab 38 (Misteri lama yang belum terpecahkan)
40 Bab 39 (Kotak Pandora yang terbuka)
41 Bab 40 (Kecewa)
42 Bab 41 (Rapuh)
43 Bab 42 (Kehancuran baru)
44 Bab 43 (Berita Buruk)
45 Bab 44 (Pertemuan Yang Mengharukan)
46 Bab 45 (Paket Teror)
47 Bab 46 (Tertangkap)
48 Bab 47 (Rahasia dan pertemuan)
49 Bab 48 (Hukuman mu)
50 Bab 49 (END)
51 Promosi Cerita Baru
52 Promosi
53 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Pengelan Cerita dan Visual Tokoh Novel
2
Bab 1 (Duka)
3
Bab 2 (Bukan Kamu!)
4
Bab 3 (Menyebalkan)
5
Bab 4 (Rencana untuk Bara)
6
Bab 5 (Kesempatan dan Kesepakatan)
7
Bab 6 (Pelatihan Gila!)
8
Bab 7 (Godaan Yang Gagal)
9
Bab 8 (Bertemu lagi dengan Dia!)
10
Bab 9 ( Pertanyaan Yang mendebarkan)
11
Bab 10 (Gaun pengantin)
12
Bab 11 (Paksaan Menikah)
13
Bab 12 (Bar-bar)
14
Bab 13 (Teror)
15
Bab 14 (Pembalasan Dendam Bara)
16
Bab 15 (Pesta Penutupan)
17
Bab 16 (Hari Pernikahan)
18
Bab 17 (After Wedding)
19
Bab 18 (Sweet Honeymoon)
20
Bab 19 (Mine)
21
Bab 20 (Mimpi Buruk)
22
Bab 21 (Bara mesum)
23
Bab 22 (Pertanyaan Yang Sulit)
24
Bab 23 (Cemburu karena nya!)
25
Bab 24 (Ketakutan Yang Tersembunyi)
26
Bab 25 (Persona)
27
Bab 26 (Rahasia Di Balik Rahasia)
28
Bab 27 (Kaulah Dunia Ku)
29
Bab 28 (Malam Itu......)
30
Bab 29 (Your are my Queen)
31
Bab 30 (Rahasia Yang Terkunci)
32
Bab 31 (Kepanikannya di Pagi Hari)
33
Bab 32 (Dia akan menjadi milik Ku!)
34
Bab 33 (Rahasia kematian)
35
Bab 34 (Peringatan)
36
Bab 35 (Sensitif)
37
36 (Dua garis merah)
38
Bab 37 (Ngidam)
39
Bab 38 (Misteri lama yang belum terpecahkan)
40
Bab 39 (Kotak Pandora yang terbuka)
41
Bab 40 (Kecewa)
42
Bab 41 (Rapuh)
43
Bab 42 (Kehancuran baru)
44
Bab 43 (Berita Buruk)
45
Bab 44 (Pertemuan Yang Mengharukan)
46
Bab 45 (Paket Teror)
47
Bab 46 (Tertangkap)
48
Bab 47 (Rahasia dan pertemuan)
49
Bab 48 (Hukuman mu)
50
Bab 49 (END)
51
Promosi Cerita Baru
52
Promosi
53
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!